Setahun Kemudian
"Baju udah?" tanya nyokap.
"Udah Ma!" jawab gue.
"Check. Kamu gak usah bawa banyak baju, nanti di sana bisa beli, yang penting-penting aja kamu bawa!" ujar nyokap gue seraya men-checklist daftar barang yang harus gue bawa.
"Berkas-berkas sama dokumen udah semua?" tanya nyokap lagi.
"Udah tuh di sana!" tunjuk gue ke salah satu koper kecil yang tergeletak diatas meja.
"Kotak obat-obatan dan P3K gak lupa kan?" tanya nyokap lagi.
"Iya, tuh ada di koper putih," jawab gue.
"Pokoknya semua yang bersifat penting dan mendesak harus kamu bawa, kayak obat-obatan. Mama khawatir kamu sakit nanti gak ada yang jagain di sana!" ujar nyokap.
"Iya Ma. Pokoknya Mama gak perlu khawatir deh, aku bisa jaga diri kok di sana. Lagian kan Coco udah 21 tahun, Coco udah dewasa jadi Mama percaya deh sama Coco kalo di sana Coco akan baik-baik aja!" ujar gue berusaha menenangkan pikirannya.
"Iya, tapi bagi Mama kamu tuh masih anak kecil. Anak Mama satu-satunya yang paling manja sedunia."
"Iya, tapi Mama jangan terlalu mikirin hal yang aneh-aneh deh, kasian nih sama calon adik aku!" ujar gue sambil menunjuk perut nyokap yang makin membuncit.
Nyokap tersayang gue ini sekarang sedang hamil. Dan gue mungkin sekarang jadi orang terbahagia di dunia setelah bokap dan nyokap gue tentunya, setelah mengetahui adanya janin di rahim nyokap gue. Ini berarti impian gue dan Felix akan segera terkabul, kita akan punya adik baru meskipun gue gak bisa mengikuti perkembangan nyokap sampai nantinya dia menjalani persalinan karena gue harus pergi.
Mungkin kalian bingung gue mau pergi ke mana! Yang jelas sih gak mungkin cuma ke Jakarta, Semarang, atau Surabaya. Kalo sedeket itu sih nyokap gak akan super panik mengarah lebay seperti sekarang.
Nyokap seperti itu karena gue mau pergi mengejar gelar master seperti kini yang sedang dilakukan Felix. Bukan di Singapura ataupun Australia, tapi di negara yang sama dengan Felix, yakni Negeri Paman Sam. Tapi kita beda state, huh. Felix di Connecticut, kuliah di Yale School of Management, sementara gue di Pittsburgh, Pennsylvania ambil School of Fine Arts di Carnegie Mellon University.
Tadinya gue mau satu kampus lagi sama Felix di Yale. Cuma dasar emang otak gue yang pas-pasan jadi gak ke terima di sana. Hihi. Karena beda state inilah nyokap jadi agak ragu melepas gue, meskipun sebenernya PA dan CT cuma beda jarak sedikit dan sama-sama wilayah East Coast. Tapi nyokap tetep aja khawatir. Jadi gak heran kalo nyokap segitu gak relanya gue pergi jauh, karena ya emang dari kecil gue gak pernah hidup jauh dari nyokap. Apalagi gue satu-satunya anak yang dia miliki sekarang. Dan semenjak nyokap jadi single parent, dia sangat protektif ke gue dan hal ini sejalan dengan sifat manja gue kalo bersama nyokap.
"Mama masih bisa bayangin saat kamu masih kecil, Mama yang gendong kamu, Mama yang besarkan kamu dari kecil, saat di mana kamu masih balita, menangis, merengek, masa dimana Mama menyuapkan makanan saat kamu kecil, saat kamu sakit, Mama masih bisa mengingat hal itu semua sampai kamu sebesar sekarang ini. Dan sekarang kamu bakal pergi ninggalin Mama!"
"Iya Ma aku ngerti. Tapi sekarang kan Mama ada yang jagain, yaitu Daddy dan sebentar lagi Mama juga bakal punya anak lagi, jadi Coco rasa Mama gak akan kesepian lagi kok!" jawab gue sambil merangkul nyokap gue. Wanita yang paling gue sayang di dunia ini.
"Ya udah sekarang Mama istirahat aja, kan besok mau anterin Coco ke airport. Coco juga mau istirahat Ma, biar besok bisa fresh!"
Nyokap kemudian keluar kamar setelah mengecup lembut kening gue sementara gue melanjutkan kegiatan packing malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Brother
Fiksi Umum✔Another reuplaod gay themed story ✔Original writer : babyfacehunks ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!