Part 47

223 13 4
                                    


   Andira langsung membuka matanya dan mengangkat kepalanya untuk melihat pemilik suara itu.

  "Masih sakit ya?" Tanya Adit sambil masuk ke dalam kelas Andira.

  "Ngapain lo disini." Tanya Andira malas.

  "Maafin Adit ya." Ucap Adit.

  "Udah Dit, kita udah selesai." Sahut Andira malas sambil menempelkan kepalanya di atas meja kembali.

  "Kita belum putus Dir." Adit semakin mendekat.

  "Yaudah kalo gitu kita putus aja." Andira berdiri sambil menyampirkan tasnya.

  "Kalo gue nggak mau gimana?" Tanya Adit sambil berjalan mundur untuk berdiri tepat di tengah pintu kelas Andira agar Andira sulit untuk keluar dari kelasnya.

  "Jangan mempersulit Dit, lagian awalnya lo kan yang mau hubungan kita berakhir?" Andira kembali ke tempat duduknya.

  "Gue tau, gue salah." Adit menatap Andira.

  "Lo tau lo salah dan setelah lo menyesali perbuatan lo, lo bisa dengan gampangnya minta maaf dan berlaku seakan-akan nggak ada yang terjadi di antara kita?" Andira menatap Adit dengan cairan bening yang sudah berada di pelupuk matanya.

  "Adit bakal jelasin semuanya." Adit mulai berjalan perlahan mendekati Andira yang sedang duduk di bangkunya.

  "Gue nggak mau denger!" Bentak Andira sambil menutup kedua telinganya.

  "Kasih gue waktu buat jelasin semuanya Dir,"

   Andira berdiri lalu menggebrak mejanya.

  "Gue nggak peduli alasan kenapa lo ninggalin gue dulu. Karena gue pernah jatuh ke jurang yang dalam dan gue nggak akan biarin diri gue jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya, makasih." Ucap Andira tajam lalu berjalan untuk keluar dari kelasnya.

  "Lo bohong, gue bohong, impas kan?"

   Andira berbalik.

  "Karna itu Dit, hubungan kita udah kandas Karena kebohongan dan nggak bisa di selamatkan!"

  "Oke, gue minta maaf." Adit sudah tak peduli dengan egonya, yang ia pentingkan adalah perasaan cintanya kepada Andira.

  "Gue udah maafin lo, tapi bukan berarti kita masih bisa membangun hubungan yang pernah lo hancurin dalam hitungan detik!" Ucap Andira mengakhiri lalu pergi dari kelasnya.

   Adit hanya bisa menyesal dan merutuki dirinya sendiri. Mengapa dari awal ia tidak jujur? Mengapa ia mengambil tindakan sendiri yang dia rasa itu adalah tindakan paling benar?

//

  "Dit, kamu tumbenan nggak keluar? Lukamu masih sakit?" Tanya Mira di ambang pintu kamar Adit.

  "Adit nggak bisa ganti perbannya." Ucap Adit yang sedang menyetel gitarnya.

   Mira hanya menghela napas lalu pergi dari sana untuk mengambil kotak obat milik Adit.

  "Perempuan itu masih bersama mu?" Tanya Mira sambil membuka kotak obatnya.

  "Nggak, Adit nyesel Bun, kalo dari awal Adit jujur ke Dira pasti kejadiannya nggak akan kek gini." Adit menaruh gitarnya.

  "Kamu memang salah, tapi Bunda tidak bisa menyalahkan kamu. Ini tentang masa lalu, apa yang bisa Bunda lalukan untuk memperbaiki keadaan kalian?" Tanya Mira sedih.

  "Nggak perlu Bun, Adit bisa ngatasin masalah Adit sendiri."

//

"Mbak, saya pergi, kalo Papa pulang bilang aja saya lagi makan di luar." Ucap Andira sambil menenteng jaketnya dan kunci mobil.

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang