Delapan Belas

5.6K 602 99
                                    

Sena segera pergi menuju kamar mandi setelah dengan gaya soknya, Alex berkunjung ke kelas untuk memberikan puluhan roti dan susu beserta boneka unicorn bernama 'macan' tadi.

Entah kenapa Sena refleks berlari menuju ke kamar mandi, menguncinya, dan bersandar di balik pintu sembari ngos-ngosan bak dikejar setan.

Ingin buang air kecil? Tidak. Sena sebenarnya tak ingin melakukan apa-apa di kamar mandi.

Ia hanya sedang menetralkan detak jantungnya yang menggila.

Benar.

Setelah bertemu dengan Alex setelah sekian lama membuat Sena benar-benar shock dan—rindu.

Akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan lelaki yang akan menggodanya sepanjang hari. Akhirnya ia bisa menemukan bagian kosong yang akan menemani harinya.

Sena memegang dadanya sekali sembari menarik nafasnya dalam-dalam. "Ya Tuhan, kenapa gue jadi gini sih? Gue kan sukanya sama Kak Alvin, bukan Alex. Plis deh," gerutu Sena sebal karena bayangan Alex terus menghantui pikirannya sepanjang hari.

Setelah merasa baikan, Sena keluar dari kamar mandi. Dirinya mengaca sebentar pada kaca yang tersedia lalu untuk kesekian kalinya menghembuskan nafas dengan kasar.

Akhirnya, setelah hampir sepuluh menit di kamar mandi, Sena bisa menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang.

Namun, ketika gadis itu keluar, jantung yang semula sudah berjalan normal kembali berulah ketika ternyata sudah ada Alex yang bersandar di dinding, menatapnya lurus dengan raut wajah—khawatir.

Alex menegakkan badannya, melangkah menuju Sena yang sudah mati kutu di tempatnya. "Sena? Lo gapapa kan?" tanyanya sembari memegang bahu Sena dan memastikan bahwa gadis yang ada di hadapannya ini dalam keadaan baik-baik saja.

Sena mengangguk lemah. "Jantung gue Lex, jantung gue selalu berdetak saat gue deket lo, plis ini kenapa?" batin Sena menatap Alex yang terus memperhatikan Sena dengan tatapan teduhnya.

"Mau ke UKS aja?"

Sena menggeleng. "Tapi kayaknya gue ijin nggak masuk pelajaran pertama aja,"

Alex tersenyum lalu mengacak rambut Sena dengan gemas. "Good idea! Tunggu, gue bakal ijin ke Bu Vita."

"Kok lo tau pelajaran pertama gue Bu Vita?"

"Apa sih yang nggak gue tau dari lo?" ucapnya manis sambil menyentil hidung Sena.

Sena hanya bisa diam padahal jantungnya sudah berkonser ria. Alex segera berlari dan saat itulah Sena membekap mulutnya ingin berteriak dengan kencang.

Bahkan Sena langsung berdiri dengan jingkrak-jingkrak saking senangnya. Namun, wajahnya langsung merah padam ketika seseorang melihat aksinya tersebut.

Lelaki itu adalah Alex sendiri.

Ia kembali untuk membelikan Sena sebotol air mineral. "Senang ya?"

Sena menggeleng.

"Lo nggak pinter bohong, Sena." Alex menaruh air mineral di dekat Sena kemudian kembali berlari menuju kelas Sena untuk meminta ijin kepada Bu Vita.

Sedangkan Sena menutup wajahnya dengan perasaan malu yang luar biasa.

Ini gila!

Alex berjalan ke atas, sedangkan Sena berada di belakang untuk mengekor. Lelaki itu membawa Sena ke tempat yang tak pernah Sena pijaki selama dirinya menjadi siswi di SMA Garuda.

Tempanya kotor, berdebu, dan gelap. Bunyi tangganya juga sudah berdecit, mungkin karena sudah dimakan usia.

Alex menyuruh Sena untuk mundur  beberapa langkah ke belakang ketika mereka sudah tepat di depan pintu. Bukan apa-apa, karena Alex akan mendobrak pintu itu secara paksa karena ayahnya—Keylan menguncinya setelah mengetahui bahwa tempat itu sering digunakan Alex untuk membolos. Padahal Alex kesana untuk melihat-lihat hasil romantis dari ayahnya lakukan untuk ibunya.

BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang