Part 59

344 16 4
                                    

"Kalau lo tanya penyesalan terbesar buat gue itu apa, gue akan selau jawab dengan jawaban yang sama, yaitu pernah ninggalin lo."

Andira POV

Suasana mencekam sudah pernah gue rasain berkali-kali, tapi ini lebih mencekam karena kalian tau apa? Adit tanpa disulap dan tanpa di sihir datang ke rumah gue dan Ari yang gue pun nggak tau dia dapat alamatnya dari siapa.

"Dir? Boleh kan gue nyampein sesuatu ke lo? Gue tau pertemuan terakhir kita nggak enak, maka dari itu gue mau meluruskan sekaligus mengikhlaskan." Ujar Adit dengan senyumnya yang sudah pasti terpaksa dan matanya yang sembab entah karena apa.

"D-dit maaf, gue—" aku menolaknya halus, namun dengan cepat dia menjawabnya.

"Kasih gue kesempatan, gue jauh-jauh dari indo dan lo nyambut gue dengan usiran halus? Mantan kok gini? Inget ga kalo lo pernah bahagia bareng gue?" Ujar Adit yang membuatku kesal sekaligus tertawa. Entah mengapa kata terakhirnya membuatku ingin tersenyum dan tertawa lebih lama.

"Di dalem ada Ari, gue gak mau ya lo ribut sama dia." Ujarku sambil mempersilahkan Adit masuk.

Adit masuk lalu duduk di sofa yang berada di ruang tengah. Ia tersenyum kecut sambil menatap pajangan fotoku dengan Ari yang terpampang di sana.

"Ri! Ada Adit nih!" Teriakku kepada Ari yang sedang mandi.

Detik kemudian aku mendengar suara ricuh dari kamar mandi.

"Suami lo gercep juga." Ujar Adit sambil bersantai dan tersenyum.

"Aku ga suka ya kalau kamu prank a—"

Aku menangkap sosok itu, sosok yang membatu di hadapan Adit dengan wajahnya yang merah padam menahan amarah.

"Pagi Ri, gercep juga ya lo." Ujar Adit sambil tertawa.

Aku tau, aku sadar bahwa Adit tertawa karena Ari yang hanya memakai handuk dengan rambutnya yang masih basah sehingga airnya menetes ke lantai.

"Ngapain kesini?" Tanya Ari dingin.

"Lo nanya gue? Bawa Andira balik lah." Jawab Adit santai.

Wah ga bisa di biarin nih, ni anak memang penyulut perang dunia ke-3.

"Ri, mending pake baju dulu." Ujarku sambil mendorong Ari yang sudah bersiap untuk memberikan Adit oleh-oleh.

   Adit tertawa kaku namun wajahnya ia biarkan tersenyum seraya menatap Ari yang menjauh dari pandangannya.

  "Beruntung ya dia bisa dapetin lo." Ujar Adit sambil menatapku.

   Aku tersenyum sambil duduk di kursi yang tak jauh dari Adit. "Bukan dia yang beruntung dapetin gue, tapi gue yang beruntung dapetin dia." Ujarku yang membuat Adit mengangkat sebelah alisnya.

  "Ga perlu di jelasin juga harusnya lo paham kenapa gue bilang gitu." Ujarku yang membuat Adit berdecih sambil melihat ke arah lain.

  "Jadi tujuan lo kesini sebenarnya apa?" Tanyaku yang membuat Adit menatapku.

  "Gue pengen balikan." Ujar Adit yang jelas membuatku melotot tak percaya.

   Detik kemudian Adit tertawa entah karena apa.

  "Lo masih lucu ya." Ujar Adit yang membuatku begidik ngeri.

  "Nggak lah gue ga akan ngajak lo balikan lagi, sebenernya gue cuma mau bilang, gue tetep sayang sama lo sampai kapanpun. Meskipun gue tau lo nggak akan bisa jadi milik gue, lo punya ruang tersendiri di hati gue yang nggak akan pernah bisa diganti oleh siapapun. Dan soal waktu itu, gue minta maaf dan nggak bermasud buat nyakitin lo, gue cuma emosi aja karena orang-orang yang gue sayang perlahan ninggalin gue." Ujar Adit panjang lebar yang membuatku mengangguk paham, lagian aku yakin bahwa Adit tidak akan melakukan aksi pembunuhan kepadaku hanya karena cintanya tak terbalas hahaha.

  "Jadi? Kita teman kan sekarang?" Tanyaku sambil menatap Adit.

  Adit menggeleng. "Mantan pacar." Ujar Adit yang membuatku tertawa karena melihat ekspresinya yang kesal.

  "Udah bicaranya?" Tanya Ari yang sedang bersandar pada tembok entah sedari kapan.

  "Eh Ri." Ujarku yang kaget.

   Ku pikir akan terjadi perang dunia ketiga, namun yang terjadi malah sebaliknya. Ari berjalan mendekati Adit lalu merangkulnya. "Thanks ya, kalau bukan karena lo dulu campakin istri gue, gue nggak akan sama dia sekarang." Ujar Ari yang tampak rileks.

  "Sama-sama, yaudah gue balik ke hotel ya, ngeri tertanya cowok lo Dir." Ujar Adit sambil tertawa.

  "Aku anter boleh?" Tanya Andira yang diangguki oleh Ari.

  "Gue balik ya, Ri, jagain mantan pacar gue baik-baik." Ujar Adit yang dihadiahi tatapan tajam oleh Ari.

  "Iss galak banget sih." Ujar Adit sambil berjalan dengan Andira ke pintu keluar.

   Kata orang mengikhlaskan adalah jalan keluar paling utama untuk menyelesaikan masalah, dan gue percaya karena udah melakukannya - Aditya Nandana.

End.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang