51. Surprise!!

29 8 0
                                    

"Oke fine, buka mata lo." Perintah Angkasa. Sontak aku melakukan apa yang disuruhnya. Perlahan kubuka mataku dan semuanya terlihat.
Banyak lampu warna warni, berbagai macam warna bunga, dan diseberang sana ada danau. Mataku menoleh ke sebelah, dan disana pula ada rumah pohon. Tempat ini membuatku nyaman. kulangkahkan kakiku ke arah rumah pohon yang dihiasi lampu lampu kecil yang berwarna emas.

Aku mulai menaiki tangga kecil yang menuju ke atas. Sesampainya di atas, aku memperhatikan semua isi ruangan itu. Ada sofa, televisi, kulkas dan mainan anak anak. Kenapa harus ada mainan? Apa Angkasa sengaja memberikan ini semua untukku? "Mainan itu punya sepupu kecil gue yang udah meninggal. Gue sering ajak dia kesini." Celetuk Angkasa yang sepertinya baru saja membaca pikiranku.

"Gue harap lo nyaman ada disini." Tambahnya. Tentu saja aku nyaman berada disini!! Dan aku lebih nyaman lagi jika Angkasa menemaniku malam ini, aku akan menginap disini untuk menjernihkan pikiranku.
Asal kalian tau, setelah bunda meninggal aku tidak masuk sekolah. Aku tidak tau  kapan aku siap datang lagi ke sekolah.
"Gue bakalan tidur disini. Dan lo temenin gue." Angkasa menaikkan kedua alisnya menandakan bahwa dia setuju dengan ucapanku.

Aku memilih untuk masuk ke dalam balkon. Rumah pohon Angkasa menurutku cukup mewah. Kedua tanganku menggenggam tiang penyangga, dan mataku melirik ke bawah, ada danau yang lumayan jernih. "Kayaknya lo suka banget ngeliatin danau itu." Ujar Angkasa tiba tiba. Aku membalasnya dengan senyuman tanpa mengalihkan pandanganku dari danau. Tapi aku malah aku teringat pada Jamilah jika melihat Danau.
Saat dia masih berada di indonesia, dia sering membawaku ke danau. Terkadang dia mengajakku untuk naik perahu kecil dekat danau.

Ya tuhan, rasanya aku ingin sekali melupakan semua kenanganku bersama Jamilah. Tapi jika aku berusaha untuk melupakannya malah aku lebih sering memikirkannya.
Aku menimbang nimbang, apakah pendapatku untuk putus dengannya adalah jalan yang terbaik atau...entahlah. aku tidak bisa menjelaskannya. Aku terlalu terbawa serius pasal Jamilah.
jujur saja aku merindukan Jamilah, sangat merindukannya. Namun dia jauh dariku...aku yakin dia pasti sudah punya yang baru dan aku senang akan hal itu.

Jika dia senang maka aku ikut senang. Apapun itu aku mendukungnya, lebih baik aku membuka hatiku untuk orang lain.
Dan tentu saja aku akan membuka hatiku untuk Angkasa.
Karena hanya dia yang dekat denganku sekarang, disaat aku sedih...senang...dia selalu hadir di sampingku.

Tanpa kusadari aku tersenyum sendiri seperti orang gila. Untung saja Angkasa tidak menyadari hal itu bahwa aku senyum senyum sendiri. "Kenapa?" Tanya Angkasa tiba tiba membuatku gelagapan.
"Ga. Gue cuman..." aku terdiam saat mata Angkasa bertemu denganku.
Kupastikan perasaanku, tidak ada tanda tanda bahwa aku mencintainya.
Aku memang menyayanginya bukan mencintainya.
Kalian pasti tau, sayang dan cinta itu beda. Aku belum bisa memastikan perasaanku. Misalnya  Angkasa menyatakan perasaannya dan dia ingin jika aku menjadi kekasihnya...aku tidak tau apa yang harus aku jawab.

"Aisyah."

"Hmm..??" Aku menaikkan sebelah alisku.

"Kita udah deket lama, mau begini terus?" Tanya Angkasa. maksud dia apa?

"Maksud lo? Gue ga paham.." angkasa berdehem agak keras dan membuang muka dariku. "Lupakan." Dia masuk ke dalam ruangan. Pasti ada yang dia sembunyikan, buru buru aku masuk ke dalam ruangan. Kutarik tangannya hingga dia berhenti tapi dia sama sekali belum menoleh ke arahku. "Kasih tau gue. Lo mau ngomong apa?" Desakku.

"Lupakan. Itu ga penting, mendingan lo duduk di sofa dan--"

"Tapi bagi gue penting!!" Potongku cepat. Dia mendecak sebal, dan menepis tanganku agak kasar. Dia kenapa? Padahal tadi suasana hatinya sedang baik namun sekarang dia malah berubah drastis  menjadi...pemarah,mungkin?
"Angkasa..kasih tau." Rengekku menyimpan nada memohon. Akhirnya dia menaikkan kedua sudut bibirnya dan membentuk senyuman tulus. Oh senyuman itu..aku sangat menyukai senyuman hangatnya.

"Kita udah lama dekat, dan...kenapa kita ga serius aja kedepannya?" Ujarnya santai. Dia baru saja mengajakku untuk serius?
"Gue butuh lo untuk jadi pendamping hidup gue. Itu juga kalau lo mau---" ada jeda panjang dan dia menghela nafas dikit dan kembali berbicara, "apapun itu jawaban lo. Gue terima. Gue Akan Selalu Menunggu Jawaban. Hingga Jantung Ini Berhenti Untuk Berdetak Meskipun Setelahnya." tambahnya.

Aku tersenyum simpul dan langsung masuk ke dalam pelukannya. Bagaimana bisa aku menolak orang yang sudah lama peduli padaku? Jika aku terus mengharapkan Jamilah. Itu hanya sia sia. Percuma dia pasti sudah bersama yang lain. Dia mengeratkan pelukannya, seperti tidak ingin kehilangan akan diriku. "Makasih karena lo udah peduli sama gue. Gue ga tau harus balas apa." Gumamku di telinga kananya.
Bisa kurasakan dia tersenyum kecil,"Gue hanya butuh balasan perasaan lo. Bukan yang lain, percaya deh.." ucapnya meyakinkan.

"Iya, gue percaya ko sama lo." bisikku. Mataku sedikit samar, sepertinya aku kelelahan. kulepaskan pelukanku dan berjalan ke sofa. "Gue tidur dulu ya." Aku duduk di sofa dan pada saat aku ingin menaikkan kedua kakiku ke atas sofa, Angkasa malah menggendongku layaknya macam pengantin. Apa yang dia lakukan?!
"Angkasa!! Turunin gue!! Gue mau tidur. Demi apapun gue ngantuk." Sentakku jengkel.

"Ada kamar di rumah ini. Kenapa musti tidur di sofa?"

"Seenggaknya ga usah gendong gue juga kali. Gue masih punya KAKI." Angkasa terdiam tidak merespon perkataanku. Angkasa membawaku masuk ke dalam kamar tanpa pintu hanya tirai putih yang hanya menutupi kamar ini. Dia pun menaruh tubuhku di atas ranjang yang empuk dan juga lembut. Jujur saja aku malu jika Angkasa melakukan seperti ini untukku. "tidur. Atau gue yang bakalan tidurin lo." Ancamnya. Bodoh, dia cabul-_.

"Fine!! Tapi lo keluar dulu baru gue tidur."

Angkasa menaikkan kedua alisnya dan keluar kamar. Nafasku kembali teratur, asal kalian tau...Pas Angkasa menggendongku, telapak tanganku langsung berkeringat dingin. Oh ya tuhan..dia memang benar benar keterlaluan.

***

"Lo bisa masak??" Tanyaku tidak percaya. Aku terus memperhatikan Angkasa yang sedang membuat sesuatu untuk makan malam. Well, sepertinya dia pandai memasak. Kulihat Angkasa telah mematikan kompornya dan menuangkan makanan ke piring. Setelah itu dia memberikan satu piring untukku. Whoa, yang benar saja!!! Cowok yang ada di hadapanku ini membuat pancake isi cokelat.  Kuyakin masakannya pasti enak.

"Kenapa? Lo ga suka?" Tanya Angkasa tiba tiba. Tanpa menjawab pertanyaan Angkasa, aku memakan pancakenya. Dan..dia benar benar berbakat-_
Tentu saja aku tidak percaya akan hal itu, baiklah aku sudah salah menilai Angkasa. Aku kira dia hanya bisa memasak air tapi rupanya...WHAT THE HELL?! Dia memasak pancake dan rasanya sangat memuaskan.

Saat aku sedang asik memakan pancake yang ada dipiringku, tiba tiba HPku bergetar. Sontak aku berhenti makan dan mengambil HP dari saku celana pendekku. Apa ini sebuah kejutan? Jamilah meneleponku. Kulirik Angkasa sedang melahap makanannya, lebih baik aku matikan saja.
Setelah di matikan aku kembali memakan makanannya.
Dan untuk yang kedua kalinya HPku bergetar. "Angkat aja sih." Perintahnya ketus.

Aku sempat berpikir sebelum bertindak, baiklah aku angkat teleponnya. Aku berjalan menjauh dari Angkasa supaya aku bisa leluasa berbicara dengan Jamilah.

"Kenapa lo hubungi gue?"

"Lo dimana?"

"Di rumah temen. Kenapa? Ada urusan?"

"I am back."

APA??? KEMBALI???
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Holaaaa JAMILAH AKHIRNYA PULANG KE INDONESIA.
DAN GUA GA TAU GIMANA PERASAAN JAMILAH PAS TAU KALAU AISYAH DEKET SAMA ANGKASA. DAN GUE JUGA SEDIKIT BINGUNG...MENDINGAN MILIH ANGKASA ATAU JAMILAH? HUAAA AM SO CONFUSED:')

BTW PLEASE VOMMENT IF YOU WANT TO NEXT PART. HARGAIN WORK ORANG DONG SAY...
Hnghh.....gereget-_

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang