52. Kenapa harus kembali?

37 6 1
                                    

Aku tercengang mendengar suara Jamilah bahwa dia kembali. Apa aku tidak salah dengar? Kumohon beritahu aku, bahwa ini hanya mimpi. Jika itu terjadi maka...aku tidak tahu harus melakukan apa. Ya tuhan..

Kenapa harus kembali?!

"Halo? Aisyah? lo masih disana kan?"

"Kenapa lo kembali ke indonesia?" Tanyaku menyimpan nada emosi.

"Lah? Emang kenapa? Ini kan negara gue. Emang salah?" Aku menggelengkan kepala cepat dan memilih untuk mematikan teleponnya. Aku tidak ingin bertemu dengannya, aku merasa bahwa aku membencinya.
Bagaimana jika aku sama Jamilah balikan? Lalu Angkasa? Aku harus meninggalkannya.

"Siapa?" Tanya Angkasa tiba tiba membuatku terkejut. Menurutku dia harus tahu tentang ini. Aku tidak bisa menutupinya. "Dia dateng lagi ke indonesia." Jawabku sedikit gemetar. Kulihat ada perubahan ekspresi dari wajahnya Angkasa. Dia akan marah,mungkin?
"Dia? Siapa?" Tanya Angkasa tidak sabaran.

"Jamilah. Dia mantan gue." Jawabku  lagi. Angkasa membuang nafasnya kasar. Aku takut Angkasa marah. "Kita pulang sekarang." Angkasa mengambil kunci mobil lalu berjalan keluar mendahuluiku. Padahal aku masih mau berada disini. Yasudahlah.

***

Aku membuka pintu mobil Angkasa, dan terkejut karena ada Bianca, Nabila, Davi, dan juga....Jamilah. untuk apa mereka berada di rumahku? Aku menutup pintu mobilnya, dan Angkasa menyusulku.
Tatapanku teralih ke Jamilah, dia terlihat beda sekarang.
Ketampanannya menambah dan...Ya tuhan,kenapa aku memujinya?!

Kurasakan ada tangan yang melingkar di pinggangku. Siapa lagi kalau bukan Angkasa.
Kami pun menghampiri mereka yang sedari tadi menunggu kami. Aku melemparkan senyum pada Bianca, tidak ke Nabila. Aku masih kecewa padanya.
"Aisyah." Bianca datang kepadaku dan memelukku erat. "Gue kangen banget sama lo. Kenapa lo gak masuk sekolah?" Tanya Bianca.

"Aisyah sakit. Dan tinggal di rumah gue sementara." Jawab Angkasa. Aku hanya bisa menunduk tanpa melihat ke arah Jamilah yang kuyakini sedari tadi dia memperhatikanku.
"Aisyah, mendingan lo masuk ke rumah karena ada sesuatu benda yang gue kasih." Ucap Davi semangat. Aku mengangguk pelan dan masuk ke dalam rumah.

Benda terbungkus kertas kado itu ada di meja. Sontak aku mengambilnya dan mulai membukanya.
Davi memberikanku sebuah novel. Sudut bibir kananku terangkat keatas, membentuk senyuman.
"Aisyah."
Aku menoleh ke sumber suara dan meliha Jamilah menghampiriku. Oh tidak..

"Jangan terlalu deket. Jaga jarak. " sergahku membuat Jamilah mendecak kesal.

"Jadi lo berubah karena cowok itu? Iya kan? Mana janji lo yang katanya bakalan sama gue terus? Mana?! Semua janji itu hanya omong kosong!! Percuma gue kembali ke indonesia kalau lo nya aja udah gak peduli sama gue!!" Sentak Jamilah. Aku harap mereka yang dluar tidak mendengar keributan. Tanpa merespon perkataan Jamilah, aku pergi ke lantai dua. Lebih baik aku menghindar daripada aku terjebak suasana seperti ini. Aku hanya tidak ingin ada keributan di dalam rumah ini.

"Aisyah. Lo denger gue gak?!" Jamilah menarik tanganku.

"Aw." Ringisku karena Jamilah mencengkram tanganku kencang. Ini yang tidak aku sukai pada Jamilah. Dia sedikit kasar. "Sorry." Gumam Jamilah merasa bersalah.
"Ini yang gak gue suka dari lo,Mil. Lo sedikit kasar." Ucapku menyadarkannya.

"Tapi gue udah minta maaf--"

"Kalimat maaf tidak menjamin. Lo nyesel kesini? Maka gue persilahkan lo untuk pergi dari sini juga kalau bisa jangan pernah kembali!!" Sentakku kesal.

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang