Orang itu masih mengamati kita dari kejauhan. Awalnya gue gak menyadari adanya mata nakal yang menatap nanar ke kita berdua. Tapi makin lama gue menyadarinya dan mulai merasa terganggu terhadap tingkah lakunya.
"Lo ngerasa gak sih ada yang liatin kita berdua daritadi. Kok gak enak banget perasaan gue?" tanya gue ke Felix yang kini sedang asik mencomoti kentang goreng yang diletakkan di pinggir kolam renang.
"Oh, itu sih palingan si Wisnu. Gak tau tuh orang emang rada aneh, gak jelas!" terang Felix.
"Maksudnya, gak jelas kenapa?" tanya gue lagi.
"Iya, tuh orang tiap kali gue renang di sini, pasti gue diliatin mulu. Awalnya sih gue risih, tapi makin lama gue gak peduliin, bodo amat deh. Gak tau mungkin dia terobsesi kali sama gue." terang Felix dengan narsisnya.
"Jiah, jadi nyesel deh tadi gue tanya. Yaudah yok udahan, gue udah menggigil. Lagian gue capek banget nih abis basket langsung lanjut renang," ujar gue.
"Yaudah, tapi jangan lupa janji lo buat mijitin gue ntar!" tagih Felix.
"Iya, gue gak bakalan ingkar janji," jawab gue.
Kami berdua kemudian menyudahi kegiatan renang hari ini, dalam kondisi nyaris setengah bugil dengan hanya menggunakan celana dalam berwarna putih yang tipis dan basah. Kedua kontol kami sangat tercetak jelas di celana dalam masing-masing.
Gue mengamati tempat Wisnu tadi ngintip, ternyata dia udah gak ada. Kita berdua pun sama-sama menuju kamar Felix untuk berbilas dan berganti pakaian.
Gue dan Felix agaknya sudah cukup akrab sejak pernikahan orangtua kami. Kami masing-masing sudah bisa bercanda dan saling mengejek, seperti kakak adik kandung yang sudah tinggal lama.
Gue sebenernya agak canggung awalnya, karena gue adalah anak tunggal dan begitupun juga Felix. Tapi makin lama gue ngerasa makin dekat sama Felix.
Kita berdua kemudian masuk ke kamar mandi, dan sama-sama berbilas. Yang gue kaget, dalam kondisi membelakangi gue, Felix langsung membuka celana dalam putihnya yang otomatis gue dapat melihat pantat dia yang putih, padat, berisi dan montok.
Gue dengan refleks mengalihkan perhatian dengan cuci muka di washtafel. Gila, nih orang pede banget bugil di depan orang lain kayak gitu, dalam hati gue.
Felix pun kemudian menyudahi mandinya dan menutupi tubuh bagian bawahnya dengan handuk. Sekilas gue liat kontol dia masih tidur berwarna pink, lumayan besar dan panjang meski dalam keadaan tidak tegang. Kemudian adegan berlanjut dengan gue mandi di bawah guyuran shower. Di sini tidak terjadi apa-apa sampai kita berdua lengkap memakai baju.
"Co, jadi kan lo pijitin gue. Sekarang aja deh, ntar sore gue mau pergi soalnya," perintah Felix ke gue.
Felix sekarang sedang tiduran santai di depan TV. Belum sempet gue ngomong, ringtone handphone gue berbunyi dan gue mendekatkan jari telunjuk ke bibir sebagai pertanda Felix untuk diam sebentar.
Terlihat di layar handphone tertulis "MyCynthia" dan gue dengan semangat segera mengangkatnya."Halo. Kenapa Sayang telpon aku. Kangen ya?" kata gue lembut kepada Cynthia.
"Ih, enak aja kegeeran kamu. Orang aku cuma mau tanyain keadaan kamu gimana!" sewot Cynthia.
"Iya, berarti kamu perhatian ke aku, kangen ya?" tanya gue menggodanya.
Cynthia menjawab, "Hahaha... iya sih, aku kangen. Tapi sebenernya aku kangen sama itu kamu tau. Udah gatel nih sejak ML kita yang terakhir."
Gue kaget dengan jawaban Cynthia yang terkesan agresif dan nakal. Gue jadi kangen masa-masa gue having sex sama Cynthia. Itu adalah pengalaman pertama Cynthia, jadi bisa dibilang gue sukses mendapatkan keperawanannya. Dia pun sebenernya juga udah pasrah dan horny saat gue dulu merangsang dia, mulai dari ciuman, rabaan, berlanjut ke foreplay dan ML.
Pengalaman seks kami pun juga cukup banyak. Kita udah melakukan segala gaya hubungan seks, mulai dari yang konvensional, doggy style, woman on top, dll. Bahkan kita udah melakukan aktivitas itu di banyak tempat seperti di kamar, garasi, mobil, dapur, toilet, kolam renang, gudang, sekolah, bahkan kita pernah ML di taman depan dan belakang rumah yang banyak dilewati orang. Dan sehabis persetubuhan itu, Cynthia pasti bisa orgasme lebih dari dua kali berkat kontol gue yang boleh dibilang ukurannya bisa memuaskan semua cewek. Narsis dikit boleh donk. Hihihi...
Dan kini gue juga memang sekarang sedang merasakan hal yang sama. Kangen sama memek dia yang meskipun gue udah tusuk lumayan sering tapi tetap berasa menjepit dan sempit.
"Yaudah nanti weekend aku ke Jakarta deh, sekalian kita lepas 'kangen'," kata gue dengan nada genit ke Cynthia.
Setelah kita berdua ngalor ngidul mengobrol tentang segala macam hal tentang gue dan dia juga keluarga baru gue. Segera gue mengakhiri percakapan dengan Cynthia karena sepertinya Felix udah gak sabar untuk segera minta dipijit.
"Woy, buruan dong, tepatin janji lo. Pacaran aja!" semprot Felix ke gue.
"Iya, iya." gue pun mengakhiri percakapan dengan Cynthia dan melangkah ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri dan alat-alat yang akan dipakai untuk pijat.
⚫⚫
KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Brother
General Fiction✔Another reuplaod gay themed story ✔Original writer : babyfacehunks ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!