Part 14

238 11 2
                                    


"Kalo lo sayang, perjuangin. Kalo yang di sayang nggak tau diri, buang aja ke rawa-rawa!"

Seminggu sudah setelah kejadian di lapangan, tak di sangka-sangka Andira dan Mario menjadi sedikit dekat.

"Putus cinta boleh, putus harapan jangan." Mario mensejajarkan langkahnya dengan langkah Andira.

"Apaan sih lo." Ucap Andira kesal. Darimana coba datangnya si Mariobros ini?

"Lo pasti butuh orang buat cerita. Yakan?" Tanya Mario.

Andira mengadahkan pandangannya untuk mencari Alika. Namun yang ia lihat Alika sedang sibuk pedekate dengan Roy. Andira yang tadinya ingin bercerita kepada Alika mengurungkan niatnya.

"Gimana? Butuh kan?" Tanya Mario sekali lagi.

Andira menghela napas. Mungkin dengan bercerita ke Mario, hatinya bisa lega. Lagipula Mario itu sahabat Adit.

Andira mengangguk.

"Kalo gitu, ayo kita ke rumah gue." Mario mendekat ke Andira. "Biar irit pengeluaran juga." Bisik Mario sambil terkekeh.

Andira memukul bahu Mario. "Dasar gak mau keluar duit!" Andira tertawa.

"Gitu dong ketawa." Mario tersenyum. "Ayo berangkat."

Andira mengangguk. Sambil berjalan ia menghubungi Pak Supto bahwa dirinya siang ini tak pulang ke rumah.

Yang Andira lakukan di mobil Mario hanya bersenandung kecil sambil sesekali ikut bernyanyi jika ada lagu di CD Mario yang ia kenal.

"Jangan nyanyi, suara lo jelek kaya kaleng rombeng!" Ucap Mario sambil terkekeh.

Andira mengerucutkan bibirnya.

"Nggak, gue bercanda. Suara lo bagus kok." Ucapnya.

Andira tersenyum.

"Bagus, kayak tikus kejepit." Lanjut Mario.

Andira memutar bola matanya.

Tak lama dari itu, sampailah mereka di depan rumah yang mewah.

"Sampai!" Ucap Mario.

Andira yang mengerti bahwa ini rumah Mario hanya melihatnya dengan tatapan kagum.

Mario yang sudah keluar terlebih dahulu membukakan pintu mobilnya untuk Andira.

"Apaan sih, gue bisa buka sendiri!" Kesal Andira.

"Galak banget sih lo, udah gue baikin juga." Ucap Mario.

"Bacot aja lo tuh bukannya nyuruh masuk." Ucap Andira. Ia menatap Mario dengan sebal.

"Silahkan masuk, nyonya Andira." Ucap Mario meledek.

"Apaan sih Yo." Andira memukul pelan bahu Mario.

"Bacot mulu, mau masuk nggak?" Tanya Mario.

"Masuk lah." Ucap Andira.

Akhirnya mereka berdua masuk ke rumah Mario. Lebih tepatnya rumah orang tua Mario.

"Lo tinggal sama siapa?" Tanya Andira saat ia berada di ruang tamu.

"Bokap nyokap lah, masa sama kambing!" Jawab Mario asal.

"Mulut lo tuh ya." Kesal Andira.

"Apa? mau lo—"

"Mayo, baju lo gue pinjem dulu." Seseorang keluar dari kamar dengan memakai celana levis hitam bolong-bolong dan tak memakai baju.

"Anak kecil gak boleh liat!" Mario langsung menutup kedua mata Andira dengan tangannya.

"Mario ada apaan sih?" Tanya Andira bingung ia sama sekali tak melihat apapun yang mencurigakan tadi.

"Nggak, itu kucing gue keluar kamar tapi bugil." Ucap Mario.

Andira yang masih belum ngeh hanya mengangguk meng-iya kan.

"Kucing lo udah lewat belum?" Tanya Andira.

"Udah." Mario melepaskan tangannya dari wajah Andira.

"Makanya kucingnya di pakein baju dulu sebelum keluar." Ucap Andira.

Mario hanya mengangguk. Ia berjongkok untuk mencari sesuatu.

"Ngapain sih?" Tanya Andira.

"Nyari remot tv." Mario masih fokus untuk mencari remot tvnya.

Andira hanya melihat kelakuan bego Mario yang sedang mencari remote tv.

"Mana sih?" Tanya Mario kesal.

"Mario, itu remotenya udah lo pegang dari tadi." Ucap Andira.

Mario menepuk jidatnya. Sejak kapan ia memegang remote tv?

"Bego mah bego aja." Sindir Andira.

Mario melempar remotnya yang langsung ditangkap Andira.

"Cari channel yang lebih berfaedah, gue mau ke dapur mau bikinin lo minum. Lo mau minum apa?" Tanya Mario.

"Terserah." Ucap Andira. Ia duduk di sofa dan menonton film yang sedaritadi sudah disetel bukan mengganti channel seperti yang Mario suruh tadi.

Tak lama dari itu mario kembali membawa 2 gelas minuman berwarna merah.

"Apa coba untungnya nonton begituan?" Ucap Mario kesal saat kembali ke ruang tamu dan melihat Andira menonton tontonan anak kecil.

"Lah kan daritadi juga udah kesetel Yo." Sahut Andira nyolot.

"Yakan gue udah nyuruh lo ganti." Balas Mario.

"Ngapain diganti? Orang seru." Balas Andira tak mau kalah.

"Terserah lo." Mario meletakkan segelas minumannya di meja yang tak jauh dari sofa.

"Jadi, udah siap cerita?" Tanya Mario.

Andira menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

Mario yang masih berdiri akhirnya duduk di dekat Andira.

"Yo, gue bingung sama Adit yang kelakuannya aneh dan nggak nentu. Lo tau kan kalo adit kadang kadang suka ngilang? Dan tiba-tiba minta maaf abis itu dia ngilang lagi dan terus ngulangin hal yang sama." Ucap Andira serius.

Mario mengangguk.

"Gue bingung harus apa." Ucap Andira.

"Lo masih sayang sama Adit?" Tanya Mario.

Andira mengangguk.

"Kadang, lo harus perjuangin cinta. Lo gak bisa diem aja ngeliat kelakuan Adit yang kek gitu." Saran Mario.

"Tapi Yo sebelum itu, gue mau tanya satu hal sama lo." Andira menatap Mario serius.

Mario meneguk salivanya susah payah.

"Sebenernya cewek yang deket sama Adit tuh siapa sih? Lo kan sahabatnya, lo pasti tau dong." Andira menoel lengan Mario sambil bercanda.

Mario terdiam.

"Gimana gue mau perjuangin cinta gue kalo gue aja gak tau siapa cewek yang lagi deket sama Adit." Pancing Andira.

Mario menghela napas. Ia tak tahu harus menjawab apa ke Andira.

"Sebenernya hati Adit tuh masih buat gue gak sih? Apa Adit bosen sama gue?" Tanya Andira.

Mario menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"Mario, jawab gue." Ucap Andira.

  "Dir, gue gak bisa jawab semua pertanyaan lo yang tadi karna yang ngejalanin itu lo dan Adit. Gue cuma bisa dengerin cerita lo dan kalo gue bisa kasih saran bakal gue kasih Dir." Mario tersenyum lembut.

   Andira menghela napas.

  "Kalo lo sayang, perjuangin. Kalo lo cape? Lepasin. Jangan paksa diri lo buat bertahan." Mario menepuk bahu Andira.

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang