CHAPTER LIMA

121K 5.3K 104
                                    

Bibirku mungkin tersenyum, tetapi isyarat mataku menangis. Saat mulutku ingin berbicara, tapi aku hanya bisa diam. Dan saat aku ingin mencoba untuk pura pura bahagia, hatiku berontak tidak bisa.
-Naya Alila-

Keadaan hening menyelimuti Ka Misya dan Vita. Mereka sama sama mengkhawatirkan keadaan Naya. Vita yang sedaritadi duduk gelisah sekali kali dia menggigiti kulit kukunya untuk menyalurkan rasa cemas, sedangkan Ka Misya menyalurkan rasa cemasnya dengan mundar mandir tidak jelas seperti setrikaan.

"Ka duduk dong gue pusing liat lo mundar mandir terus daritadi" Suruh Vita karena pusing melihat Ka Misya yang mondar mandir gak jelas, Akhirnya Ka Misya pun duduk disebelah Vita.

"Kita gak bisa diem aja Ka, Kita harus bertindak secepatnya. Kalo terus gini kasian Naya makin tersiksa, Lo liat sendiri kan luka luka di tubuh Naya? Mereka nyiksa Naya lagi! Mereka gak pantas disebut orang tua! Mana ada orang tua yang nelantarin dan nyiksa anaknya karena alasan yang tidak masuk akal. Meskipun mereka berpendidikan tinggi tetapi ternyata mereka lebih rendah dari orang yang punya hati nurani" Ujar Vita berapi api.

"Kali ini gue setuju. Kalo menurut gue, Kita harus buat mereka nyesel se-nyesel nyesel nya! Kita harus buat mereka tau gimana rasanya jadi Naya, dibenci sama semua orang!" Ucap Ka Misya dengan senyum sinisnya.

"Gimana caranya Ka?" Tanya Vita.

"Caranya jangan suruh Naya pergi dari rumah itu"

"APA?!! Lo gila? jelas jelas Naya ada disini gara gara mereka! Naya hampir bunuh diri gara gara mereka! Dan lo ngelarang Naya pergi dari rumah?" Ujar Vita marah.

"Denger dulu elah, jangan motong dulu" Vita hanya mengangguk dan mendengarkan Ka Misya.

"Jadi gini, Gue ngelarang Naya jangan pergi dulu dari situ karena buat nambah mereka nyesel suatu saat nanti. Emang sih ini bakalan ngorbanin Naya juga, tapi ini cara satu satunya untuk buat mereka nyesel. Biarin mereka liat Naya yang sesungguhnya seperti apa nanti, biarin mereka liat sesabar dan sebaik apa Naya nanti" Jelas Ka Misya kepada Vita, penjelasan itu membuat Vita menundukkan kepala terisak.

"Lo harus percaya sama gue kalo Naya lebih kuat dari yang lo pikirin" Ucap Ka Misya meyakinkan, Vita hanya mengangguk kemudian menghapus air matanya karena Naya paling gak suka ngeliat orang yang disayanginya menangis.

Kemudian ruang inap Naya terbuka. Tampaklah seorang dokter yang masih sangat muda keluar dari ruang inap Naya.

"Dengan keluarga Pasien?" Tanya dokter itu, yang diketahui namanya 'Dr. Arkan'

"Saya Kakanya dok, gimana keadaan adik saya?" Ucap Ka Misya.

"Mari ikut keruangan saya nanti saya jelaskan" Ujar Dr. Arkan kemudian berlalu keruangannya yang diikuti oleh Ka Misya dan Vita.

"Maaf sebelumnya, bukan bermaksud saya mencampuri urusan kalian tapi ini menyangkut keselamatan pasien juga. Jadi bisa dijelaskan apa yang sebenernya terjadi untuk sekedar memastikan?" Tanya Dr. Arkan kepada Kak Misya dan Vita. Ka Misya dan Vita hanya saling melempar pandangan ragu.

Seakan mengetahui perasaan mereka Dr. Arkan berbicara"Jangan Khawatir, Saya tidak akan memberitahukan kepada siapapun. Saya berjanji" Ujarnya.

Akhirnya Kak Misya menceritakan semuanya kepada Dr. Arkan, semuanya tentang Naya tanpa tersisa. Sedangkan Dr. Arkan diam mencermati apa yang diceritakan Ka Misya sekali kali dia bertanya.

"Jadi gitu dok ceritanya" Ucap akhir Ka Misya dengan ngos ngosan cape, karena bercerita panjang lebar.

"Boleh minta minum gak dok? Saya haus nih, Boleh ya? Pasti boleh lah" Ujar Ka Misya yang tak tau malu, Sedangkan Vita hanya mendengus kesal 'Kebiasaan'batinnya.

PAINFUL✔[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang