Sudah tiga hari ini gue menunggui Felix di ruang rawat inap. Felix masih belum sadar betul. Tapi tanda-tanda bahwa Felix sudah mulai sadar adalah melalui gerakan jarinya yang selalu merespon sentuhan tangan gue.
Sesekali Dion datang menjenguk. Dan gue merasa beban gue sedikit berkurang kalo Dion datang. Dia selalu bisa bikin gue semangat lagi.
"Co, lo belum pulang kan dari kemaren? Gak capek apa nungguin mulu, pulang dulu yuk, ntar kesini lagi!" ujar Dion suatu ketika.
"Ntar aja deh, lagian nanti siapa yang nungguin Kakak gue?" tolak gue.
"Ya suruh Wisnu aja dulu ke sini untuk nungguin. Lagian bonyok lo bakal ke sini kan sore nanti? Gue khawatir sama kesehatan lo bro, kalo lo gini terus!" bujuk Dion lagi.
Gue akhirnya menyerah. Gue kemudian menelepon Wisnu untuk ke sini menjaga Felix sementara gue pulang untuk istirahat. Benar juga sih kata Dion, gue emang butuh istirahat. Dion kemudian mengantar gue pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah.
"Mau gue mandiin gak?" tanya Dion.
"Enak aja! Enak di elo dong!"
"Eh, gue serius nih!"
"Gak, gak usah. Gue bisa sendiri kok, thanks!" gue pun mandi dan bersih-bersih.
Selesai mandi Dion mengajak gue untuk makan siang dulu sebelum mampir ke apartemennya untuk mengambil barang.
"Co, abis ini kita makan siang dulu terus lo istirahat di apartemen gue aja ya!" ajak Dion.
"Emang kenapa gitu gue harus istirahat di apartemen lo?" tanya gue heran.
"Oh itu, kemarin Cici gue baru pulang dari Hongkong. Abis dinas dia langsung pulang, terus dia bawa oleh-oleh banyak, ada buat lo juga!"
"Terus Cici lo ada di apartemen sekarang?" tanya gue.
"Gak, abis nyampe istirahat semalem terus udah berangkat lagi ke Surabaya!" jawab Dion.
Gue hanya meng-o aja, yang ada di pikiran gue cuma satu, gue cuma mau rileks dan santai aja.
Kemudian Dion mengajak gue makan siang di salah satu restoran sunda sebelum mobil kita mengarah ke apartemen Dion.
Setelah sampai apartemen, gue langsung beranjak menuju kamar Dion dan membanting tubuh letih gue ini ke kasur sebelum gue benar-benar terlelap tidur.
⚫⚫
Gue terbangun di sebuah padang rumput luas dengan pemandangan yang indah menakjubkan. Di sekeliling gue terhampar puluhan tanaman indah yang tambah mempercantik suasana. Semilir angin sejuk menggelitik tubuh gue yang kini polos tanpa busana. Sinar mentari tidak terlalu terasa menyengat meskipun sinarnya memancar pekat.
Gue memandangi diri gue yang sedang telanjang ini. Tidak ada orang disisi gue sekarang. Ke manakah gerangan semua orang?
Gue kembali merebahkan diri sembari menatap langit biru tanpa awan. Tiba-tiba ada sesosok tangan yang mendekap erat tubuh gue. Secara refleks gue melihat orang tersebut dan itu adalah Dion. Uniknya, dia dalam kondisi yang sama kayak gue, dia telanjang.
Tanpa bicara Dion langsung mengecup lembut bibir gue sementara tangannya dengan nakal menjelajahi dada, ketiak dan puting gue. Anehnya gue gak merasa risih, gue malah merasa nyaman dan pelan-pelan nafsu gue mulai bangkit.
Gue meladeni ciuman dahsyat Dion dan tangan gue mulai menjelajah bagian belakang Dion. Sumpah ini pengalaman unik dan ada sensasi aneh di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Brother
General Fiction✔Another reuplaod gay themed story ✔Original writer : babyfacehunks ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!