CHAPTER DUA

131K 5.7K 505
                                    

Naya POV

"Dari mana saja kamu?!" Suara bariton tegas menyambut kedatanganku. Aku hanya diam tak menjawab, karena percuma kalau aku bilang yang sebenernya pasti mereka gak percaya.

"Kalo orang tua nanya tuh dijawab!"Ucap Nada memanas manasi mama dan papa.

"Kamu diajarkan sopan santun sama kami? Mana sopan santunmu saat berbicara dengan orang tua!" Ujar mamaku.

"Apa peduli anda? Bukankah kalian tidak pernah peduli dengan saya? Lalu kenapa sekarang anda peduli?!. Dan apa? Diajarkan? Saya tidak pernah didik disini, saya tidak pernah mendapatkan kasih sayang disini? Dan satu lagi saya tidak pernah dianggap disini."

"Kalian bilang, kalian yang mengajarkan ku tentang sopan santun kepada orang tua? Jawabannya KAPAN? KAPAN kalian mengajarkanku? Kalian peduli saja tidak!" Lanjutku.

'PLAK'

'PLAK'

Dua tamparan mengenai pipiku, mengakibatkan kedua pipiku merah memar. Tidak ada air mata yang keluar dari mataku, hanya tatapan kosong. Sudah cukup air mataku jatuh karena hal yang sama.

"KAMU ITU ANAK YANG GAK TAU DI UNTUNG! Udah saya urus tapi malah gitu balesan nya. Atau kamu itu ngejual diri kamu ya!! Pulang malem gak inget waktu!!" Cecar papanya marah.

'Cukup'

"Berhenti ngurusin hidup saya kalo anda gak tau apa apa tentang kehidupan saya! Berhenti berasumsi bahwa anda tau semuanya tentang saya! Cukup urusi hidup anak kesayangan anda, daripada saya yang hanya sebatas PENUMPANG dirumah ini!" Ucapku dingin dan datar kemudian berlalu menuju kamarku.

'BRAK!'

Aku pun menutup pintu dengan Keras, lalu merosot dibelakang pintu. Menangis, aku menangis dibelakang mereka tanpa mereka tau.

"Kenapa kalian membenciku? Karena menurut kalian aku pembunuh? kapan saat aku membunuhnya. Bagaimana aku membunuhnya? Pikiran kalian terlalu dangkal saat menganganggap anak diusia 3 tahun membunuh kakek dan neneknya. Semua orang juga tau itu gak masuk akal!" Ucapku lirih.

Aku pun berjalan menuju balkon dan duduk di kursi yang disediakan "Oma Opa aku rindu kalian, aku ingin bersama kalian disana. Gak ada yang menginginkan aku disini Oma, aku ingin nyusul kalian. Aku udah lelah disini, kebencian mereka terhadapku semakin membesar" Ucapku memandang bintang di langit.

"Kalau boleh aku ingin pergi bersama Opa dan Oma. Disini sakit. Bukan hanya fisik Opa tapi hati juga lebih sakit. Batinku juga sakit Oma. Masa aku dibilang ngejual diri aku sama papa Oma. Jahat banget kan. Aku di bilang anak yang gak tau di untung Opa. Pasti kalo ada kalian Papa sama mama dimarahin kan? Oma Opa aku juga gak nyangka kenapa Ka Nada kayak gitu. Kenapa kak Nada gak ngebela aku? Kenapa malah ngebenci aku? Padahal kan aku ini adik kembaran nya. Harusnya dia ngerasain apa yang aku rasain kan? Kita kan kembar. Tapi kenapa dia malah kayak gitu" Lanjutku.

Inilah caraku menumpahkan kesedihan. Duduk dibalkon sambil melihat bintang bintang menganggap bintang itu seperti Opa dan Omanya. Miris memang tapi dengan ini aku tenang.

"Sakit Oma Opa, Sakit. Aku ingin ikut bersama kalian" Gumamku tanpa sadar aku pun mulai terlelap.


******

Pagi yang cerah terlihatlah Naya dengan menggunakan jaket hoodie nya. Dia tidak enak badan, masuk angin karena kemarin dia ketiduran di balkon tanpa penghangat.

"Akhir akhir ini kenapa daya tahan tubuh aku lemah banget ya?" Tanya Naya kepada dirinya sendiri.

Sekarang masih jam 05.00 Pasti disekolahnya masih sepi belum lagi matahari belum muncul yang artinya hari masih gelap. Naya berencana untuk pergi ke kantor, jam segini ke kantor emang boleh? Boleh lah orang itu kantor dia. Biasanya kalo Naya ke kantor dia gak inget waktu bisa jadi dia jadi gak sekolah karena kesiangan.

PAINFUL✔[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang