37. Diam dan menangis.

44 10 18
                                    

"Bunda pulang!!" Seru Bunda dari luar kamarku. Aku tidak peduli Bunda pulang atau tidaknya, aku sedang ingin sendiri. Tidak boleh ada yang masuk ke kamarku. Beberapa hari yang lalu setelah Jamilah pergi, Aku hanya diam di dalam kamar. Menyendiri. Tidak tidur seharian, dan terkadang aku DIAM DAN MENANGIS. Rasanya aku lelah untuk menangis, buat apa ditangisi jika dia belum kembali juga.

Aku terbuyar dari lamunanku setelah ada suara ketukan pintu, "Aisyah? Kamu di dalam?" Seru Bunda lagi. Dengan malas aku bangkit dari dudukku, berjalan untuk membuka pintu. Aku membukanya hanya sedikit supaya Bunda tidak bisa melihat keadaan kamarku yang seperti kapal pecah. "Kamu sakit?" Tanya Bunda sebari memegang keningku. Aku teringat disaat Jamilah mengatakan, Bahwa aku akan menikah dengannya setelah dia pulang ke indonesia dan aku malah melakukan memegang keningnya memastikan tidak sakit.

"Gak." Jawabku singkat, padat dan jelas. Bunda menaikkan kedua bahunya dan tersenyum kecil, "Bunda bawa oleh oleh buat kamu. Ayo.." Bunda menarik tanganku tapi segera kutepis membuat Bunda menatapku bingung. "Aku lagi gak mau keluar kamar. Dan sebaiknya oleh oleh Bunda taruh di depan pintu kamar aku." Ucapku sedikit menyentak. Aku langsung menutup pintunya dan tidak mendengar suara Bunda lagi. Baguslah kalau begitu, mungkin dia mengerti apa yang sedang kurasakan.

Berjalan ke arah jendela, dan duduk di sofa yang berada di depan jendela. Kusenderkan punggungku ke senderan sofanya. Aku mengambil nafas dalam dalam, berusaha menghilangkan rasa rinduku pada Jamilah. Dan tanpa kusadari air mataku terjatuh lagi. Sudah berapa kali aku menangis hari ini, mungkin saja 10 kali lebih. Aku menyeka air mataku kembali, dan mataku memincing melihat cewek yang keluar dari mobilnya. Loh itu kan Nabila??

Dia berjalan masuk ke dalam rumahku, kuputuskan untuk keluar dari kamar tapi... biarkan saja dia yang kesini. Aku kembali duduk dan memandangi pemandangan di luar jendela. "Setiap hari lo lakuin ini setelah dia pergi?" Aku terpenjat kaget, menolehkan kepalaku ke belakang. Menampilkan Nabila yang sedang berdiri di ambang pintu. Dia terlihat sehat, ceria, tapi hanya ada yang berbeda dari penampilannya. Rambutnya yang agak pendek membuat Nabila semakin manis.

Nabila menutup pintunya, setelah itu dia berjalan ke arahku. Lantas aku pun bangkit dari dudukku. Memandangi Nabila dari ujung kepala hingga ujung kaki," lo udah sehat?" Tanyaku ragu. Dia mengangguk cepat. "Lo udah move on?" Tanya Nabila dibarengi tawaan kecil. Tapi aku tidak tertawa hanya tersenyum ragu. Kurasakan Air mataku mengambang, seketika itu pula Nabila memelukku erat dan aku langsung menangis. Tangisanku begitu terasa sakit, aku tidak kuat jika terus seperti ini.

"Gue ngerti,Aisyah. Jangan tangisin dia yang udah pergi jauh. Dia gak mungkin akan kembali ke sini dan menjalin hubungan lagi sama lo. Lo harus cari orang lain, dan lupain dia. Gue yakin Jamilah akan lupa sama lo." Ucap Nabila sebari tangannya mengusap punggungku pelan.

"G-gue bukan tipe cewek yang mudah jatuh hati. Gue orang yang susah sayang sama orang, dan sekalinya gue sayang sama orang itu maka gue akan terus sayang sama dia." Balasku menahan tangisan. Pelukan kami semakin erat, aku tidak sanggup jika terus seperti ini. Dan Nabila benar, aku harus mencari seseorang yang baru, seseorang yang akan menjadi pendamping hidupku. Aku harus melupakan Jamilah. Aku harus berusaha keras, dan aku juga harus menimbulkan rasa kebencianku padanya agar aku lebih mudah jatuh hati.

.

"Masuk sekolah tanggal berapa sih?" Tanya Nabila di saat kami sedang berada di restoran Hanamasa. Kami sedang menikmati makanan jepang dan kebetulan Nabila yang mentraktirku. "Beberapa hari lagi. Tanggal 17 januari." Jawabku. Aku mengambil daging dan memasukkannya ke dalam mulutku. Rasanya  kehidupanku bebas jika memakan makanan seperti ini. Aku lah yang paling banyak memakan berbagai macam disini, tidak peduli timbangan badanku akan naik.

"Oh iya lo tahu gak?" Tanya Nabila antusias.

Aku melirik sedikit ke Nabila dan menatap makanaku kembali,"gak. Kan belum di kasih tau." Jawabku malas.

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang