Dua Puluh Delapan

3.6K 342 59
                                    

Di bawah rindangnya pohon akasia yang teduh, Alex dan Sena tengah duduk berdua ditemani es krim yang dibiarkan meleleh begitu saja oleh gadis itu. Sedangkan milik Alex sudah tandas sedari tadi karena memang cuaca yang panas membuat kerongkongannya kering kerontang.

"Sena, es krim dibuat untuk dimakan agar pemiliknya merasa bahagia karena cita rasanya. Bukan dibiarin meleleh sia-sia." Lelaki itu membuka jaket denimnya, lalu meletakkannya di atas telapak tangan Sena setelah membuang cone es krim yang tersisa. Dengan lembut, Alex membersihkan lelehan es krim yang mulai lengket di tangan gadis itu dengan jaketnya. Tak masalah jika jaketnya akan kotor nanti, toh bisa dicuci maupun beli lagi yang baru.

"Udah, gue gapapa,"

"Cewek emang aneh. Sukanya bilang gapapa padahal ada apa-apa. Emang apa susahnya cerita masalah hidup ke orang lain?"

Sena menoleh, menatap Alex dengan dahi yang mengernyit heran. "Siapa yang punya masalah hidup? Gue?"

Alex berdecak. Ia mengambil hp yang ada di kantong celananya dan mulai memotret Sena tanpa seizin gadis itu. "Gue ngga ngomongin lo kok. Gue ngomongin cewek ini. Ckckck liat wajahnya, sembab, pucet, ngga punya gairah hidup. Fix madesu!"

"Madesu? Apaan?"

"Masa depan suram," kekeh Alex sembari memperlihatkan foto Sena yang diambil secara diam-diam itu.

"Ih Alex! Apus! Aib banget muka gue woy!" Sena meraih ponsel milik Alex tetapi tentu saja tidak kena karena lelaki itu terlalu lihai. "Sini coba aja tangkep! Kalo engga bakal gue post di instakilo!"

Tanpa pikir panjang, Sena mulai mengejar Alex yang jauh di depan sana. Hey, ia harus mendapatkan ponsel itu, jika tidak tamatlah riwayatnya! Ia akan dibully abis-abisan oleh fans gadungan milik Alex seperti sedia kala. Ia tak mau! Cukup satu kali dan tak ingin terulang kembali.

Alex berlari sembari melihat ke belakang. Ia tertawa keras melihat Sena yang tengah ngos-ngosan mengejarnya. Ternyata selain lemah mental, gadis itu juga lemah fisik, pikirnya.

"Ayoo Sena! Payah lo segini aja capek!" ejek Alex di ujung sana.

Sena yang sedang menatap tanah dengan tangan yang diletakkan di lutut mulai menatap ke depan. "Wah, kurang ajar ni bocah! Awas lo ya kalo lo ketangkep, nggak bakal gue kasih ampun?!" teriaknya lalu kembali berlari sekuat tenaga.

"Coba aja kalo bisa!" kekeh Alex lagi dan lagi. Entah mengapa mengejek Sena dan membuat gadis itu marah seolah menjadi hobi barunya.

Namun, belum beberapa menit setelah ultimatum yang Sena utarakan, gadis itu kembali berhenti. Bukan lagi berdiri, tetapi duduk di tengah jalanan. Rasanya mau mati kelelahan. Keringat bercucur hebat di sekujur tubuhnya. Ditambah lagi kerongkongannya kering sekali. Ia butuh air sekarang juga agar dirinya tidak pingsan dengan mengenaskan.

Sena sangat membenci lari. Padahal dirinya sangat sering lari, lari dari kenyataan hingga beban yang ia tanggung entah seberat apa. Rasanya ia tak sanggup lagi untuk menopangnya. Ia butuh seseorang yang mau mengulurkan tangannya untuk membantunya keluar dari zona yang sudah bertahun-tahun lamanya ia huni sendirian. Tetapi siapa orang itu?

Bagaikan mendapat jackpot di siang bolong, apa yang ia batin terdengar oleh Tuhan dan dikabulkan dengan begitu cepat. Seseorang mengulurkan tangannya tepat di hadapan Sena. Gadis itu mendongak, menatap Alex dengan mata yang menyipit karena silau. Alex datang bak malaikat yang akan membantunya menjawab segala masalah yang ada. Ya Tuhan, apakah benar orang itu adalah Alex? Apa benar jika Alex datang ke hidupnya sebagai jawaban atas semua doa-doa yang selama ini ia panjatkan?

Tak segera mendapat balasan uluran tangan, Alex mulai duduk jongkok untuk menyetarakan posisinya dengan posisi Sena. "Capek ya?" nadanya yang menyebalkan berubah lembut dan terdengar begitu merdu di telinga Sena. Sedikit ia menangkap nada rasa bersalah dalam ucapan Alex. Mungkinkah lelaki itu menyesal karena mengajaknya tanding lari tadi?

BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang