38. berusaha tidak peduli.

71 9 5
                                    

Sountrack for this part :

🎵Sound of the ocean - Yoshimata Ryo🎵
(Cek mulmed yang mau tau lagunye. Dan lagu ini nyala pas Aisyah sama Zayn ada di padang bunga. Yuhuu)
.
.
.
.
.
.
.
.
"Gue gak bisa balik bareng ya,Bil. Karena gue mau ke toko buku dulu bentar."

"Oh oke. Gue duluan ya, bye! Jangan lakuin yang macem macem."

Aku terkekeh singkat mendengar gurauannya. Setelah bayangan Nabila menghilang, barulah aku pergi dari sini. Aku berjalan di trotoar menuju toko buku. Kebetulan jaraknya tidak jauh dari sini. Memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket, karena cuaca disini terasa dingin. Padahal kan ini indonesia, kenapa rasanya seperti di musim salju?
Langkahku berhenti di saat melihat ada Zayn yang sedang berjalan berlawanan arah. Aku menundukkan kepalaku, supaya dia tidak melihatku. Aku sedang tidak mau berbicara dengannya.

"Aisyah.." Zayn memanggilku, dan juga menarik lenganku. Aku masih terus menundukkan kepalaku, enggan melihat wajahnya yang mengingatkanku pada Jamilah. Aku tahu mereka adalah saudara tiri tapi tetap saja wajahnya yang mirip membuatku semakin ingat pada Jamilah. "Lo mau kemana?" Tanya Zayn dingin.

"Bukan urusan lo." Jawabku sambil menarik tanganku kembali. Kudengar dia mendengus kesal, apa yang salah dari ucapanku? "Please jangan ngelakuin hal ini ke gue." Gumamnya kecil tapi masih bisa tertangkap jelas di telingaku. Memang kenapa jika aku seperti ini? "Why?" Ucapku sebari memutar tubuhku ke arahnya. Dia menatapku datar, raut wajah nya tidak bisa di tebak. Mataku terus menatap matanya yang berwarna cokelat terang, membuatku sedikit terpana dan juga tergoda akan matanya yang indah. Di tambah bulu matanya yang rentik.

"Bisa lo jauhin gue,Zayn? Gue gak bisa berada di deket lo." Gumamku pelan. Aku tidak tahu kenapa tiba tiba bisa aku mengatakan hal ini.

"Kenapa? Karena gue mirip kayak Jamilah dan itu membuat lo semakin inget ke dia?" Tanya Zayn yang sepertinya bisa membaca pikiranku. Aku hanya terdiam, terus menatap matanya begitu pula dengan Zayn. "Kalau begitu, Anggap aja gue adalah Jamilah. Dan lo gak usah merasa terluka lagi." Tambahnya kini menyimpan nada tulus. Dia bercanda? Aku buang muka darinya, aku sudah terlalu lama menatap matanya. Sialan, kenapa aku menjadi salah tingkah begini?!

"Lihat gue,Aisyah." Ucapnya lembut. Aku kembali menoleh ke arahnya, dan dia menangkupkan wajahku. "Gue tahu, gue gak sempurna, gak kayak Jamilah. Dia banyak di kagumin sama cewek lain. But, trust me. Gue bakalan berusaha menjadi yang terbaik untuk lo." Jelasnya benar benar. Aku melepaskan kedua tangannya dari wajahku, membuang muka darinya dan berusaha tidak peduli!!. "Gue anterin lo balik." Zayn mengaitkan jarinya di jemariku. Dan entah kenapa aku merasa nyaman jika dia melakukan hal ini. Aku membalas kaitannya di tanganku, dan aku yakin dia juga merasa terkejut apa yang kini kulakukan. Aku harus melupakan Jamilah, dan melampiaskannya kepada Zayn. Adik tirinya sendiri.

Zayn membukakan pintu mobilnya untukku, sontak aku merangkak masuk ke dalam. Yang tadinya aku mau ke toko buku dan akhirnya tertunda karena Zayn. Tak lama kemudian dia masuk, dan memasang sabuk pengamannya. "Bawa gue ke tempat sejauh mungkin." Ucapku tiba tiba tanpa kusadari. Kurasakan dahi Zayn mengkerut. "Kemana?" Tanya dia. Aku pun menoleh ke arah Zayn, dan benar dia sedang mengkerutkan dahinya. "Kemana aja. Ke tempat yang belum pernah gue datengin atau gak...Tempat favorit lo." Jawabku lagi. Dia tersenyum kecil dan menyalakan mesinnya.

Pandanganku pun teralih ke kaca, melihat langit yang cerah. Baguslah jika cuacanya seperti ini, semenjak Jamilah pergi aku menjadi benci Hujan. Karena aku ingat dimana kita sedang bertengkar dan berada di tengah hujan. Aku juga menjadi ingat di saat kami sedang bermain dan bercanda di bawah huja. Buru buru kugelengkan kepala pelan. Aku harus melupakannya saat ini juga.

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang