CHAPTER DUA PULUH EMPAT

94.6K 4.4K 278
                                    

Saat kamu lebih mementingkan ego daripada pemikiran hati, disitulah kamu hanya akan menemukan sebuah penyesalan.

Disini lah mereka, masih berada didalam kamar Naya. Mereka sudah berlinang air mata, tapi mereka belum puas membaca buku curahan hati Naya.

"Jadi selama ini? Naya gak salah" tangis Mama nya

"Mama bodoh banget, mama gak pantes disebut ibu. Mama benci diri mama sendiri" Zoya terus meracau menyalahkan diri sendiri.

Tanpa sepatah katapun Rafly meninggalkan kamar Naya, dia lebih memilih menyendiri.

Dia pergi ke rooftop rumah, Kenyataan yang begitu keras menampar Rafly.

Andai saja dia tidak percaya kata kata busuk Rizal.

Andai saja dia tidak mementingkan egonya saat itu.

Andai saja dia mendengarkan penjelasan Naya dulu sebelum bertindak.

Andai saja. Semua itu hanya angan angan, yang terjadi sekarang adalah yang sesungguhnya.

"Maafin papa Nay, papa yang harus nya minta maaf bukan kamu. Papa gak pantes dapet maaf dari kamu, Papa benci diri papa sendiri" Ujarnya menangis.

Seorang laki laki menangis? Rafly tidak peduli lagi pada semboyan itu.

Dia melihat kearah tangannya, kemudian Rafly menonjok tembok dengan keras hingga menyebabkan tangannya berdarah.

"Papa benci tangan papa, tangan yang selalu memukul Naya. Tangan yang selalu bertindak kasar, Papa benci tangan ini"

"Tapi papa lebih benci diri papa sendiri, Rasanya papa ingin mati saat ini"

Luruh sudah air mata Rafly, kaki nya tidak bisa menompang berat badannya lagi.

Kilasan kilasan masalalu menghampirinya.

"Papa, papa sayang Naya kan?" tanya Naya.

Rafly pun membelai lembut rambut anaknya "Ya sayang dong. Papa sayang Naya dan Nada. Kalian anak anak papa" ujarnya.

"Yeee"  teriak girang dua bocah itu kemudian memeluk Rafly.

"Papa nanti kalo Naya berbuat salah, Papa jangan marah marah yah apalagi mukul Naya. Papa kasih tau Naya pelan pelan aja Naya pasti ngerti kok" Ujar Naya.

"Iya sayang, emang siapa yang berani marahin kamu?" tanya Rafly.

Naya menggeleng "Naya cuman takut, Papa ngelakuin itu"

"Papa papa, nanti kalau aku udah besar. Aku mau ketemu pangeran" Ucap Nada.

"Pangeran?" Bingung Rafly.

"Iya, kayak putri yang diceritain Mama sebelum tidur. Aku mau jadi putri" Timpal Naya.

Nada mengangguk. "Yaudah nanti kalau kalian udah besar terus kalian ketemu pangeran. Kalian kenalin ke papa yah?" ujar Rafly.

Kedua anak tersebut mengangguk lucu "Siap!!" ujarnya kompak.

Kemudian mereka pun tertawa bersama.

"Aku sayang Papa, Aku sayang Nada" ucap Naya sambil memeluk keduanya.

"Kita juga sayang Naya"

Sedang asik berpelukan tiba tiba Zoya datang menghampiri mereka.

"Eh eh eh ada apa nih? Kok mama gak di ajakin sih?" tanya Zoya pura pura marah.

PAINFUL✔[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang