Dua puluh dua

6.1K 532 92
                                    

NOW PLAYLIST :

ARMADA - HARUSNYA AKU

Sena duduk dengan kaku, tak berbicara, dan terus menggenggam tangannya dengan kuat. Setetes air keringat meluncur di dahinya, lalu berlanjut ke tetes berikutnya, yang ia rasakan adalah tubuhnya panas dan gerah. Sepertinya AC yang ada di pojok ruangan ini tak cukup mempan untuk mendinginkan suhu tubuhnya sekarang.

Tiga guru kesiswaan sudah berada di hadapannya. Sedangkan di sampingnya sudah ada tiga kakak kelas yang siap melahapnya kapan saja. Tuhan, mengapa ia harus seperti domba yang masuk dalam kandang macan hari ini? Sangat terdesak dan tak punya pilihan sama sekali

"Ehem, Sena? Apa perlu saya ulangi pertanyaannya?" Bu Beti berdehem sekali lagi. Mungkin ia sudah bosan dengan keheningan yang sangat mencekam ini.

"Sena? Jelaskan kronologi kejadian yang menimpa kamu kemarin." Pak Brata ambil suara, tak sabar.

Sena menatap sepatu kusutnya sekali lagi. Lalu pada detik berikutnya ia mendongak, menatap ketiga guru itu dan mulai berbicara.

***

Suara sepatu yang menggema di lorong kelas 12 nyaris menggema ketika salah seorang berlari dengan kencang ke pojok ruangan yang sepi. Jika Keylan mempunyai markas di atap, Alex memiliki markas di lorong kelas dua belas, tepatnya di tangga menuju lantai tiga yang sepi. Kadang juga ia akan ke taman belakang sekolah maupun atap pada gedung yang berbeda karena Keylan sudah mengunci akses semua orang untuk pergi ke rooftop sekolah. Kalian pasti tahu sendiri alasannya apa.

Azka menarik nafasnya kuat-kuat lalu dihembuskannya perlahan.

"Kenapa lo?" tanya Rehan sembari melemparkan sebotol soda kepada lelaki itu.

Dengan sigap Azka menangkapnya dan meminumnya dengan tandas. "Alex mana?"

"Masih susulan ulangan fisika, kemarin kan dia nggak masuk. Emang kenapa?" jawab Dimas yang memang sekelas dengan Alex.

"Dia susulan ulangan fisika?"

"Hmm,"

"Susulan fisika? Bener-bener gila tuh orang! Kemarin aja pas gue mencret-mencret abis makan samyang gue belain masuk biar bisa ujian bareng sekelas eh dia malah dengan entengnya ujian sendiri," cerocos Akmal dengan menggelengkan kepalanya takjub.

"Alex mah kelewat encer otaknya. Lo mah apa, otak dibuat mikir dikit aja udah pengen nyeburin diri ke rawa-rawa." celetuk Rehan yang membuat tawa menggelegar di lorong itu.

"Enak aja lo kutil! Eh Tapi Ka, kenapa lo nyariin Alex?" tanya Akmal sembari menyeruput soda berwarna merah hasil malak adik kelas yang lewat.

"Sena—"

Tiba-tiba seseorang datang dengan sebiji bolpoin di tangan. "Sena kenapa?" tanya Alex setelah selesai mengerjakan susulan fisika yang menurutnya mudah itu. Ralat, sangat mudah.

***

Alex berlari dengan kencang, menembus keramaian siswa-siswi yang berbondong-bondong memenuhi lorong kelas dua belas. Lelaki itu menatap sekitar, tak ada tanda-tanda Sena ada di ruang BK. Ruangan itu terlihat sepi, mungkin hanya ada Bu Beti yang merapikan berkas-berkasnya.

Alex kembali berlari dengan salah satu tangan mengangkat telepon. "Jih, Sena dimana?"

Sena menatap taman belakang sekolah yang sepi dengan tatapan mata yang kosong. Setelah kejadian tadi di ruangan BK, Sena seolah tak berdaya. Tenaganya habis dan minatnya untuk bersekolah berkurang. Rasanya ia ingin kemana saja, asal tak di rumah maupun di sekolah yang kini terasa asing.

Perundingan tadi diakhiri dengan senyum kemenangan dari Natalie dan senyum paksa oleh Sena. Kalian pasti tahu sendiri bagaimana akhir dari semua itu. Tidak adil memang, tapi ini adalah jalan yang terbaik untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri.

"Sena!" sebuah panggilan membuat Sena sadar. Gadis itu menatap sumber suara dan melihat ada seorang lelaki di sana. Lelaki itu nampak kelelahan entah karena apa.

Sena bangkit dari tempat duduknya, terkejut dengan apa yang ia lihat. "Alvin?"

Benar saja. Alvin yang merasa lega menemukan Sena segera berlari menghampiri gadis itu dan mendaratkan sebuah pelukan hangat yang membuat pertahanan Sena runtuh seketika. Sena menangis, di pelukan Alvin.

"Sena, everything will be okay," bisik Alvin sembari mengusap rambut Sena yang lurus.

Sena masih sesenggukan. Ia mengangguk di dalam dekapan lelaki itu yang terasa nyaman. Sena merasa terlindungi. Sena merasa ada seseorang yang mau menemaninya melewati masalah sulit ini. Dan hari ini, orang itu adalah Alvin. Sedangkan Alex, hanya mampu melihat dari ujung taman yang tak jauh dari tempat mereka berdua berdiri. Lelaki itu melihat bagaimana Sena terasa nyaman dipelukan orang lain. Padahal seharusnya ia yang ada di sana. Seharusnya ia yang memeluk dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Seharusnya dia, bukan Alvin, maupun orang lain.

Sepertinya waktu tak berpihak padanya kali ini. Tetapi Alex sadar akan satu hal. Hatinya remuk dan sakit melihat Sena berada bersama orang lai. Dan ia tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

"Sial! Gue kalah cepat," umpat Alex lalu segera pergi dari tempat itu sebelum aksi baku hantam terjadi di sana.

Haduu terlalu lama hiatus ya? Maaf yaa soalnya lagi sibuk banget di sekolah. Maaf juga updatenya pendek banget.

Untuk part kedepannya bakalan ada pemecahan konflik dan ada konflik yang buat kalian super greget sama BimaSena! Untuk kali ini biarkan Sena sama Alvin dulu yaaa hihi. Alex kurang rajin sholat nih makanya apes mulu hihi.

Next tidak?

BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang