26. Sebuah pertanyaan.

61 16 12
                                    

"Bil, lo kenapa sih daritadi diem aja?" Tanyaku pada Nabila pada saat kami berada di kantin. Cewek yang ada di sebelah aku ini terlihat sangat pucat, dan juga lesu. Membuatku menjadi semakin khawatir pada sahabatku sendiri. Nabila menghela nafas pelan. Dia batuk, buru buru aku memberikan minum padanya. Dia pun meminum minuman yang aku berikan. "Nabila. Kalau ada masalah lo cerita sama gue." Tambahku.

"Gue kemaren ke dokter---" Nabila terdiam sejenak. "Gue kena Leukimia." Ucap Nabila menahan air mata agar tidak terjatuh. aku pula terkejut mendengar ucapannya. Leukimia?? Itu kan penyakit yang bahaya. Nabila masih terlalu muda untuk mendapatkan penyakit itu. Nabila memegang tanganku kuat, aku tau bagaimana perasaannya yang hancur. Aku mengelus bahunya pelan, menenangkan Nabila agar sabar dan juga tegar.

"Bil...Kalau lo mau nangis, nangis aja ya. Jangan di tahan." Gumamku dengan gemetar. Nabila langsung memelukku erat, dia menangis tersedu sedu. Aku ikutan menangis, Nabila adalah sahabatku. Aku tidak kuat jika Sahabatku sendiri mengalami masalah. Nabila kembali batuk, tanganku pun kembali mengelus punggungnya. "Gue takut.." Bisik Nabila ditelingaku.

"Its okay..its okay..don't worry,Bil." Balasku. Beberapa pasang mata mengarahkan pandangannya ke arahku. Tidak peduli apa omongan orang lain yang melihat kami. Kulihat Davi sedang berdiri dari kejauhan sambil menatapku dengan tatapan sendunya. Davi membuang mukanya dariku sejenak, lalu pergi dari tempatnya.

"Gue takut, Aisyah. Gue bakalan ngerasain sakit.." Ucap lagi Nabila.

"Sabar,Bil..ini semua ujian. Lo harus semangat berobat agar sembuh. Lo mau sehat kan?" Kurasakan Nabila mengangguk pelan. "Maka dari itu lo harus semangat untuk berobat." Nabila melepaskan pelukannya perlahan. Ada jejak senyuman di wajahnya. Namun aku panik karena Nabila mimisan. Buru buru aku mengambil Tisu dan menaruhnya di kedua lubang hidung Nabila agar darahnya tidak meleber ke seragamnya. Bianca tidak sengaja lewat dan menumpahkan makanannya ke atas kepalaku. Sial !! Bianca sengaja melakukannya kan?!

"Upss..sorry, jadi kotor deh." Beberapa murid menertawaiku. Ada juga yang menatap kesal ke arah Bianca yang ikutan tertawa. "Ehh tapi lo lebih cantik begini deh. Kotor. Ewhh..haha." Bianca tertawa lepas. Tangannya pula memegang perut, menurutnya ini lelucon? Emosiku memuncak karena Bianca sangat keterlaluan. Aku ingin bangkit dari dudukku, tapi Nabila menahannya. "Jangan, Aisyah.." Bisikknya. Tidak, aku tidak mau menuruti perkataan Nabila. Aku harus membalasnya.

Aku mendorong Bianca kasar hingga dia terjatuh ke lantai. Kuambil minumanku dan menumpahkannya ke wajah Bianca yang sok kecakepan itu. Dia pikir aku takut?!

"HEH !! LO BENER BENER KETERLALUAN,AISYAH!! WAJAH GUE...arggghhhh..."

"Gue gak akan ngelakuin ini sebelum lo memulainya,Bianca. BITCHY !!!"

Aku menarik tangan Nabila agar segera pergi dari sini. Aku sungguh malu karena Bianca. Orang orang juga memperhatikanku karena kotor. Sialan!!! Aku tidak akan membiarkan Bianca hidup tenang. Citra pun lewat di hadapanku, alisnya mengkerut. Dia seperti ingin tertawa namun aku langsung menyentaknya.

"Gak usah ketawa lo ANJ*NG !!" Sentakku membuat Citra terdiam. Aku kembali berjalan ke arah toilet, Nabila pula mengikutiku dari belakang. Aku menundukkan kepalaku karena Jamilah melihat penampilanku yang berantakan.

"Aisyah?" Jamilah memanggil namaku. Tapi aku mengabaikannya. Menambah kecepatan lariku, masuk kedalam toilet. Disusul oleh Nabila. Di dalam toilet tangisanku pecah. Aku merasa malu dilihat oleh Jamilah. Ditambah penampilanku seperti orang gila. Kubersihkan rambutku, masih dengan tangisan yang pilu.
Nabila hanya bisa memandangiku kasihan, dia membantuku untuk membersihkan kotoran yang ada di rambutku.
Rambut indahku hilang...BIANCA SIALAN!!!

Pintu toilet terbuka, menampilkan Jamilah yang memasang wajah khawatir. Dia ngapain sih kesini?! Kenapa gak diluar aja?!
Aku kembali membersihkan rambutku, tidak memperdulikan keberadaan Jamilah. Kurasakan Jamilah memegang kedua tanganku membuat aku memberhentikan kegiatanku.

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang