Pembelaan Diri

19.8K 828 20
                                    

Gue masih terpaku dalam posisi terlentang telanjang, dengan napas ngos-ngosan serta tubuh berkeringat dan penuh sperma. Aroma sperma mulai menyeruak di ruangan kamar yang baru saja didatangi Felix, kakak tiri gue itu.

Sejenak gue terpaku dengan keadaan dan secepat kemudian gue merapikan diri.

"L-lo ngapain Co, I-ini apaan?" tanya Felix heran sambil tangannya menunjuk film bokep gay di laptop gue.

Belum sempet gue jawab, Felix berujar lagi, "Lo homo ya, Co?" tanya Felix penuh keterkejutan.

"E-enggak kok, Fel. G-gue cuma gak sengaja nonton itu, iseng-iseng aja," jawab gue yang gak bisa menyembunyikan rasa keterkejutan juga.

"Gak sengaja kok bisa sampai nonton lebih dari dua film kayak ginian?" tanya Felix sembari tangannya menjelajahi laptop gue.

Belum sempat gue jawab, Felix kembali menyela, "Oh iya, gue mau balikin aftershave punya lo nih!" ujar Felix dingin kemudian keluar dari kamar gue tanpa mengucapkan lagi satu patah katapun.

Oh... God. Gue baru aja ketahuan onani di depan kakak tiri gue dengan film bokep gay yang hingga saat ini masih berputar. Apa yang akan gue lakuin setelah ini?

Gue pun beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.

⚫⚫

Keesokan harinya, Felix yang biasanya hangat ke gue tiba-tiba berubah jadi dingin. Ini bisa terlihat dari sikapnya pagi ini di meja makan bareng nyokap dan ayah tiri gue.

Kenapa sih ni anak, apa karena kejadian semalem? Hati gue berdegup kencang, takut kalo Felix cerita kejadian semalem.

Tapi ternyata enggak. Gue makan dengan setengah hati, padahal ini salah satu sarapan favorit gue. Nasi goreng kornet spesial buatan Wisnu.

"Ma, kapan nih rencananya punya adek baru? Coco pengen punya adek deh, Ma?" tembak gue langsung ke nyokap.

"Gimana tuh, Pi? Anak kita udah pengen punya adek baru!" tanya nyokap gue ke bokap tiri gue.

"Iya Dad. Coco pengen punya adek. Dulu waktu Coco kecil pernah dijanjiin punya adek, tapi Papa keburu meninggal," ujar gue melirik sembunyi ke nyokap.

"Boleh, nanti Mama sama Daddy akan adain honeymoon kedua kita, mudah-mudahan mama kamu bisa cepat hamil. Daddy juga sebenernya pengen punya anak juga dari mama kamu. Kalo kamu gimana, Nak?" tanya bokap gue ke Felix.

Felix hanya senyum dan berujar bahwa itu terserah mereka berdua saja. Gue melirik ke arah Felix yang kini sedang sibuk dengan ponsel androidnya. Gue kembali nyeletuk, "Dad, aku nebeng ke kampus dong, mobil Coco masih di bengkel," pinta gue ke Daddy.

Biasanya gue minta nebeng ke Felix kalo mobil gue lagi bermasalah di bengkel. Cuma kali ini gue masih agak canggung untuk akrab lagi sama Felix setelah kejadian semalem.

"Kenapa gak barengan sama Felix? Dia juga kuliah pagi sama kayak kamu. Daddy ada jadwal presentasi proyek baru pagi ini," jawab Daddy.

"Felix mau ke rumah temen dulu, Dad. Nanti Marco malah telat lagi kalo dia bareng Felix," jawab Felix menolak saran bokapnya.

"Ya udah, gak papa, Dad. Aku bisa naik taksi atau angkot." jawab gue gak enak.

Terpaksa gue ke kampus naik angkot karena percuma juga nyari taksi pagi-pagi gini gak akan ada. Jadilah kini gue yang berpakaian cuek ini menunggu angkot tepat di depan gerbang komplek perumahan.

Sampai di kampus gue udah lecek, biasanya gue dateng ke kampus dengan wajah fresh, tapi sekarang keliatan lusuh keringetan. Seperti biasa, Dion selalu menyapa gue duluan dan menanyakan kenapa penampilan gue jadi berantakan gini.

Step-BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang