Kesepian

11.5K 452 7
                                    

Gue sedang berada di suatu gedung megah yang anehnya, gue gak tau di mana tempat ini berada dan untuk apa gue ada di sini. Gedungnya terlihat mewah dan terdapat banyak ornamen bernuansa jawa klasik menghiasi dekorasi tempatnya.

Gue mengedarkan pandangan dan meyakinkan diri bahwa gue sedang berada di sebuah pesta pernikahan. Tapi pernikahan siapa gue juga bingung. Daripada tambah bingung gue kemudian memutuskan masuk ke dalam gedung yang sudah dipenuhi banyak orang. Anehnya, gak ada satupun orang di ruangan sebesar ini yang gue kenal.

Gue mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dan mendapati satu-satunya sosok orang yang gue kenal, dan itu Dion. Ya itu Dion. Tapi dia sedang berada di pelaminan bersama seorang gadis cantik dengan busana adat jawa yang lazim digunakan dalam sebuah resepsi pernikahan. Ini berarti gue ada di pesta pernikahan Dion dan cewek yang dijodohin sama dia.

Gue jadi bingung dan semakin tambah bingung saat gue kini sudah ada dalam antrian para tamu yang ingin mengucapkan selamat dan salam kepada kedua mempelai.

Satu persatu para tamu undangan bersalaman dan tiba saatnya giliran gue bersalaman dengan kedua mempelai. Gue mendapati ekspresi keterkejutan Dion melihat kedatangan gue dan sejurus kemudian Dion langsung berhambur memeluk gue erat di depan semua pengunjung dan calon istrinya itu.

"Co, gue kangen sama lo, Co. Gue sayang sama lo, Co. Jangan lupain gue Co, jangan jauhin gue!" ucapnya berbisik di telinga gue.

Gue gak menjawab namun secara tiba-tiba, Dion mendaratkan bibir tipisnya ke bibir gue. Dia mencium gue di depan puluhan orang dan perempuan spesial yang berdiri di sebelahnya. Gue menikmati ciuman gue itu sampai saatnya gue menyadari ini hanya sebuah mimpi, ini tidak benar-benar terjadi.

Gue terbangun dengan wajah gusar. Mimpi barusan benar-benar bikin gue susah untuk melupakan Dion. Dion sudah seperti narkoba buat gue, terus menerus membuat ketergantungan. Gue akui gue sangat kangen sama dia. Sudah hampir tiga bulan lebih ini gue gak mendapat kabar dari Dion, padahal gue berharap dia bisa menghubungi gue kapan pun setelah perpisahan kemarin.

Gue pernah mencoba menghubungi nomor handphone Dion tapi selalu masuk mailbox, bahkan kontak BBM, facebook, twitter, ym, bahkan id skype gue di blok sama dia. Praktis gue gak punya akses yang bisa menghubungkan gue dengan Dion.

Sebenernya gue yakin ini pasti kerjaan Alena, karena menurut gue Dion bukan tipe orang yang kayak gitu. Gue yakin Dion hanya terpaksa menjalani itu semua. Satu-satunya jalan agar gue bisa berhubungan kembali dengan Dion adalah gue datang langsung ke Surabaya dan bertemu sama Dion secara sembunyi-sembunyi. Tapi itu juga mustahil karena penjagaan Alena yang begitu ketat. Gue cuma bisa berharap suatu saat nanti gue bisa bertemu dengan Dion sebelum dia nantinya benar-benar menikah dengan gadis yang sudah dijodohkan dengannya.

Makin hari gue makin kesepian. Gak ada seseorang pun di hidup gue yang bisa mengisi hari-hari gue selain Felix dan Dion. Dion sudah pergi, sedangkan Felix kini makin sibuk. Gue makin jarang bisa pergi bareng dia karena segudang kesibukannya belakangan ini. Bahkan, untuk bisa sarapan atau makan malam bareng di rumah adalah satu momen yang langka sekarang ini. Kesibukannya menyusun skripsi memang benar-benar menyita waktunya.

"Fel, ntar sore jalan yok, weekend nih. Gue udah lama gak hangout sama lo!" ajak gue saat gue masuk ke kamarnya.

"Sore ini ya, Co? Hmm.. gimana ya, soalnya gue mau revisi terakhir nih sebelum sidang minggu depan, kayaknya untuk dua minggu kedepan gue masih belum bisa ada waktu luang deh, Co. Sorry ya," jawabnya.

"Oh yaudah, tapi lo jangan lupa makan sama istirahat ya, Fel. Ntar takutnya pas sidang lo sakit lagi!" pesan gue.

"Iya Coco adikku yang paling ganteng. Abis ini kita bakal jalan kemana aja yang lo mau deh!" janjinya.

Step-BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang