"Apa, Ma. Kita harus pindah rumah?" tanya gue saat nyokap menjelaskan kita berdua harus pindah ke rumah baru.
"Iya, Sayang. Kita tinggal di rumah Papa tiri kamu di Bandung," jawab nyokap dengan suara meyakinkan.
"Terus gimana kuliah aku, Cynthia, temen-temen aku di sini dan rumah lama kita?" tanya gue yang gak habis pikir dengan keputusan sepihak nyokap (lagi) ini.
Nyokap kemudian menjelaskan bahwa gue bisa meneruskan kuliah di Bandung, dan untuk masalah Cynthia, nyokap gue bilang bahwa kita bisa LDR-an dulu. Lagian jarak Bandung-Tangerang kan gak jauh-jauh banget, terang nyokap gue saat itu.
Dan hari ini adalah hari pertama gue gak tinggal lagi di rumah yang udah gue tempatin sejak gue dilahirkan. Ya gue harus ikut nyokap yang diboyong oleh suami barunya untuk tinggal di rumah bokap tiri gue itu. Sementara rumah yang gue tempatin sekarang akan ditinggali oleh kerabat jauh nyokap gue.
Banyak sejarah yang terjadi di rumah itu, mulai dari kelahiran gue sebagai anak tunggal mereka, sampai pesta sunatan yang digelar di rumah ini, pengalaman natalan bareng bokap setiap tahun, perayaan imlek yang dirayain nyokap gue yang emang ada keturunan tionghoa, dan segala peristiwa manis yang susah untuk dilupakan, ini yang bikin gue sedih dan sangat berat untuk meninggalkan semuanya, khususnya kamar gue sendiri yang udah gue anggap seperti surga buat gue sendiri.
Saat ini, gue lagi dalam perjalanan ke rumah baru gue itu. Dengan modal alamat yang dikasih nyokap, gue berusaha mencari alamat itu tentunya juga via GPS biar lebih cepat dan gak kesasar.
Setelah hampir tiga jam perjalanan gue dari Tangerang sekaligus ngiterin daerah itu akhirnya ketemu juga perumahan yang gue cari. Ternyata perumahan ini mengadopsi sistem cluster sehingga penjagaannya pun berlapis, setelah melewati gerbang utama, gue harus mencari lagi cluster tempat rumah itu berada. Setelah ketemu gue ditanyain oleh seseorang satpam yang berjaga di depan cluster tersebut.
"Mau ke mana Mister?" Tanya Satpam tersebut.
"Oh, saya mau ke rumah Pak Anthony. Saya anak tirinya, kebetulan Pak Anthony baru menikah dengan Mama saya!" sengaja gue jelasin biar nanti pas gue mau keluar masuk cluster gak ditanyain lagi gue tuh siapa, mau kemana, dan tujuannya apa.
Dengan seksama gue amati si satpam. Sebenernya dia lebih cocok jadi model ketimbang jadi satpam, karena postur badannya yang keliatan atletis, tinggi dan berkulit sawo matang eksotis.
"Oh, Mister silakan ke ujung sana, tepat di pertigaan sana itu rumahnya. No. 12," terang si satpam tegap itu.
"Oh, iya makasih," gue melemparkan senyum dan sepertinya gue merasa ada tatapan lain dari si satpam. Kemudian tanpa diperintah satpam itu memperkenalkan diri.
"Saya Ibnu, Mister. Kalo butuh apa apa bisa panggil saya aja ya."
"Iya, gampanglah."
Gue pun mengangguk dan segera menjalankan mobil menuju rumah tipe Amerika bercat cokelat muda tersebut.
⚫⚫

KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Brother
General Fiction✔Another reuplaod gay themed story ✔Original writer : babyfacehunks ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!