Part 52

174 10 2
                                    



  "Dir, gue bener-bener nggak ngerti sama pola pikir lo." Ujar Mario sambil menatap Andira tanpa ekspresi.

  "Gak ngerti? Maksudnya?" Tanya Andira.

  "Lo itu punya rasa nggak sih ke Ari? Apa Ari cuma pelampiasan lo doang? Dan setelah Adit kembali sepenuhnya buat lo, lo lupa sama Ari seakan-akan lo nggak pernah punya hubungan sama dia?" Ujar Mario panjang lebar.

  "Nggak gitu Yo, orang yang lo bahas pun sekarang nggak ada, mungkin dia lupa sama gue sampe nggak ngasih kabar ke gue sedikitpun!" Ujar Andira kesal karena tak mau di salahkan.

  "Dir, harusnya lo ngerti, disana dia susah payah bantu bokap lo ngurusin kerjaannya, dan lo? Lo cuma senang-senang sama Adit seakan-akan Ari nggak pernah datang dan Adit nggak pernah bikin kesalahan." Ujar Mario yang membuat Andira diam.

  "Gue tau semua tentang Ari, dari awal, bukannya gue nggak kenal sama Ari, malah gue kenal banget sampe gue bersikap kek gitu sama dia. Posisinya gue bingung harus memihak siapa karena Adit teman baik gue dan Ari sepupu gue." lanjut Mario.

   Andira nampak terkejut ketika tahu bahwa Mario adalah sepupunya.

  "Dan bukannya Ari mau nyembunyiin tentang Arra ke lo, tapi emang buat apa dia cerita sementara lo aja nggak pernah lihat dia sebagai orang yang berarti buat lo." Ujar Mario lalu pergi dari hadapan Andira.

   Andira terjongkok lesu, apa sejahat itu ia pada Ari? Sebenarnya hatinya ada pada siapa sih? Adit atau Ari?

//

  "Airlangga, kita tak bisa teruskan ini, kau berantakan." Ujar seorang laki-laki dengan bahasa inggris  yang tingginya setara dengan Ari.

  "Saya akan tetap melanjutkannya." Ujar Ari sambil mengambil kunci mobil dan pergi dari ruangannya.

  "Kenapa kau terlihat sangat kacau?" Ujar perempuan yang kemarin sambil mengaduk teh di cangkir kecilnya.

  "Tetap berada di sisiku." Ujar Ari sambil duduk di hadapan perempuan itu.

  "Selalu." Ujar perempuan itu sambil memeluk Ari.

  "Saya akan menetap disini, bersamamu." Ujar Ari yang masih berada dalam pelukan perempuan seumurannya itu.

  "Kamu yakin?" Tanya perempuan itu.

   Ari hanya mengangguk.

//

  "Ka, gue jahat ya." Ujar Andira sambil menahan tangisnya.

"Lo nggak tegas sama hati lo." Ujar Alika sambil memeluk Andira.

"Gue harus gimana?" Tanya Andira yang mulai menangis.

"Lo udah sama Adit kan? Yaudah jalanin aja." Ujar Alika.

"Tapi gue nggak mau kehilangan Ari." Ujar Andira sambil menyeka air matanya.

"Perasaan lo ke Adit itu udah nggak ada, itu cuma sisa kenangan masa lalu lo sama dia aja." Ujar Alika yang membuat Andira menautkan kedua alisnya.

"Coba lo pikirin baik-baik, siapa yang lebih lo pengenin buat ada di sisi lo sekarang?" Tanya Alika sambil menyudahi pelukannya.

"Ari." Jawab Andira polos.

"Terus kenapa lo masih sama Adit?" Ujar Alika yang membuat Andira semakin bingung. Apa alasan ia untuk tetap bersama dengan Adit sedangkan perasaannya ada pada Ari?

"Tanpa perlu gue ngomong panjang lebarpun lo udah ngerti kan?" Tanya Alika yang membuat Andira mengangguk.

"Bentar lagi UN, lo jangan banyak pikiran tentang itu, mending lo fokus belajar dan fokus masuk universitas yang lo pengenin, kek gitu mah ntaran aja lah abis lulus kan bisa." Ujar Alika yang membuat Andira memeluknya.

"Makasih ya,"

   Akhirnya, Andira memfokuskan diri untuk belajar dan memilih untuk tidak bertemu dengan Adit sampai UN selesai.

•••

He gengs, mon maap ni partnya kurang panjang soalnye gue lg ukk, minggu dpn insyaAllah bakal update 2x

ANDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang