Sudah tiga hari lamanya semenjak kejadian di kelas, Sena tak pernah sekalipun melihat keberadaan Alex di sekolah. Bahkan lelaki itu tak pernah duduk bersama teman-temannya di bangku pojok kantin maupun latihan basket bersama lagi. Sosok Alex menghilang bak ditelan bumi.
Sebenarnya Sena tak masalah dengan hal itu. Hanya saja ia mulai berpikir bahwa tindakannya tempo hari begitu keterlaluan. Tak sepatutnya ia semarah itu kepada Alex mengingat begitu baiknya lelaki itu padanya. Namun, emosi sesaat itu telah meracuni pikirannya hingga membuat dirinya gegabah dan tak bisa berpikir jernih.
Sena memandang kantin pojok di mana ada segerombolan kakak kelas tengah tertawa di sana. Dulu, ada Alex yang menjadi pusat perhatian karena ketampanannya tiada tara. Namun sekarang, ia hanya menatap sendu ketidakhadiran lelaki itu lagi.
"Kak Alex belum muncul semenjak kejadian itu ya?" tanya Zahra sembari meminum jus melonnya.
Sena mengendikkan bahu, pura-pura acuh.
"Menurut lo Kak Alex di mana Han?" kini Zahra bertanya pada Jihan yang beberapa hari ini lebih banyak diam. Tak seperti biasanya yang cerewet dan heboh sendiri. Sena dan lainnya sudah bertanya mengapa perilaku Jihan berbeda tetapi gadis itu memilih bungkam.
"Kenapa tanya gue?"
"Ya kan lo biasanya paling tau info tentang Kak Alex. Masa kali ini lo nggak tau?"
Jihan menggelengkan kepalanya. "Masih trauma kali dimarahi sama adik kelas kesayangannya," celetuk Jihan sinis.
"Maksud lo apa Han?" tanya Sena yang tersinggung dengan perkataan Jihan barusan. Ia merasa jika beberapa hari ini Jihan terus bersikap sinis padanya, entah karena apa.
"Nggak tau. Coba pikir sendiri. Shil, Ra, gue ke kelas dulu ya!" pamit Jihan lalu bergegas pergi tanpa menghabiskan baksonya.
Jujur hati Sena sakit sekarang. Selama dua tahun ia berteman dengan Jihan, tak pernah sekalipun gadis itu bersikap demikian kepadanya. Baru pertama kali ini Jihan bersikap cuek, sinis, dan acuh tak acuh padanya. Rasanya begitu sesak melihat seseorang yang telah dianggap sebagai sahabat baik bersikap seperti itu tanpa ada alasan yang jelas.
Shilla dan Zahra menggenggam tangan Sena yang gemetar. Mereka berdua tahu jika Sena sangat sedih mendapat perlakuan demikian. Namun, mereka juga tak bisa berbuat apa-apa. Jihan benar-benar menutup rapat alasan mengapa ia bersikap demikian. Yang mereka tahu, ini pasti berkaitan dengan kejadian yang Sena lakukan kepada Alex beberapa hari yang lalu.
Sikap Jihan yang dingin membuat nafsu makan Sena berkurang. Ia memilih menghabiskan sisa waktu istirahat menuju perpustakaan sekaligus menenangkan hatinya yang sungguh kacau balau.
"Sena!" seseorang memanggil Sena dari arah belakang. Tentu saja gadis itu reflek menoleh. "Gue Dimas, temennya Alex."
Ah, Sena familiar dengan wajah lelaki ini dan benar saja ia adalah salah satu teman satu geng Alex yang paling sering bersama lelaki itu selain Azka. Tetapi mengapa tiba-tiba lelaki itu memanggilnya?
"Bisa bicara bentar nggak?" tanya Dimas kepada Sena.
Sena mengangguk lalu menunjuk bangku taman sebagai tempat di mana mereka akan mengobrol, entah mengobrol apa.
Dimas menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Sebenarnya gue ke sini mau jelasin sesuatu."
"Masalah apa?"
"Masalah Alex yang belum lo tau. Ini penting banget sih tapi Alex malah nyuruh gue buat diem," kata Dimas sembari menatap taman SMA Garuda yang begitu luas.
"Trus kalo udah disuruh diem, kenapa kakak—"
"Panggil gue Dimas aja," potong lelaki itu ketika Sena hendak memanggilnya kakak. Wajar sih tetapi entah kenapa geli rasanya dipanggil kakak oleh adik kelasnya itu. Apalagi Sena yang mempunyai hubungan dekat dengan Alex, dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]
Teen Fiction• COMPLETED || SEQUEL KEYLANDARA || BISA DIBACA TERPISAH • "Let see seberapa kuat lo nahan godaan dari gue, Arsena Lavenia Azura." -Alexander B. Zanuar- "Gue bersumpah kalau jatuh cinta sama lo itu adalah KUTUKAN! Lo sial b...