41. Rindu

33 11 4
                                    

Aku berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, dan mataku melihat ke sekeliling. Memastikan bahwa Angkasa ada disekitar sini. Aku yakin dia dateng pas pagi pagi, sedangkan aku aja gak ada dirumah. "Aisyah!!" langkahku terhenti saat mendengar suara cowok. Itu pasti Angkasa! Menoleh ke belakang, melihat Davi yang sedang berlari ke arahku. Aku kira Angkasa ternyata bukan. Aku mengulum senyumku kecil, walaupun sebenarnya aku malas untuk tersenyum.

"Lo tinggal dimana sekarang? Bunda lo bilang kalau lo pindah. Ada masalah?" Tanya Davi bertubi tubi. Aku hanya meresponnya dengan hembusan nafas kasar. Apa aku harus memberitahunya? Ini kan masalah pribadi dan gak boleh di umbar sama sekali.

"Gak ada. Cuman pengen pindah aja, supaya gue juga bisa mandiri. " jawabku santai. Sangat santai seolah olah gak ada masalah apapun. Dia mendesah lega, "bagus deh. Jadi, sekarang lo tinggal dimana?" Tanya Davi lagi. Aduh ini cowok bawel banget ya. Mulutku kembali tertutup saat Nabila datang tiba tiba, padahal gak di undang. "Hai guys. " sapanya sok manis.

"Hai Nabila sayang." Balas sapa Davi sambil merangkul bahu Nabila. Gak mau kebawa suasana romantis, lebih baik pergi dari hadapan mereka sekarang juga. Aku memutar tumitku dan berjalan kembali masuk ke kelas. Nabila meneriaki namaku beberapa kali, sedangkan aku gak ngerespon. Aku lagi mau sendiri, nungguin Angkasa--Eh itu cowok gak nongol.

Masuk ke dalam kelasku, lalu duduk di bangku. Kutaruh tasku di atas meja dan mendengus kasar. "Ciee yang jenuh karena Jamilah pergi. "Suara setan itu langsung masuk ke dalam kupingku. Siapa lagi kalau bukan BIANCA! Haduh, bisa gak sih?! Gak usah muncul di hadapan gue sekarang. Aku menggelengkan kepalaku pelan, orang gila kayak dia gak usah di ladenin. Yang ada malah nambah gila. Mendingan di diemin, nanti juga malu sendiri. HA HA.

"Lo denger gak apa kata gue?!"

Aku tersentak. Macam biasalah Bianca selalu mukul meja orang. Gue sumpahin itu tangan remuk! Mampus lo. "Kalau denger, mau ngomong apaan lo?" Tanyaku sedikit menantang. Dia bertepuk tangan, entah itu memujiku atau menghinaku. Aku tidak peduli. Bianca memajukan wajahnya dan berbisik di dekat telingaku,"gue gak akan biarin lo hidup tenang,Aisyah."Ancamannya membuatku bergidik ngeri. Sebenarnya apa yang membuat Bianca benci padaku? Sedangkan aku saja gak pernah melakukan kesalahan.

"Gue gak takut." Ucapku ikutan berbisik. Dia menjauhkan wajahnya dariku, memandangku terkejut. Dia pikir aku akan takut?tentu saja tidak,Bodoh. Dia buang muka lalu pergi kemana tau. Mungkin ke kelas temennya dan membuat rencana. Aku udah tau itu. Selang beberapa menit Bianca pergi, Nabila pun datang. "Aisyah!"Seru Nabila. Dia kenapa? Kok kayak agak panik gitu?

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Lo dicariin sama cowok. Gak tau namanya siapa, di tungguin di depan gerbang." Jawab Nabila dengan nafas yang tersengal. Cowok? Nyariin aku? Itu pasti Angkasa!! Bangkit dari duduk dan berlari ke depan gerbang secepat mungkin. Aku sudah yakin dari tadi kalau Angkasa bakalan dateng nyari aku. Lariku perlahan berubah menjadi jalan santai. Melihat cowok yang memakai jaket Jeans, layaknya macam Dilan. Dia membelakangiku, membuatku tidak bisa melihat wajahnya. Itu Angkasa kan?

"Angkasa??" Panggilku. Dia menolehkan kepalanya ke bekalang. Dan benar! Dia Angkasa. "Aisyah!!" Angkasa menarikku ke dalam pelukannya, Pelukan di depan gerbang sekolah kayak apaan tau. Tangannya mengusap puncak kepalaku pelan, aku tidak membalas pelukannya. Kalau membalas pasti jadi bahan omongan. Mataku melirik ke sekitar, melihat murid murid yang sedang memperhatikan kami. Sialan! Ini kapan di lepasinnya?

"Gue denger ada kerisuhan di rumah lo. Dan pas pagi lo gak ada di rumah, gue nanya ke Bunda lo.. Dia bilang lo pergi. Lo kemana sih,Aisyah?!" Angkasa melepaskan pelukannya cepat. Memberikan tatapan khawatirnya padaku, agak risih tapi ya mau gimana lagi. Aku seneng kalau ada yang peduli padaku. "Gue di apartement." Jawabku sambil mengulum senyum.

"Lo tau apa yang gue rasain sekarang?" Tanya Angkasa. Aku hanya menggelengkan kepala. Emang ap dia rasakan saat ini? Marah?

"Apa memangnya?" Tanyaku ingin tahu.

"Rindu."

.

"Jadi cogan itu namanya Angkasa?!" Tanya Nabila antusias saat kita berjalan di lorong sekolah. Dia mendecak kagum, mungkin Nabila sedikit tertarik sama Angkasa. "Ganteng banget itu cowok. Andaikan gue punya cowok kayak dia,Syah." Tambahnya.

Aku memukul lengan Nabila agak kencang,"heh! Lo udah punya Davi. " Geramku kesal. Sedangkan dia hanya tertawa pelan. Dasar. Rakus banget deh Nabila,udah punya pacar tapi tetep aja nyari cogan. Padahal Davi juga kan ganteng banget ya walaupun nyebelin. "Lo suka sama Angkasa?"

Deg!

Aku jadi mati gaya. Nabila ngomong gitu,membuat detak jantungku seperti berhenti. Dan kenapa juga aku kaget kalau Nabila ngomong gitu? Nabila memutar tumitnya, kami menjadi berhadapan. Suka? Kayaknya sih gak. Kan aku udah ada Jamilah. Masa iya aku suka sama cowok lain kan itu gak mungkin terjadi. "Yaelah,Biasa aja donk wajahnya. Gue kan cuman nanya. "Gurau Nabila.

Kami kembali melanjutkan langkah pulang. Duh, jawab gak ya? "Gue gak suka sama dia." Jawabku seperti mendustakan Nabila. Ih emang bener aku gak suka kan? Lagian kan aku sama Angkasa baru kenalnya kemaren. "Aisyah..Gue gak ngelarang lo buat suka sama siapapun. Dan gue pikir,lo emang harus membuka hati untuk orang lain. Gak mungkin kan kalau lo terus nyimpen nama Jamilah di hati? Toh Jamilah juga pastinya membuka hati untuk orang lain  disana. Jangan ngarepin orang yang jauh, pasti dia gak akan kembali buat lo." Jelasnya panjang lebar.

Yang diucapkan oleh Nabila benar sekali. Aku memang harus membuka hati untuk orang lain,gak selamanya aku bakalan nunggu Jamilah. Apalagi dia gak memungkinkan untuk kembali padaku. Aku jadi ingat kata kata Jamilah bahwa dia akan kembali kesini, tapi itu hanya janji. Janji pria kalimat penenang agar bisa membuat kekasihnya menunggu lebih lama. Kalau dia sayang, maka dia tidak akan membiarkanku menunggu.

***

Maaf baru update soalnya gua lagi males:v

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang