Hari ini kuliah pagi. Shit, gue bangun kesiangan. Secepat kilat gue bangun dan bersiap-siap menuju kampus. Sampai di parkiran mobil kampus gue liat juga ada Dion yang baru dateng, buru-buru gue samperin dan ngajak bareng karena dosen yang bakal ngajar killer-nya minta ampun.
Kita lari berdua di sepanjang koridor kampus dan gak sedikit orang yang menatap kami. Kok kayak gak pernah liat orang telat ya mereka?
Gue pamit dulu ke Dion mau ke toilet karena udah kebelet daritadi. Dion mengikuti dan berjejer di urinoir sebelah gue.
Tanpa gue duga Dion nyeletuk, "Buset, gede juga punya lo, Co. Bule sih, punya gue mah gak ada apa-apanya sama lo!" celetuk Dion sembari menunjukkan juniornya ke gue.
"Buset, mesum amat lo pagi-pagi. Banding-bandingan kontol. Ukuran mah bukan soal sob, yang penting mah service-nya!" jawab gue cengengesan sembari mengocok pelan junior gue ini. "Udah yuk ah, telat nih. Ntar keburu gue horny beneran nih!" lanjut gue lagi.
Kita kemudian beranjak keluar toilet dan masuk kelas.
⚫⚫
Weekend ini, gue dengan sukses mengajak Sylvia untuk jalan bareng. Dengan segala macam jurus maut rayuan gue akhirnya Sylvia mau gue ajak dating. Gue seakan melupakan sejenak masalah gue dan Cynthia yang terjadi sebulan kemarin. Gue juga belum menghubungi Cynthia sampai saat ini. Padahal baru beberapa minggu kemarin gue ulang tahun. Biasanya tahun lalu kalo gue ulang tahun Cynthia selalu kasih kado yang manis buat gue, tapi sekarang? Hubungin aja udah gak pernah. Tapi sebodo amatlah, toh selama ini ada Sylvia yang bisa nemenin gue di sini.
Gue mengajak Sylvia ke salah satu pusat perbelanjaan megah di tengah kota Bandung, kita cuma berniat makan dan karaokean di sini. Saat sedang asik jalan berdua, gue melihat ada seseorang yang mirip dengan Felix yang sedang berjalan bersama seorang cowok berjarak sekitar 20 meter membelakangi gue.
Karena gue belum yakin, gue gak berani untuk menyapa mereka, takut salah orang. Jadilah, gue membiarkan Felix dan teman prianya itu untuk pergi berlalu di hadapan gue.
Gue kini sedang duduk bersama Sylvia di sebuah kafe bernuansa etnik latin di mall tersebut. Dari ekor matanya gue bisa lihat dia masih memendam sebuah masalah yang belum terselesaikan. Dan gue memberanikan diri bertanya kepadanya.
"Lo kenapa sih, Vi. Kok dari awal gue liat lo kayaknya murung dan gak semangat gitu?" tanya gue berusaha mengerti keadaannya.
"Gak kok, cuma masih gak enak aja perasaan gue," jawab Sylvia membingungkan.
"Gak enak kenapa?" tanya gue lagi.
"Gue baru putus dari cowok gue sekitar tiga bulanan yang lalu," jawab Sylvia berat.
Oh, ternyata ini toh masalahnya. Masalah yang bikin cewek semanis ini selalu terlihat murung dan sedih.
Dasar cewek, terlalu pakai perasaan. Kalo putus ya putus aja, kan bisa cari gantinya yang lain, kata gue dalam hati.
"Cowok gue selingkuh di depan mata gue!" terang Sylvia.
"Oh, jadi itu alasan lo putus. Emang secantik apa sih ceweknya sampai cewek secantik lo masih tega diselingkuhin?" tanya gue jengkel.
"Dia bukan cewek!"
"Hah, maksud lo?" gue masih belum ngerti arah omongan Sylvia.
"Cowok gue selingkuh sama cowok! Gue liat dia lagi ciuman di dalam mobilnya, sama cowok dan itu yang bikin gue sakit hati dan trauma sama cowok sampai sekarang!" terang Sylvia panjang.
Syok. Gue gak ngerti harus ngomong apa. Kalau selingkuh sama cewek sih gue masih paham, toh yang gue lakuin sekarang gak beda jauh sama cowoknya. Tapi ini selingkuh sesama cowok. Gila!

KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Brother
Fiksi Umum✔Another reuplaod gay themed story ✔Original writer : babyfacehunks ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!