"Kamarnya yang ini ya?" tanya gue pada Wisnu sembari menunjuk sebuah pintu bertuliskan "Men's Zone" itu.
Kamar Felix lebih rapih dan bersih dari kamar gue, berukuran hampir dua kali kamar gue, banyak dihiasi poster-poster cewek berbikini seksi bahkan banyak yang topless maupun bugil.
Di sisi dekat tempat tidur gue lihat juga poster cowok-cowok berbadan atletis yang hanya menggunakan underwear, gak jelas maksudnya apa tapi gue gak ngerasa aneh juga sih.
Di depan lemari pakaian tergantung kaos basket bertuliskan nama Felix. Oh ternyata dia juga sehobi sama gue. Gue lihat juga banyak pernak-pernik basket di meja dekat lemari.
Di seberang tempat tidur ada TV plus DVD Player yang gue yakin jarang dipakai karena gue yakin Felix lebih suka nonton di ruang santai depan yang ada Home Theater-nya. Kamar ini adem, gak tau karena efek AC didalamnya atau karena warna cat kamar ini yang hijau muda. Sepertinya gue mulai betah di kamar ini.
Sejurus kemudian gue menuju jendela dan melihat pandangan taman belakang rumah plus kolam renang dan lapangan basket.
Perfect, gumam gue dalam hati.
Masuk ke kamar mandi gue pun meletakkan peralatan mandi gue di washtafel deket bathub. Sembari merilekskan badan setelah perjalanan jauh Tangerang-Bandung itu, gue melihat sekeliling kamar mandi yang bersih dan bagusnya persis menyamai bathroom hotel berkelas. Gak sabar karena gerah dan capek akhirnya gue kemudian melanjutkan dengan mandi di bawah pancuran shower.
Semua rasa capek dan pegal berangsur-angsur memudar dari badan ini setelah badan gue diguyur air hangat dari pancuran shower. Otot-otot gue terasa rileks dan nyaman. Dengan tanpa sadar gue kemudian memainkan kontol gue yang udah setengah tegang ini.
Yang gue gak sadar ternyata ada sosok lain yang baru masuk ke kamar mandi dan tiba mengagetkan gue dengan suara ngebass-nya.
"Co, kapan dateng?" tanya Felix yang sekarang lagi sibuk cuci muka pake facial wash di washtafel.
"Oh, barusan aja. Nih gue langsung mandi, gerah bos di luar." jawab gue gugup sambil berusaha menutupi kontol gue dengan handuk.
Felix kemudian berbalik dan melepas kaos yang sedang dipakainya seraya berkata, "Oh iya, Co. Kemarin gue dikasih tau nyokap lo, kira-kira lo bakal nginep di kamar gue sekitar semingguan karena tamu yang dateng bakal nginep sekitar semingguan, gak papa kan?" tanya Felix ke gue.
"Ya gak papa lah. Harusnya itu gue yang nanya sama lo, gak papa kan gue di kamar lo selama itu?" tanya gue ke Felix.
Felix menjawab, "ya gak papa lah bos, malah gue seneng. Lo tuh udah gue anggap kayak adek gue sendiri. Mau tidur di sini kapan pun sih gue terima-terima aja."
Felix bicara sambil dirinya berpose di depan cermin untuk liat perkembangan otot yang dia latih selama ini.Dari pantulan cermin gue bisa liat badan Felix yang gue bisa bilang sangat sempurna. Dada bidang, trisep bisep terdefinisi jelas, otot perut yang terpahat tajam membentuk enam kotak, dan untuk pertama kalinya gue ngerasa deg-degan berada berduaan dalam satu ruangan dengan seorang cowok dan gue dan dia keduanya dalam kondisi hampir bugil.
"Oh iya, Co. Karena di lantai atas yang tinggal cuma kita berdua, jadi gue biasa di rumah cuma shirtless aja. Cuma kalo ada tamu gue gak bisa kayak gitu," terang Felix.
"Oh gitu." Gue mengangguk tanda mengerti dan berpikir gak masalah toh badan gue gak malu-maluin kalo shirtless. Gue pun keluar kamar mandi, masih pakai handuk dan berniat untuk berpakaian. Tanpa gue sadari, Felix di belakang gue sedang mengamati tubuh gue dari belakang.
"Co, lo rajin nge-gym ya. Badan lo mantep bro!" puji Felix.
"Walah, badan gue mah belom ada apa-apanya dibanding badan lo, deh!" kata gue merendah.
"Wah, jangan gitulah, umur lo segitu juga udah bagus banget badan kayak gitu," puji Felix lagi.
"Hahaha... iya sih. Dibanding temen-temen gue, emang badan gue yang paling mendingan. Yang lain kalo gak ceking ya gembrot," ujar gue.
"Iya juga ya," Felix menimpali.
Gue bertanya di mana bisa menempatkan pakaian gue di dalem koper ini karena gue takut kalo kelamaan di dalem koper akan lembab dan berbau apek tidak enak.
"Oh, di lemari gue aja tuh!" petunjuk Felix.
Di dalam lemari gue bisa melihat seluruh koleksi pakaian Felix yang sejauh pandangan mata gue, bermerek semua dan pasti mahal. Gue membuka laci di dalam lemari untuk meletakkan celana dalam dan tanpa sengaja melihat koleksi sex toy dan kondom kepunyaan Felix yang lumayan banyak.
Di bawahnya terdapat banyak koleksi majalah pria dewasa yang dari cover-nya saja udah bisa membakar birahi orang yang melihatnya. Rupanya dia sealiran sama gue, suka koleksi majalah bokep sampai bertumpuk-tumpuk sampai gue sendiri gak tau berapa jumlah koleksi gue sekarang.
Seraya menutup pintu lemari, gue pun berpamitan tidur duluan ke Felix karena badan gue yang emang udah pegel daritadi. Dan gue pun terlelap dengan mudahnya di kasur empuk sambil berharap bisa bermimpi ketemu Cynthia di alam mimpi.
⚫⚫
KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Brother
Fiksi Umum✔Another reuplaod gay themed story ✔Original writer : babyfacehunks ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!