Part 34

218 11 0
                                    


"Kalo dia perjuangin lo itu tandanya dia sayang banget sama lo, kalo dia gak perjuangin lo ya itusih derita lo wkwk."

Dua minggu kemudian, malam harinya Ari memutuskan untuk menemui Andira.

"Queen, saya mau ngomong." Ari mengetuk pintu kamar Andira.

"Ya lo ngomong aja sama pintu gue!" Teriak Andira dari dalam.

Ari menghela napas, "Buat kali ini saya nggak minta dua kali." Ari menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. "Saya tunggu di depan."

Setelah ucapan itu, tak ada lagi suara Ari yang biasanya mengganggu Andira.

Setelah 10 menit Ari menunggu, akhirnya Andira keluar dan menghampiri Ari dengan wajah lucunya.

"Saya udah kasih kamu waktu." Ari menatap Andira datar.

Merasa tak enak dipandang Ari seperti itu Andira mengalihkan pandangannya.

"Duduk."

Andira menurut, ia duduk didekat Ari.

"Nilai saya udah di umumin."

Andira mencoba menetralkan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Saya dapet peringkat pertama se-sekolahan, kamu siap tunangan sama saya?" Ari menatap Andira yang sedang gugup.

Sadar tak ada jawaban dari Andira, Ari membuka mulutnya kembali.

"Kalo kamu nggak siap, bilang aja. Saya nggak akan maksa kamu karna semua keputusan ditangan kamu." Ari berdiri dari duduknya.

"Adit masih ada di hati gue." ucap Andira tiba-tiba.

Jleb!

Ari tak mempedulikannya, ia sudah mempersiapkan dirinya jika memang Andira tak bersedia untuk tunangan dengannya.

"Ari!" Panggil Andira.

Ari tak peduli ia berjalan ke motornya. Salah jika dirinya terlalu berharap bahwa ia bisa memiliki Andira.

"Gue nggak bermaksud buat nyakitin lo, tapi gue jujur, gue nggak mau ada kebohongan diantara kita berdua!"

"Salam buat Oom Rian." Ucap Ari lalu memakai helmnya.

Andira merasa sangat bersalah sudah mengatakan itu kepada Ari namun ia bisa merasa lebih bersalah lagi jika ia tidak jujur kepada Ari.

//

   Minggu pagi, Andira bersiap-siap untuk ke rumah Arven. Ia sangat rindu dengan kakaknya. Ditambah lagi ia sama sekali belum bilang bahwa ia sudah tinggal dengan Papanya.

"Queen, maaf, Papa tidak bisa ikut. Masih banyak kerjaan yang belum Papa selesaikan." Ucap Adrian sangat menyesal.

"Gapapa, aku berangkat sama Ari kok." Andira tersenyum lalu menyalami Adrian.

   Memang dirinya tadi subuh sudah mengontek Ari untuk datang ke rumahnya sekalian ia ingin meminta maaf dan tidak ingin menjadi canggung dengan Ari atas kejadian kemarin malam.

"Salam untuk Arven, Alana, dan Sammy ya," ucap Papanya.

   Andira nampak berpikir. Sammy siapa? Namun pikiran itu buyar ketika Ari memberi salam.

  "Pagi Oom." Ari menyalami Adrian.

  "Hati-hati ya." Pesan Adrian.

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang