45. Pentas seni

34 7 0
                                    

"Selamat siang semuanyaaaaa...!!!" Seru Angkasa sebagai pengisi acara di pentas seni.

"Pagiiii kaaaa...." Balas sapaan murid murid yang sedang menonton pentas seni. Well, Angkasa terlihat jauh lebih tampan hari ini, tapi bukan berarti di lain hari dia terlihat jelek hanya saja dia sekarang terlihat berbeda dan juga keren. Aku menyukai gayanya. "Baiklah di acara pentas seni ini, Gue bakalan manggil kelompok cover dance black pink yang udah sering tampil di panggung. Mana suaranya penggemar BLACK PINK?!" Murid murid yang penggemar Kpop langsung berteriak antuasias. Termasuk Nabila yang ada di sebelahku teriak gak jelas dan juga loncat loncat kegirangan.

"Oke, kita panggil saja mereka dengan sebutan BLACK DARK aja ya. Silahkan nikmati penampilan mereka.." Angkasa turun dari panggung saat orang yang akan dance ala black pink naik ke atas panggung. Murid murid disini semakin berteriak kegirangan karena mereka sudah mulai menghibur dengan tarian mereka yang terlihat cukup menarik.
"Ya ampun,Aisyah! Mereka yang di atas panggung kayak Black pink banget!!" Teriak Nabila senang.

Aku memutarkan bola mataku, dan mencari tempat yang tidak begitu rame. Tapi aku menabrak seseorang saat ingin jalan ke belakang, orang nya itu adalah Zayn. Dia ngapain disini?" What are you doing here?!" Pekikku. Aku langsung menarik tangannya. Meninggalkan kerumunan murid di dalam aula yang luas. Aku membawa Zayn ke lorong sekolah yang gak jauh dari aula. "Kenapa lo bisa ada disini? Ini bukan sekolah lo! siapa yang undang lo kemari?" Tanyaku bertubi tubi. Tentu saja aku kurang senang jika dia datang kemari apalagi dia orang asing dan bukan alumni sekolah ini.

"Bianca." Jawabnya singkat. Bianca? Apa dia bilang? Aku gak salah denger kan?

"Bianca?? L-lo kenal sama Bianca?" Tanyaku gugup. Dia menganggukan kepala cepat. Mataku sedikit memincing saat melihat ada cewek yang jalan ke arah kami dari belakang Zayn. Dan ya itu adalah Bianca."hai sayang." Sapa Bianca pada Zayn. Apa? Bianca manggil sayang?!

"Hai babe." Balas Zayn pake panggilan babe segala. "Btw, gue sama Bianca baru aja kemaren pacaran. "Ucap Zayn padaku. sudah kuduga kalau mereka emang pacaran. Tapi Bianca bukan cewek yang baik baik. Aku menatap tajam ke arah Bianca yang sedang tersenyum licik padaku. Rasanya pengen banget sayat ujung bibirnya supaya senyuman liciknya lebih terlihat keren. "Gue sama Bianca ke sana dulu ya." Pamit Zayn. Aku tersenyum sinis pada mereka.

Mataku memperhatikan mereka yang berjalan menjauh dariku. Kepala Bianca menoleh ke belakang dan memberikanku jari tengah. Sialan! Bianca bener bener cewek yang gak tau diri. Gimana caranya supaya dia itu tobat dan berhenti ngebuli orang lain?! Mungkin aku harus minta tolong ke Angkasa. "Aisyah?" Panggil seseorang membuatku menoleh ke sumber suara. Oh Davi. "Ngapain lo diem disini? Sepi pula." Tanya Davi sebari menyapu pandangannya ke sekeliling.

Tidak menjawab pertanyaan Davi lebih baik aku ke kelas. Disana gak ada orang dan aku bisa tenang disana tanpa ada yang mengangguku. "Aisyah.." panggil Davi lagi. Ini anak ngapain sih ngikutin aku?!"paansi." Jawabku ketus. Aku terus mempercepat langkahku ke kelas.

Sampainya di dalam kelas, aku duduk di bangku dekat jendela luar. Dan buang muka dari Davi yang baru aja masuk ke dalam kelas. "Lu kenapa? Ada masalah?" Tanya Davi khawatir.

"Gue gak butuh peduli lo." Ucapku kesal. Kudengar Davi mendecak kesal pula.

"Gue temen lo dan gue berhak naruh peduli. Kalau ada masalah lo bisa ceritain ke gue, jangan di pendem. Lo gak akan kuat biar gue aja." Godanya yang terdengar bodoh. Kenapa omongan Dilan segala di bawa bawa? Gak jelas.

"Gak usah sok jadi DILAN. Muka lo pas pasan gak pantes jadi Dilan. Udah deh tinggalin gue sendiri. " aku menopang dagu sekali kali melirik ke Davi yang sedang memperhatikan wajahku. "Kenapa lo liatin gue?" Tanyaku ketus.

"Lo kangen sama Jamilah ya?" Davi malah balik nanya. Aku menegakkan tubuhku dan berusaha memasang raut wajah tenang. Kangen? Percuma aku kangen kalau dia disana aja gak inget sama aku yang ada disini. Kepalaku menggeleng cepat. "Gak. ngapain gue kangen sama dia yang kabarnya udah hilang kaya di telan bumi."

"Jujur aja Aisyah. Gue tau lo kangen sama dia." Ucapnya seperti memaksaku untuk jujur.

"Stop talking about him!!" Sentakku kesal
Dan aku tidak sadar jika aku melempar HPku ke lantai. Untung aja gak pecah kacanya. Dadaku turun naik, membuka mulutku sedikit supaya udara bisa masuk. Ya tuhan, dada kiriku terasa sesak kembali. Kutaruh tanganku di dada kiri sebari mengucapkan kalimat TENANG AISYAH TENANG. "Lo kenapa?" Tanya Davi. Aku menggelengkan kepala cepat.

"Aisyah!!!" Seru Nabila dari luar kelas. Aku langsung berdiri dan melihat Nabila masuk ke dalam kelas. Raut wajahnya pucat dan juga panik. "Gue cari lo kemana-mana akhirnya ketemu juga. Dan--" Nabila mengambil nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan berbicara. "Angkasa kecelakaan." Batinku langsung berteriak. Angkasa kecelakaan? Bagaimana bisa? Tidak mau banyak komentar, buru buru aku pergi ke aula.

Menambah kecepatan berlari saat sudah dekat di ruang aula, aku mendorong beberapa murid yang menghalangi jalanku. Tapi aku terjatuh karena Bianca yang mendorongku tiba tiba."ups sorry." Emosiku kembali naik, saking marahnya aku menampar dia kencang dan mendorongnya hingga terjatuh. Aku harus melihat keadaan Angkasa sekarang. Langkahku terhenti saat melihat Angkasa yang terkulai lemas, ada darah di pelipisnya.

"Angkasa...?" Gumamku sebari membantu dirinya untuk bangun tapi dia terlalu lemas dan kehabisan darah sepertinya. Matanya terbuka sayup. Dia terlihat sangat lemah, ya tuhan aku mohon jaga dia dan jangan sampai dia meninggalkanku. "Its okay. I am fine." Bisiknya lemah. Di keadaan seperti ini saja dia terlihat santai walaupun kulihat Angkasa kesakitan akan kepalanya yang terluka. Aku menggelengkan kepala cepat, dia gak baik baik saja. Dia terluka. Pak satpam dan yang lainnya menggendong Angkasa keluar aula dan di bawanya ke dalam mobil ambulan.

Sempat aku ingin ikut masuk ke dalam tapi dilarang oleh salah satu guru. Padahal aku sangat ingin berada di sampingnya ketika dia susah ataupun sakit. Aku menyender di tembok, dan duduk. Air mataku jatuh ke pipi dan aku tidak bisa menahannya. Aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayang untuk yang kedua kalinya. Jamilah, pergi meninggalkanku saat aku lagi sayang sayangnya. Angkasa, dia mengalami kecelakaan dan aku khawatir jika dia gak selamat.

Menundukkan wajahku, dan menangis tersedu sedu. Pasti banyak murid yang memperhatikan diriku seperti murid gila. "Aduh kasian banget ya Aisyah di tinggal lagi sama cowoknya." Sindir cewek yang kukenali suaranya. Siapa lagi kalau bukan Bianca. Aku mendongak ke atas, melihat Bianca yang sedang berdiri tidak jauh dariku. "diem,Bianca!! Gue lagi gak mau ribut sama lo!!" Teriakku kesal.

"Haha. Kasiannya mantan Jamilah..ditinggal kekasih ke rumah sakit aja sampai nangis segala. Lebay!!" Tambah Bianca lagi. Aku menutup kedua telingaku supaya tidak mendengar cacian yang dilontarkan dari Bianca. Aku lagi gak mau marah,pikiranku terus tertuju kepada Angkasa yang kini sedang lemah. "Terus aja nangis, supaya di perhatiin sama murid di sekitar sini." Ucap lagi Bianca.

"Bianca!! Lo apa apaan sih? Jadi cewek belagu banget loh. Urusin tuh hidup lo yang masih berantakan jangan suka urusin hidup orang lain." Seru murid lain. Aku tidak tau namanya siapa dan aku sedikit terima kasih padanya karena sudah membelaku.."tau sih. Cewek cantik kok omongannya gak bisa di jaga ya. Malu maluin harga diri aja." seru yang lainnya.

"Halah berisik lu pada. Terserah gue donk mau ngelakuin apa aja di sekolah ini karena ini sifat gue dan gak boleh ada yang komen!!."

"Kalau emang gak mau di komenin sifat lo yang murahan, makanya jangan mulai. Kapan tobat sih? Apa lo nunggu karma dulu supaya tobat?" Kini Nabila yang membuka suara. Batinku tersenyum menang karena melihat Bianca di caci oleh murid sekitar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Vommentnya:')

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang