36. Aku mengingat semuanya.

47 11 2
                                    

Sountrack for this Chapter :

🎵Memories  - Yoshimata Ryo🎵(cek multimedia kalau mau tahu lagunya.)

🎵One in thousand - Sejeong 🎵
.
.
.
.
.
.

Tanganku terus memegang kepalaku yang berdenyut. Detak jantungku berdegup kencang. Mengingat Jamilah pernah berkata jika dirinya mencintai seorang wanita, duduk di pangkuannya, dan aku merasa jijik jika membayangkan wanita itu duduk di atas pangkuan Jamilah, aku menganggap wanita itu murahan. Dan...Itu adalah AKU! Jamilah menceritakan tentangku. Dia cerita jika dia pernah mencuri first kiss seseorang, orang itu adalah Aku! Semua yang Jamilah katakan adalah tentangku.

Air mataku mengalir deras, Aku mengingat semuanya. Nabila benar, bahwa aku pernah berpacaran dengan Jamilah. Menarik rambutku kasar, aku bangkit dari dudukku dan berlari keluar rumah Dita. Aku membuka pintunya dan menutupnya secara di banting. Aku harus memberitahu ini semua pada Jamilah. Dia pasti senang apa yang aku katakan. Aku ingin melihat apa reaksinya mendengar semua kata kataku. Ya tuhan, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini. Jika saja Nabila ada disini maka aku bertambah senang.

Tapi tunggu, aku berangkat menggunakan apa? Aku saja tidak tahu daerah sini. Terpaksa aku menyuruh seorang sopir untuk mengantarku ke rumah. Aku yakin, Jamilah berada disana. Dia selalu mengunjungi rumahku. "Pak, anterin saya. Buruan. " Desakku tidak sabaran.
"Kemanan,Non?" Tanya Pak sopir yang tidak ku ketahui namanya. "Buruan anterin aja. Nanti saya kasih tau alamatnya." geramku kesal. Buru buru Pak sopir berlari ke arah mobil Dita yang lain.

-Jamilah's POV-

"denger, Zayn! kalau sampai Aisyah kenapa napa. Maka gue gak akan segan segan membunuh lo." Sentakku pada Zayn yang sudah tidak berdaya. Ya, aku melakukan ini semua pada Zayn. Aku memukulnya tanpa ampun. Tidak peduli apa yang dia rasakan. HPku kembali bergetar, kuambil HPku melihat ada nama Sarah di layar HP. Bibi??
"Halo,Bi?"

"Jamilah, pesawat yang udah bibi pesan akan berangkat 2 jam lagi. ??!!" Seru Sarah dari seberang telepon. Pesawat? Untuk siapa?

"Maksud bibi?" Tanyaku bingung sekali kali melirik ke arah Zayn.

"Bibi udah pesenin kamu tiket pesawat ke new york. Bereskan barang barang kamu sekarang." Sarah langsung memutuskan teleponnya. Apa? Secepat itu? Berarti aku sudah akan pindah? Tanpa pamit pada Zayn, aku langsung berlari keluar. Tapi langkahku berhenti setelah mendengar seruan Zayn. "Jamilah! Temuin Ayah lo yang lagi sekarat." Teriaknya. Aku tidak punya waktu untuk pergi kesana.

"Jamilah?" Aku menoleh ke sumber suara. Davi baru saja sampai di rumah Aisyah. Oh iya aku ingat pada Aisyah! Dimana dia? Aku belum sempat pamit padanya. Bagaimana jika dia mencariku? "Lo mau kemana?" Tanya Davi lagi. Aku berjalan mendekat kearahnya dan memeluknya erat. Kurasakan Davi mengernyit bingung apa yang aku lakukan. "Jaga Aisyah demi gue. Jangan sampai dia kenapa napa. Gue bakalan pergi hari ini juga ke new york. Bibi gue ternyata udah pesenin tiket buat gue." Jelasku. Davi menarik diri dari pelukanku.

"Secepat itu?" Tanya Davi lagi. Aku mengangguk cepat. "Gue tau lo bisa di percaya. "Ucapku lagi sebari menepuk bahunya. Lalu aku berjalan ke arah motorku, naik ke atasnya dan melepas kopling. Aku sempat memperhatikan rumah Aisyah. Banyak sekali kenangan yang tersimpan disini. Sialan, mengapa begitu cepat aku pergi?! Padahal aku belum sempat mencari keberadaan Aisyah. Tapi syukurlah jika Aisyah tidak melihat kepergianku sekarang. Davi yang masih terdiam disana, tersenyum lemah padaku. Tanpa buang waktu lagi, aku melaju kencang ke arah rumah untuk menyiapkan barang barangku. Masih ada waktu 2 jam lagi untuk keberangkatan pesawat jadi aku bisa membereskan barangku terlebih dahulu.

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang