Pagi ini gue terbangun menatap langit-langit kamar yang memantulkan cahaya matahari dari jendela yang sedikit tersingkap. Di ranjang ini, gue berdua dengan kakak tiri gue Felix sedang berbaring telanjang. Masih tampak sisa-sisa pergulatan kita semalam seperti beberapa bekas sperma yang sudah mulai mengering dan juga baju, celana dan boxer yang berserakan di lantai kamar.
Gue menatap Felix yang hingga saat ini masih terlelap tidur. Bisa ditebak, kegiatan kita berdua semalam benar-benar menguras tenaga dan perasaan.
Gue menatap wajah bulenya yang cerah, kulit tubuhnya yang putih dan kontol panjang berwarna merah mudanya itu. Kontolnya sedikit tegang, sedikit ragu gue menggenggam kontol Felix dan sedikit mengocoknya tapi sesaat kemudian gue melepaskannya kembali sebelum kontol itu benar-benar ngaceng sempurna.
Gue berdiri, menuju cermin yang letaknya gak jauh dari tempat tidur dan memandangi pantulan tubuh gue di depan cermin. Ada beberapa bekas merah di sekujur badan gue. Ini pasti bekas cupangan Felix yang begitu kuat dan bernafsu semalam. Gue kemudian mengambil handuk dan bergegas bersiap untuk berangkat kuliah.
⚫⚫
Di kampus gue merasa kayak hidup kembali. Perasaan bersalah gue sama Felix selama ini seolah sirna digantikan semangat baru. Gue masih memikirkan kejadian semalam yang merupakan pengalaman pertama kali seumur hidup gue.
Gue masih membayangkan gimana Felix dengan dahsyatnya menghisap kontol gue dan gimana sempitnya lobang kakak tiri gue itu. Gue kemudian tersadar saat ada tepukan lembut di pundak gue.
"Woy, senyum-senyum aja lo, kenapa? Baru dapet lotre?" tegur Dion mengagetkan gue.
"Ah, sialan lo ngagetin aja. Nggak, gue lagi bayangin kejadian semalem!" Ups gue keceplosan.
"Kejadian apaan?"
"Ada deh. Lo udah sarapan bro? Gue tadi beli makanan nih, sekalian gue beliin buat lo juga, makan nih!" tawar gue.
Dion mengambil makanannya dan segera menyantapnya.
"Aih, mesra banget lo, Co, sama gue!" goda Dion seraya mencolek dagu gue.
"Ah, apaan sih lo. Malu kan kalo keliatan orang!"
Gue kembali teringat atas pengakuan Dion dua hari lalu saat dia mengakui dirinya biseks.
"Bro? Gue boleh nanya gak?" tanya gue hati-hati.
"Tanya apaan?"
"G-gini... kemaren kan lo ngaku ke gue tentang orientasi seksual lo," ujar gue hati-hati.
"Iya terus?"
"Lo udah pernah main sama cowo?" tanya gue menggigit bibir.
"Hmppffhh..."
Makanan di mulut Dion hampir tersedak keluar saat gue tanya hal itu.
"M-maksud lo ML gitu bro?"
"Iya!" jawab gue datar.
"Ada angin apaan lo tanya hal begituan?" tanya Dion heran.
"Gak. Gue penasaran aja."
"Penasaran apaan?" tanya Dion lagi.
"Yah penasaran aja, selama lo berhubungan sama cowok, lo pernah ML gak sama mereka?"
"Jujur ya, Co. Gue baru pacaran sama cowok sekali, itu pun cuma sebatas oral doang, gak lebih. Jadi intinya sama cowok belum, tapi sama cewek udahlah!" jawab Dion sambil nyengir mesum.
Gue hanya meng-o perkataan Dion.
"Eh, Co. Kita ada tugas kelompok loh, mau kerjain kapan?"
"Oh iya tugas fotografi dari Bu Widya kan? Emang deadline tugasnya kapan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Brother
Ficção Geral✔Another reuplaod gay themed story ✔Original writer : babyfacehunks ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!