34. where is she?

29 11 1
                                    

Soundtrack for this chapter :

🎵The last time - Yoshimata ryo. 🎵 (soundtrack The last time bakalan muncul pas Jamilah lagi lari larian nyari Aisyah dengan perasaan frustasi. Bayangin deh😂😂)

🎵Night Changes - One direction🎵
.
.
.
.
.

Aku membuka mataku di saat merasakan ada cahaya Matahari yang membuatku terganggu. Sial, semalaman aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan Aisyah. Hidupku tidak akan bisa tenang jika terus memikirkan keadaan Aisyah. Sebenarnya dimana dia? Atau mungkin tersesat? Atau seseorang telah mengambilnya dariku? Ya tuhan, kenapa rumit sekali?! Aku membenci diriku sendiri. Mengapa aku harus terlalu terbawa emosi dan melampiaskannya pada Aisyah. Aku yakin dia membenciku lagi, aku yakin akan hal itu.

Bangun dari tidur, aku duduk di tepi ranjang sebari menatap pintu kamar mandi. Ingin mandi tapi malas. Kulihat jam wekerku di nakas, sudah menunjukkan pukul 10 siang. Jika Aisyah belum ada kabar juga maka semakin cepat aku pergi dari sini. HPku berdering, dan muncul nama Adit di layar HPku. Dengan ragu aku pun mengangkatnya,"Halo?"

"Wehei Jamilah!! Kapan lo pindah? Gue udah lama nungguin lo disini. Gimana sekolah lo disana? Banyak cewek cantik?"

"Bukan urusan lo."

"Dingin amat. Kayaknya lo ada masalah ya?"

Terdiam sejenak. Memejamkan mata terlebih dahulu sebelum menjawabnya, "gak ada. Dan ya secepatnya gue bakalan pindah ke sana. "

"Bagus!! Cepetan deh lo kesini. Ada hal yang harus gue omongin sama lo."

Alisku sontak bertautan. Bodoh, Adit selalu saja membuatku penasaran. "Hal apa?" Tanyaku sedikit mendesak. Namun dia tertawa, padahal tidak ada yang lucu sama sekali. Dasar gila.

"Makanya cepetan pindah atau lo bakalan ketinggalan sama yang satu ini." Ucapnya yang ku yakin dia sedang duduk di antara kedua cewek jalang. Udah gak aneh dengan sifatnya Adit yang suka menghamburkan uangnya hanya untuk di club.

"Janji lo bakalan ngasih tau hal itu ke gue?"

"Need pinky promise?" Ledeknya lalu tertawa lepas. Dasar brengsek!

"Stupid man." Aku langsung memutuskan teleponnya dan melempar HPnya ke sembarang arah. Lagi, pikiranku menuju ke Aisyah. Atau mungkin saja Davi membawanya??aku harus pergi ke rumahnya sekarang juga.

.

Aku mematikan mesin motorku di depan rumah Davi yang terlihat sepi. Lalu menaiki beberapa anak tangga agar bisa berada di hadapan pintunya. Sebelum aku mengetuk pintu, sudah ada orang yang membukanya dan orang itu adalah Davi. Wajahnya terlihat terkejut setelah melihat keberadaanku disini. "Jamilah? Lo sendiri?" Tanya dia sebari menengok ke kanan dan ke kiri. Tanpa permisi, aku menerobos masuk ke dalam rumahnya. Mencari cari keberadaan Aisyah. Jika Davi menyembunyikan cewek itu dariku maka tidak segan segan aku membunuhnya.

"Lo cari siapa?" Tanya Davi bingung. Aku membuka pintu kamar rumah ini satu persatu. Tapi tetap saja hasilnya nihil. Persetan ! Kenapa aku dibuat seperti orang ling lung sama Aisyah?! "Dimana Aisyah?" Tanyaku ketus. Dia menaikkan kedua bahunya. "Dia gak kesini. Ada apa? Kalian ada masalah?" Aku langsung keluar dari rumahnya tanpa menjawab pertanyaan Davi.

Di saat aku ingin melepas kopling, Davi berseru dari dalam, "gue bakalan cari tau dimana Aisyah!!". Aku mengacungkan jempol padanya tanpa melirik ke arah Davi sama sekali lalu melaju pergi dari tempat sialan ini. Dalam perjalanan, mataku terus menyapu seluruh tempat ini. Takut nya saja Aisyah ada sekitar sini tanpa aku ketahui, maka dari itu aku harus jeli melihat sekeliling. Tepat di depan cafe seberang, aku melihat seperti ada Aisyah yang baru saja keluar dari sana seorang diri. Tapi aku tidak yakin jika penglihatanku benar. Kuputuskan untuk turun dari motor, menyebrang jalan. Lalu mengejar cewek itu. "TUNGGU!!!" Seruku seraya menarik lengannya. Cewek itu menoleh ke belakang, menatapku bingung. dia bukan Aisyah, hanya saja mirip.

"Kenapa?" Tanya dia. Aku terdiam memandangi wajahnya yang memang terkesan sangat manis dan matanya yang indah. Tapi jika aku menatap matanya yang cokelat terang, mengingatkanku pada seseorang yang pastinya bukan Aisyah. Perlahan kulepaskan tanganku dari lengannya. "Maaf salah orang." Ucapku dingin. Mulutnya sedikit terbuka seperti ingin bicara sesuatu, namun dia hanya tersenyum ramah lalu pergi meninggalkanku. Senyuman itu sangat mirip dengannya. Fuck!! Where is she?!

-Aisyah's POV-

"Ah!" Aku memegang kepalaku yang terasa sakit. Mengerjapkan mata beberapa kali karena pandangan yang buram. Perlahan pandanganku kembali jelas, menampilkan sebuah ruangan asing yang tidak kukenal. Aku dimana? Bukannya aku ada di taman waktu itu? Kulihat bajuku yang telah berubah. Berarti seseorang telah membuka bajuku?! Ya tuhan!! Aku diperkosa?!

Pintu terbuka, dan ada orang yang masuk kesini. Dia perempuan, pake kerudung. Dia melemparkan senyum ramahnya padaku. Lau berjalan ke arahku,"Hai.. udah sadar rupanya." Sapanya hangat. Dia memberikanku secangkir teh, dengan ragu aku menerimanya lalu menyesapnya. "Nama gue Dita. "Ujarnya memperkenalkan diri. Aku menaruh cangkir teh di laci kecil yang berada di sebelah kiriku.

Aku mengulum senyum padanya,"Aisyah." Ucapku ragu ragu. Dia menaikkan kedua bahunya pelan,"kenapa lo bisa pingsan di tengah tengah hujan?" Tanya Dita penasaran. Seketika aku mengingat kejadian dimana Jamilah sangat marah padaku, meninggalkanku di tengah tengah taman. Bahkan aku mengingatnya saja terasa sakit. Kugelengkan kepala, menutupi apa yang sebenarnya terjadi. "Oke. Ayo kita ke ruangan." Ajaknya. Aku menuruti ucapan Dita.

Kedua alisku terangkat ke atas, merasa kagum dengan rumahnya Dita. Sangat megah. Dia anak kongloMerat? Jika memang benar, maka dia adalah orang yang terhormat termasuk kedua orang tuanya. "Dimana orang tua lo?" Tanyaku penasaran. Kurasakan Dita tersenyum kecil, "Mereka udah gak ada."

Oh.

"Gue turut berduka cita."gumamku merasa tidak enak.

"Thanks. Mau makan? Kebetulan gue masak banyak hari ini." Aku mengikuti Dita ke arah dapur. Dia tinggal sendiri namun dia memasak banyak? Siapa yang mau makan? Dita mengeluarkan makanan dari oven. Kuyakin makanan itu sangat lezat. Dia mengeluarkan beberapa makanan dari oven yang berjumlah 4! Wow. Itu mengagumkan.

Kuputuskan untuk duduk di bangku meja makan sambil memperhatikan Dita yang sibuk sendiri. Aku sempat ingin membantunya namun dia menolak akan hal itu. Dia memang sangat baik. Aku tidak menyangka jika dia yang akan membantuku, aku kira seseorang telah menculikku. "Oh Iya, masa yang ada cowok yang waktu itu megang tangan gue." Ucap Dita setelah duduk di seberangku. "Wajahnya itu ganteng banget. Kayak ke arab araban gitu. " Tambahnya. Arab? Kok ciri cirinya kayak Jamilah? Ah gak mungkin. Lagian wajah kayak Arab bukan dia doank kali.

"Dimana?" Tanyaku sedikit penasaran walaupun tidak peduli soal itu." Di depan cafe. Dia tiba tiba aja narik tangan gue, kayak cari seseorang gitu. Terus dia bilang 'Maaf salah orang'". Aku terdiam sambil menyaring perkataan Dita. Aku berusaha menjauh pikiran tentang Jamilah, kurasa cowok itu sudah benci padaku. Dita menyodorkan piring padaku, menyuruhku untuk menaruh makanan di atas piring yang masih kosong. Dita pun melakukan hal yang sama denganku. Aku mulai menaruh makanan yang menurutku enak di atas piring setelah itu memakannya sangat lahap. Aku kelaparan rupanya.

Seketika aku teringat pada HP. Iya HP!! Tanpa menghabiskan makanku, diriku langsung berlari ke arah kamar. Jangan sampai HP aku hilang. Mengambil celanaku yang berada di atas sofa, merogoh sakunya. Tapi tidak ada! Gak mungkin hilang, gak mungkin. Sial, apa yang harus aku lakukan?! Hp ilang, ngehubungi Bunda gak bisa. Dan salahnya aku gak hafal nomor telepon Bunda. Gak mungkin Jamilah memberitahu Hal yang sebenarnya terjadi di antara kami.

"Kenapa?" Aku terkejut mendengar suara Dita dari belakang. "HP gue hilang." jawabku kesal. Bisa bisanya HPku ilang! Menyebalkan. Padahal itu kan HP yang sangat aku sayangi. "Jangan khawatir. Gue bakalan beliin yang baru buat lo." Ujar Dita sebari berjalan mendekatiku. Dia serius? Membelikan HP baru untukku? "Serius?" Dia mengangguk pelan. Aku tersenyum senang. "Oh iya, lo sekolah atau kuliah?" Tanyaku memecahkan keheningan. "SMA kelas 3. " jawabnya santai. Berarti dia seumuran denganku. Kukira dia lebih tua dariku, wajahnya saja sudah terlihat dewasa. Apalagi dia mempunyai paras cantik dan juga manis. Aku yakin banyak pria yang mengagumi akan kecantikannya, ditambah hatinya yang sangat baik. Aku beruntung bisa kenal dengan Dita.

***

Leave comment and vote:)
Hargain usaha gue yang udah mati2an ngerjain ini, huhuhu..😣😣
Lebay:v

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang