28. Sebuah masalah??

54 14 6
                                    

"Abis dari mana aja kamu?" Langkahku terhenti mendengar suara Bunda dari belakang tubuhku. Perlahan aku memutar tumit, Tersenyum kaku sama Bunda. "Kenapa seragam kamu kotor?" Tanya Bunda lagi sambil berjalan ke arahku.

"Abis ternak Babi,Bun." Dustaku pada Bunda.

"Dimana?"

Waduh. Aku harus jawab apaan ya? Di daerah sini kan gak ada yang ternak Babi. Ide pun muncul di otakku, aku berpura pura saja sakit perut. Bunda terlihat khatiwatir pula, lo emang pantes buat akting film, Aisyah!!

"Loh? Perut kamu kenapa???" Tanya Bunda memasang  raut wajah khawatir.

"S-sakit perut bun." Jawabku berpura pura menahan sakit. Dan sialnya aku kelepasan buang angin. Buru buru aku berlari ke dalam kamar daripada Mendengar ocehan Bunda gara gara aku buang angin sembarangan.
Aku mengunci pintu kamar, bersender di pintu dengan senyuman yang terpasang. Aku tersenyum seperti orang gila hanya karena mengingat pada saat aku bermain hujan bersama Jamilah.

Aku pun masuk ke dalam kamar mandi, menanggalkan seluruh bajuku dan menyimpannya ke keranjang kotor. Setelah itu aku menyalakan shower, merasakan Air hangat yang mengguyur tubuhku. Lagi lagi aku tersenyum membayangkan senyuman Jamilah. Oh ya ampun, aku seperti remaja yang baru saja merasakan jatuh cinta.

Setelah membersihkan tubuhku, aku keluar dari kamar mandi. Membuka lemari bajuku dan mengambil baju tidur. Namun Bunda mengetuk pintuku keras, sepontan aku membukakan pintunya.

"Aisyah. Kamu pakai baju yang sopan, kita akan makan malem bersama keluarga Dhanasaputra. " Ucap Bunda. Aku memperhatikan penampilan Bunda yang terkesan keren. Tanpa buang waktu aku mencari baju yang sopan. Aku memakai baju lengan pendek, dan jelana jeans putih. Karena aku memakai lengan pendek, aku harus memakai Gardigan berwarna hitam panjang agar tertutup. menguncir kuda rambutku, memakai parfum. Barulah aku turun dari kamar.

Aku dan Bunda sudah sampai di restoran HANAMASA. Restoran makanan khas jepang. Seorang Wanita paruh baya melambaikan tangannya pada Bunda, kami pun menghampiri keluarga yang ingin Bunda temui.
Aku duduk disebelah Bunda, bersebrangan dengan pria berwajah tampan dan juga datar. Gak ada senyuman sama sekali di wajahnya.

"Oh iya, Kenalin... ini anakku Aisyah." Bunda memperkenalkanku pada wanita itu yang bernama Ika

"Ya ampun. Nama Aisyah cantik yaa kayak orangnya." Tante Ika memujiku. Tapi aku seperti merasa ada seseorang yang mengatakan hal yang sama dengan Tante Rina. Kupejamkan mata, berusaha melihat bayangan masa masa yang tidak kuingat. Dan ya!!! Jamilah pernah mengatakan hal itu pada saat...Ah entahlah aku hanya bisa mengingat bahwa Jamilah yang berkata seperti itu.

"Oh ya, Rin... kenalin ini anak aku namanya Zayn. Anak aku ini lahir di amerika lohh."

"Woww.. keren banget. Pantesan yaa dia ada wajah bule bulenya. Ganteng banget. "

"Wah iya donk siapa dulu yang ngelahirin."

Bunda dan Tante Ika tertawa bersama terkecuali aku dan juga cowok yang ada di seberang, Zayn. Dia terlihat tidak peduli dengan obrolan ibunya dan dia juga sedari tadi terus bermain HP.

"Oh iya, Zayn. Kenalan dulu donk sama Aisyah." Ujar Tante Ika. Apa? Aku kenalan sama cowok dingin kayak Zayn? Oh please deh !!!
Mataku melirik ke arah Zayn yang masih sibuk dengan HPnya. Sampai sampai Tante Ika langsung merebut HP zayn hingga cowok itu kesal.

"Fuck !!! That is my phone!!" Zayn sedikit menyentak Tante Ika. Berani banget deh cowok itu ngomong kasar ke ibunya sendiri.

"Salaman dulu sama Aisyah baru Mom kasih HP kamu." Zayn memutarkan bola matanya dari Tante Ika yang sedang menatap anaknya kesal.

"I know her. And we don't need to introduce. " Ucap Zayn dingin. Dia tidak mau kenalan denganku? Tak apa. Aku juga tidak mau kenalan apalagi salaman dengan cowok sombong kayak dia. Namun Zayn mendesah pasrah, dia memberikan tangannya padaku. Dengan ragu aku menerima tangannya. Kami pun bersalaman. Tidak lebih dari 3 detik, Zayn melepaskan tangannya cepat.

"Oww, kalian terlihat serasi." Apa apaan Bunda?! Aku sudah mencintai seseorang. Oh jangan sampai kedua wanita tua itu ingin menjodohkanku dengan si cowok sombong. Aku tidak akan pernah mau.

"I don't need Bitch." Gumam Zayn jelas di telingaku. Karena kesal, aku memukul meja membuat sehingga orang di sekitar mengarahkan pandangannya ke arahku.

"Excuse me? I AM.NOT.BITCH!!!" Ucapku menekankan kata Bitchnya. Siapa dia beraninya mengatakanku wanita jalang? Ya ampun lama kelamaan aku bisa gila disini. Tanpa memperdulikan Bunda dan Tante Ika, aku langsung bangkit dari dudukku dan berjalan keluar. Aku muak berada di sana!! Bunda terus menyebut namaku, Kuabaikan saja dia. Menyebalkan!! Dasar BULEPOTAN.

Tanganku memeluk tubuhku agar terasa hangat. Ujung ujung ini, aku selalu merasa kedinginan. Mungkin ini efek dari cuaca juga. Aku terkejut pada saat ada seseorang yang menarik tanganku, dan membungkam mulutku saat aku ingin berteriak.

"Sshh..." Bisiknya. JAMILAH?! Kenapa dia melakukan layaknya seperti penculik? Aku mendorong tubuhnya kasar. "Lo mau berusaha culik gue, Ha?!" Sentakku padanya. Namun dia kembali membungkam mulutku, tangannya menunjuk seseorang yang lewat. "Bianca dan teman temannya. Masih untung mereka gak liat lo, kalau ngeliat pasti lo di permaluin di pinggir jalan. Lo gak mau hal itu terjadi kan?" Aku menggelengkan kepala cepat setelah mendengar ucapannya. Jamilah menjauh dariku, membenarkan topi hitamnya.

"Ngapain lo malem malem begini keluar?" Tanya Jamilah ketus. Kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa tidak ada Zayn disekitar. Takutnya saja jika Tante Ika menyuruh cowok itu buat mengejarku. "Gue ada dinner." Bisikku. Matanya terbuka lebar,"Mwo?!" Teriaknya memakai bahasa korea. Sejak kapan Jamilah suka korea?? "Sshh!!!" Aku menaruh telunjuk di bibirku. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga kananku dan berbisik, "siapa?" .

Alisku mengkerut, kenapa juga dia harus berbisik?? "gak usah bisik-bisik deh." Ucapku kesal. Dia kembali mendekatkan wajahnya ke telinga kananku."Gue lebih suka bisik-bisik." Bisiknya pelan. Aku hampir tertawa namun kuubah menjadi suara batuk. Jamilah mengajakku ke suatu tempat, aku tidak tau dia ingin mengajakku kemana. Maka dari itu aku ikuti saja kemauannya.

"Jadi...Lo dinner sama siapa?" Tanya Jamilah setelah kami sampai di sebuah taman yang berada di dekat ancol. Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku Gardigan,"Uhm, Bunda gue ada acara dinner sama keluarga Dhanasaputra Dan....--" . Jamilah memberhentikan langkahnya, membuat aku juga ikutan berhenti. Wajahnya terlihat terkejut, aku tidak tau kenapa reaksi nya seperti ini setelah mendengar nama keluarga Dhanasaputra. "Kenapa?" Tanyaku.

"Anaknya bernama Zayn?" Jamilah balik bertanya. bagaimana Jamilah bisa tau? Atau dia mengenal keluarga itu? Aku mengangguk cepat menjawab pertanyaanya. Tangannya melepas topi, lalu melemparnya dengan kasar. Ada apa dengan dirinya? Kenapa tiba tiba sifatnya berubah menjadi marah?
"Jamilah, Lo gak apa apa kan?" Tanyaku sambil memegang bahu kananya. Dia menggeram kesal, menendang benda yang ada di hadapannya. "JAMILAH!! Lo kenapa sih?!" Aku menarik kerah bajunya, menatap matanya kalut. Wajah Jamilah memerah seperti menahan amarah. Aku tidak mengerti dia bisa semarah ini.

Kutangkupkan wajahnya dengan kedua tanganku, mengusap pipinya pelan. "Ada apa,Mil?" Kini suara berubah menjadi lembut dan juga tenang. Raut wajah Jamilah pula berubah menjadi lembut. Dia tersenyum kecil padaku.
Tangannya memegang tanganku yang masih berada di wajahnya. "Leave him." Itulah kalimat yang terlontar dari mulut Jamilah. Aku harus menjauh dari Zayn? Tapi kenapa? "Why?" Gumamku. Jamilah sempat mendengus kesal sebelum menjawab pertanyaanku, "Ikuti saja perintah gue, Aisyah. Karena gue punya sebuah masalah dengan keluarga sialan itu." Tanganku terlepas dari wajahnya. Dia menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu.

Sebuah masalah ??? Apa masalahnya ? Jamilah menyembunyikan sesuatu dariku??

***

UYEYY.. kali ini gue update lebih cepat. Seneng gak? Seneng lahh. Wkwkw.
Oh iya gue baru bikin cerita kedua gue nih yang judulnya JUST SAY YOU LOVE ME. Di jamin cerita itu seru dan ngakak. Tapi belum gua publis. Tunggu aja ya sayy... Nungguin cerita gue publis gak seperti nungguin gebetan peka kok :) ups ups 😂😂

Aisyah Jatuh Cinta pada jamilah (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang