20. Menghilang seperti terbawa angin.

62 18 2
                                    

Kemarin, setelah pertengkaranku dengan Jamilah. Bunda sempat bertanya tanya soal itu. Karna Jamilah memang sangat emosi membuat Bunda penasaran dan juga khawatir. Tapi aku tidak menjelaskan apa yang terjadi dengan diriku.
Sampai saat ini aku berusaha mengingat semua yang pernah aku lakukan tapi tetap tidak bisa. Mungkin aku memang di takdirkan untuk melupakan semua masa laluku yang menyedihkan ataupun yang menyenangkan. Entah aku harus merasa senang atau tidak jika aku melupakan semuanya.

Aku berjalan gontai ke arah kelas. Makin kesini aku sangat malas pergi ke sekolah. Ditambah jika aku bertemu dengan Jamilah. Pasti bawaannya emosi terus. Oh iya, aku kepingin bertemu dengan Bianca. Bagaimana pun juga aku harus menyelesaikan masalahku dengannya. Dia sudah melakukan hal kekerasan terhadapku dan aku akan melaporkannya ke kepala sekolah agar dia sadar. Mau sampai kapan wanita itu membully terus? Sampai tua ? Tapi aku tidak bisa membiarkannya begitu saja.

"Hai Aisyah. Hp lo gak aktif ya?" Tanya Nabila setelah aku baru saja masuk ke dalam kelas. Kulirik Bianca yang memandangku terkejut. Pasti dia juga bertanya tanya, Bagaimana aku bisa keluar? Tapi aku tidak akan bisa berada disini jika tidak akan Jamilah. Ya ampun, Jamilah...Dia dimana?

"Yee malah bengong nih bocah." Ucap Nabila lagi membuyarkan lamunanku.

"Oh Hp gue dihancurin sama Cewek sialan." Sindirku keras. Bianca yang mendengar itu hanya memainkan ponselnya sebari mengunyah permen karet. Santai banget si tuh orang. Gak ada rasa malu dan juga bersalah. Harus di ruqiyah kali ya ?

"Dihancurin? Sama siapa?" Tanya Nabila lagi polos.

"Gak usah banyak nanya deh. Berisik." Ucapku kesal. Bianca memukul mejanya dengan sengaja lalu keluar dari kelas.

"Itu cewek gak cape kali ya mukul meja terus? Tangan gue aja ampe merah." Gumam Nabila di sebelahku. "Oh atau jangan jangan...Bianca terbuat dari besi?"

"Sok tahu banget sih lu." Geramku kesal sambil memukul kepalanya dengan buku. Nabila hanya bisa tertawa melihatku kesal. Tak lama kemudian Citra datang, membawa sebuah kotak bekal. Tunggu--aku seperti ingat bahwa Citra juga pernah membawa kotak bekal itu. Tapi kapan ya?

"Bagus lah kalau begitu...tapi jangan ke gue doank. Ke Aisyah dan nabila juga."

"Nah bener tuh !! Bawain buat gue juga donk...Uang jajan gue jadi irit."

Kata kata itu aku ingat pada saat Citra membawakan bekal untuk Jamilah. Kapan ya kejadiannya? Duh gini deh kalau mau berusaha mengingat semuanya harus berjuang mati matian.

"Hai Aisyah, Ka Nabila.." Sapa citra. Kok dia tumben gak manggil aku Kak Aisyah?
"Ka Jamilah udah dateng belum?" Tanya Citra kepadaku. Sok manis. Manisan juga gue-_

"Mana gue tahu. Emang gue ibunya." Jawabku asal.

"Gak tau,Dek. Jamilah daritadi belum dateng. Karna Jamilahnya gak ada mendingan bekelnya buat gue aja." Sahut Nabila santai. Citra terdiam, melirik ke arahku sekilas dan mendelik. Hilih jual mahal banget itu cewek.

"Kelamaan lo mikirnya." Ucapku sambil menarik kotak bekalnya dan memberinya kepada Nabila.

"Aisyah, jangan gitu donk..kasian Citra. " gumam Nabila tepat di telingaku. Ngapain anak kayak dia di kasianin? Ogah banget.

"Daripada MUBAZIR. Ya kan Citra?" Tanyaku sebari menyindir Citra. Dia hanya terdiam memasang wajah juteknya. Jadi dia gak ikhlas? Oke fine. Aku langsung menarik kotak bekal Citra dari Nabila dan memberikannya pada Citra kasar. "Ambil nih !! Kalau gak ikhlas, ngomong. Gak usah masang wajah jutek. Tinggal ngomong doank apa susahnya si?" Ucapku dengan nada tinggi. Seketika wajah Citra berubah menjadi kecewa. Apa aku mengatakannya terlalu kasar?

"Ka Aisyah kok berubah sih? Kenapa Kaka jadi sensi sama aku? Aku emang salah apa? Padahal dulu Kaka baik banget sama aku tapi sekarang, BEDA BANGET."

Aku terpaku mendengar perkataan Citra. Dia pun keluar dari kelas tanpa pamit. Oh ya ampun, aku juga kenapa harus seperti ini?! Aku terlalu terbawa emosi. Kan jadi gak enak sama Citra. Ah bodo deh, Gak peduli dia mau marah apa gaknya. Lagian temen bukan Citra doank.

"Lo kenapa sih Aisyah? "

"Apa nya yang kenapa?"

"Lo itu jadi sensitif banget tau gak. Lo jadi sering marah marah. Coba deh besok ke rumah sakit buat cek otak lo. "

"Emang otak gue kenapa?"

"Takut ada kelainan."

"Ihh apaan sih lo. Otak gue ini bersih, dan waras. "Aku mendelik kesal dari Nabila, Pun aku Fokus kelayar HP. Aku sengaja membuka galeri, berniat melihat lihat fotoku bersama Jamilah. Ngomong ngomong, kok tumben banget sih Jamilah belum datang. Padahal dia kan sering dateng pagi pagi. Sekarang aja udah jam setengah tujuh lewat. Ah mungkin dia gak sekolah kali ya.

"Lo masih nyimpen foto lo sama Jamilah?" Tanya Nabila membuatku menoleh ke arahnya.

"Uhm, Ya. Gue aja gak tau kapan gue foto bareng sama dia. "

"Oke, Gue kasih tau tentang lo sama Jamilah. Nah Lo inget gak waktu pas Bianca nampar lo ?" Tanya Nabila. Bianca nampar aku? Kapan?
Aku hanya menggelengkan kepala ragu. "Oh ya gue lupa lo kan gak inget, Hehe. Nah si Jamilah itu cium kedua pipi lo di depan gue. !! Ya ampyun, So sweet banget deh kalau di bayangin."

Masa iya Jamilah cium kedua pipi aku? Itu kan gak mungkin. Selama dia ada di dekatku aja kami bertengkar terus. Tapi, Ah itu gak mungkin. Jamilah kan udah punya cewek , dia sendiri yang cerita sama aku.

"Haha Lo ngarang ya, Bil? Jamilah kan udah punya cewek. Masa iya nyium gue. Ngaco."

"Tapi Aisyah--"

"Stop, Bil. Don't talking about him again." Ucapku sebari mengangkat tanganku di hadapan wajahnya agar dia tidak melanjutkan omongannya. Nabila sempat terdiam lalu berkata...

"Gue yakin lo bakal ingat semuanya, Aisyah. Apapun yang terjadi pasti lo bakalan inget."

Diriku hanya bisa terdiam, mengabaikan omongannya. Yayaya, terserah Nabila saja. Aku tidak mau berdebat dengannya. Dan walaupun jika itu memang kenyataan kalau Jamilah menciumku maka ya tidak masalah. Aku tidak peduli akan tentangnya.

****


Maaf baru update soalnya baru beli paket data wkwkwk. Vote and commentnya syg😂

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang