• COMPLETED || SEQUEL KEYLANDARA || BISA DIBACA TERPISAH •
"Let see seberapa kuat lo nahan godaan dari gue, Arsena Lavenia Azura."
-Alexander B. Zanuar-
"Gue bersumpah kalau jatuh cinta sama lo itu adalah KUTUKAN! Lo sial b...
Hari ini adalah hari yang benar-benar menyebalkan bagi Sena. Setelah kejadian dimana ia terjatuh di lantai yang basah, kini ia harus menahan kesal ketika gurunya, Pak Hermanto, tak menyetujui alasan dirinya tak masuk pada jam pelajarannya. Menurutnya berganti pakaian bukanlah hal penting sehingga mereka berdua bisa seenaknya meninggalkan pelajaran. Hell! Apa pria tua itu tak pernah merasakan bagaimana rasanya memakai bawahan yang basah? Bisa-bisa dia dikira ngompol jika tidak dengan segera diganti.
Oleh karena itu, Sena dan Jihan diharuskan menulis seribu kata tentang kesalahannya itu. Geez... Benar-benar sungguh guru idaman sekali dia. Apa dia tak berpikir jika muridnya ini juga membutuhkan istirahat? Apalagi Sena tadi belum makan sama sekali sedari pagi.
"Akhirnya penyiksaan gue berakhir Ya Tuhan!" seru Sena dengan senang diikuti Jihan yang merenggangkan tangannya di udara. Setelah mengumpulkan tugas hukuman itu, Sena dan Jihan bergegas menuju kantin dengan sisa waktu yang ada.
"Sen! Sen!"
Sena tak menghiraukan panggilan dari Jihan. Perempuan itu terus memakan soto buatan Bu Cici dengan begitu lahapnya.
"Ck! Sen! Liat deh, ada Kak Alvin tuh!"
Sontak saja perempuan itu mendongak dengan mata yang berkeliling kesana-kemari mencari seseorang yang namanya baru saja disebutkan Jihan.
"Tapi gak!" lanjut Jihan sembari ngakak luar biasa.
Sena memandang Jihan dengan kesal. "Sialan lo Han! Usil banget sih!" kata Sena sambil menjambak rambut Jihan dengan keras.
"Aduduh sakit Sen! Makanya mbak jangan mimpi jadi pacarnya Kak Alvin. That is so impossible."
"Selagi berkhayal itu gratis, bakal gue jabanin dah!" Sena melanjutkan makannya dengan lahap. Namun ia merasakan sesuatu yang aneh. Sepertinya ia kenal dengan buku bersampul hijau yang dibawa oleh salah satu siswa yang keluar dari kantin itu. Ah, bukannya itu mirip dengan buku diarynya? Ha? Apa? Buku diarynya?
Dengan cepat, Sena lekas kembali ke kelas meninggalkan Jihan yang menyumpah serapahi dirinya. Sebisa mungkin Sena nampak tak peduli. Kini ia sangat khawatir. Bagaimana jika yang dibawa oleh lelaki itu benar-benar buku diarynya?
Sena segera menumpahkan seluruh isi di dalam tasnya. Dengan nafas memburu sehabis berlari dari kantin menuju kelas, perempuan itu terus mencari buku kesayangannya itu. Oh tidak! Pikiran buruk itu menjadi kenyataan! Yang dibawa siswa itu benar-benar buku miliknya mengingat hanya ada satu sampul seperti itu di dunia ini. Sampul yang pernah dibuatkan Ayah untuk dirinya seorang.
"Sen, lo kenapa sih buru-buru? Soto gue kan—"
"Buku diary gue ilang Han!"
Mata Jihan membelalak dengan terkejut. "Lo serius? Trus terakhir lo taruh mana? Semua isi tas udah lo bukain belum?" tanya Jihan dengan panik. Pasalnya di dalam diary itu juga berisi semua curhatannya pada Sena. Jika buku itu hilang, maka tamatlah riwayat rahasia diantara mereka berdua.
"Tapi gue tadi liat ada yang bawa."
Jihan yang sedang mengangkat buku-buku milik Sena segera menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah perempuan itu. "Siapa? Junior? Senior? Tukang kebun? Guru? Satpam? Siapa Sena!"
"Nggak tau junior apa senior. Tapi dia laki-laki."
Jihan menepuk jidatnya. "Lo pikir ada berapa ratus anak laki-laki di SMA Garuda ha? Banyak Sena! Coba ciri-cirinya."
Sena mengetuk-ketukkan jari lentiknya di dagu. "Kayaknya dia pakai kacamata deh. Warnanya putih. Trus pake earphone sama topi juga. Han, kertas Han." pinta Sena. Jihan segera menyobek bagian tengah buku lalu memberikannya kepada Sena.
Sena nampak memejamkan matanya untuk menajamkan ingatannya. Lalu tangannya dengan cekatan menggambar di atas kertas yang Jihan berikan. Dalam beberapa menit, Jihan hanya mampu melihat apa yang Sena lakukan. Perempuan itu nampak sedang menggambar seseorang yang ia lihat beberapa saat lalu saat mereka sedang berada di kantin.
Sena sudah menyelesaikan gambarannya lalu menyerahkan kepada Jihan. Hasil yang luar biasa. Dengan waktu beberapa menit saja Sena sudah mampu membuat gambar yang begitu indah walaupun hanya gambar seseorang dari belakang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Okay! Kita cari orang ini sama-sama."
Sepuluh menit sebelum bel berbunyi Sena dan Jihan sepakat untuk keluar dari kelas dengan alasan ingin ke kamar mandi. Padahal, mereka berdua tengah di koridor lantai bawah agar mereka bisa menemukan si pencuri buku diary sebelum ia pulang.
Berkali-kali Sena dan Jihan memastikan wajah seseorang yang mirip melintas di hadapannya dengan gambar milik Sena. Namun, hasilnya sungguh mengecewakan. Dari sekian banyak lelaki tak ada yang benar-benar mirip dengan gambar milik Sena. Padahal Sena sangat yakin jika ia sudah menggambar dengan betul.
Jam sudah menunjukkan angka lima. Keduanya mendesah kecewa tak mendapatkan hasil setelah hampir dua jam berdiri di pintu keluar SMA Garuda.
Akhirnya, Sena dan Jihan memilih pulang. Sena harus menunggu di depan halte sedangkan Jihan sudah dijemput ibunya sedari tadi.
Pikiran Sena kalut. Bagaimana jadinya jika orang itu membaca buku diarynya? Bagaimana jika ia menyebarkannya pada mading sekolah? Sungguh Sena frustasi sekarang!
Moodnya hari ini benar-benar buruk. Semuanya terasa begitu menyebalkan. Padahal ia tak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelum bertemu si Alex. Ah, ia tau akar permasalahannya. Yap, dia adalah Alex, si biang rusuh!
"Lo mikirin gue?" sebuah suara membuat Sena menoleh. Lantas perempuan itu terkejut dengan lelaki yang ada di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan Alex. Hmm... Panjang umur.
"Pede gila! Ngapain juga mikirin lo!" Sena berucap sembari membuang muka. Tak sudi melihat wajah Alex lagi.
Tiba-tiba lelaki itu menodongkan tangannya. "Enam juta."
Sena melongo dibuatnya. Apa-apaan ini? Mengapa lelaki ini berkata demikian?
"Ganti rugi Ipod gue." jelas Alex.
Sena menatap Alex garang. "Makan tuh ganti rugi!" ucapnya sembari menendang tulang kering Alex dengan keras lalu bergegas pergi.
Give me vote dan komen!
Next or no?
Jadi si Alex ini nggak secuek bapaknya ya wkwk dia condong ke ibunya.