Satu

16.8K 1.3K 108
                                    

Arsena Lavenia namanya. Seorang gadis kecil dengan tinggi rata-rata sebahu orang dewasa dengan wajah yang tidak terlalu cantik, tetapi imut. Ia memiliki gigi gingsul yang membuat kesan manis juga menguar dari wajah perempuan itu.

Sena bukanlah gadis yang terkenal atau lebih disering dengan sebutan Most Wanted di sekolahnya. Dia hanyalah seorang gadis biasa, yang sangat menyukai hal-hal yang berbau menggambar dan melukis. Jika kalian tak pernah melihat Sena di daerah kantin, itu artinya ia akan di perpustakaan atau di ruang seni yang sudah ia jadikan seperti rumah keempatnya setelah rumahnya sendiri, kamar, dan taman belakang sekolah.

"Sena!" panggil seseorang dari ujung koridor.

Merasa namanya dipanggil, perempuan bernama Sena itu sontak menoleh. "Hmm?" gumamnya pada perempuan yang sudah ada di hadapannya ini.

"Lo udah ngerjain PR Bahasa?"

Sena mengangguk. "Jangan bilang lo belum ngerjain." Sena menyentil dahi sahabatnya dengan pelan. "Emang kerjaan lo semaleman ngapain aja mbak? Cari om-om?"

Jihan mengelus dahi yang baru saja disentil Sena dengan kesal. "Iya! Gue bahkan nidurin tuh om-om! Apalagi kalau om-om macem Lee Jong Suk, Lee Min Ho, Kim So Hyun, Ji Chang--"

Sena menghembuskan nafasnya kasar. "Hust! Drama korea lagi?"

Jihan mengangguk dengan sangat antusias yang dibalas dengan senyuman devil dari Sena. "Gue nggak mau bagi PR!" ucapnya lalu meninggalkan Jihan dengan cepat.

"Ih Senaaaaa! Lo kejam banget sama dede! Gue sumpahin lo kepleset tau rasa lo!"

Sena yang mendengar itu hanya berkomat-kamit tanpa jelas hingga ia tak menyadari jika terdapat rambu-rambu lantai basah yang ada di hadapannya. Perempuan itu dengan cepat-cepat melangkah agar Jihan tak dapat mengerjarnya. Alih-alih sampai di kelas dengan aman, tiba-tiba saja tubuhnya terhuyung ke belakang lantaran kakinya seperti menginjak sesuatu yang sangat licin.

Sena tak dapat mengontrol tubuhnya. Ia sudah memejamkan mata untuk merasakan sakitnya lantai putih yang keras nan basah. Ia juga sudah siap akan dijadikan bahan tertawaan satu sekolah dalam kejadian ini.

Namun, dalam beberapa detik, bokongnya tak merasa mendarat pada lantai yang keras nan basah. Suara tawa yang sudah ia tunggu-tunggu mendadak menjadi suara teriakan dari golongan perempuan dan suitan dari golongan laki-laki. Hey sebenarnya apa yang terjadi? Apakah dunia sudah berhenti berputar huh?

Perlahan tapi pasti, Sena membuka matanya. Ia terkejut setengah mati ketika di hadapannya sudah ada seseorang yang sama sekali tidak ia kenal. Sama sekali. Garis bawahi itu. Tapi, sepertinya ia familiar dengan wajah itu. Wajah yang ia temui kemarin sore ketika ia diam-diam mengintip salah satu seniornya di ruang kesenian, bagian musik.

"Elo!" lelaki itu melotot tajam ke arah Sena. Sena meringis. "Ha-hai!" ucapnya dengan gugup.

Lelaki itu tersenyum smirk, membuat perasaan Sena tak enak. Lalu dengan ringannya tangan lelaki yang memegangi pinggang serta tangan Sena itu dilepas. Membuat Sena menghadapi realita yang baru saja terbuang jauh-jauh. Pantatnya mencium lantai dengan keras. Bahkan ia juga dapat merasakan rok selututnya basah terkena air pel. Yap. Ini dia yang seharusnya ia dapat. Pantat yang sakit, rok yang basah, bahan tawaan satu sekolah, dan jangan lupakan satu hal. Kebencian dia kepada lelaki yang sudah memasukkan satu tangannya ke dalam saku lalu berjalan menjauh diiringi dengan perempuan-perempuan yang selalu mengangkat ponselnya ketika lelaki itu datang.

"DASAR COWOK GILA!" teriak Sena keras

"Tuh kan! Rasain lo! Makanya jangan pernah macem-macem sama Jihan! Liat kan, sekali gue ngomong, kejadian!" cerocos Jihan sembari mencari baju ganti di ruang UKS. Memang di UKS SMA Garuda dilengkapi dengan fasilitas seragam pinjaman bagi siswa-siswi yang mengalami masalah dengan seragamnya. Seragam itu diperoleh dengan sistem pinjaman atau membelinya.

"Sahabat laknat lo! Bisa-bisanya sumpahin temen sendiri! Atau jangan-jangan lo titisan ibunya Malin Kundang ha?!"

Jihan yang mendengar itu langsung mendelik tajam lalu tertawa renyah di udara. "Mungkin."

"Nih, pas nggak?" Jihan menyodorkan rok biru kotak-kotak kepada Sena.

"Pas, gue ganti dulu."

Setelah mengganti rok basahnya dengan rok baru, Sena dan Jihan berniat untuk kembali ke kelas. Sebelum itu, mereka harus ke ruang tata usaha untuk meminta surat ijin masuk kelas karena sudah melewatkan jam pelajaran pertama dan kedua.

"Saya tau kamu tadi merokok di rooftop!" teriak Pak Bram keras kepada salah satu siswa yang ada di hadapannya.

Sena dan Jihan melihat siswa itu dengan iba. Bagaimana tidak? Pak Bram adalah salah satu guru terkiller di SMA Garuda. Oleh karena kekillerannya itulah ia menjabat sebagai tim tata tertib atau biasa disingkat dengan tim tatib yang bertugas memberikan hukuman seberat mungkin kepada siswa-siswi yang melanggar aturan sekolah.

"Han, kayaknya kok gue familiar deh sama tu orang." Sena berbisik di telinga Jihan. Perempuan itu mengangguk. "Iyalah familiar. Dia kan orang yang nabrak lo tadi."

Sena mengangakan mulutnya. "Ha? Serius lo?"

Jihan mengangguk yakin.

"Walaupun kamu anak pemilik yayasan, itu bukan berarti kamu akan terlepas dari hukuman! Pak Keylan sendiri yang memberi amanat kepada saya, bahwa tak ada toleran bagi siapapun yang melanggar peraturan." oceh Pak Bram.

"Cih, padahal kata bunda, dulu ayah suka banget ngelanggar hukuman." gumam lelaki itu pelan.

"Dia anak pemilik yayasan? Pemilik sekolah yang gue pijaki sekarang?" tanya Sena dengan terkejut.

Jihan yang mendengar itu menatap Sena dengan raut tak percaya. "Lo bener-bener nggak tau ban—Kak Alex?" Sena menggeleng. "OMG Sena! Lo kemana aja selama ini? Denger ya, Dia itu Kak Alex. Senior kita kelas dua belas. Anak dari Pak Keylan, pemilik yayasan sekolah ini yang gantengnya naudzubillah. Selain itu, dia juga kapten tim basket kita. Most Wantednya SMA Garuda! Dan lo sama sekali nggak tau itu? Parah lo Sen! Parah! Makanya lo jangan mikirin Kak Alvin terus dong! Lo perlu bersosialisasi sama yang lain. Toh, Kak Alvin nggak pernah nganggep lo ada." oceh Jihan panjang lebar.

Sena yang mendengar itu langsung diam mematung. Sebegitu terkenalkah orang itu? Apakah ia benar-benar hanya orang yang tak tau tentang hal itu?

"Sekarang kamu ikut saya." titah Pak Bram berjalan keluar dari ruang tata usaha diikuti Alex dibelakangnya.

Alex yang melihat Sena diam terpaku menampilkan senyum smirknya. "See? Lo udah tau siapa gue kan? Dan selamat, lo berurusan dengan orang yang salah." ucapnya sebelum mengikuti kemana Pak Bram pergi.

"JIHAAAAAN HELP ME!"


Hola holaaa balik lagiii :))

Ada yang kangen BimaSena nggak?

Next or No?

BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang