Permintaan Sulit

12.1K 533 2
                                        

Gue sedang bersiap berangkat menuju rumah sakit saat terdengar handphone gue berdering. Gue liat yang menelepon adalah nomor asing yang gue gak kenal. Gak pake lama gue langsung menjawabnya.

"Halo?"

"Ini Marco?"

"Iya, ini siapa?"

"Saya Alena, kakaknya Dion. Kamu sedang sibuk?"

"Nggak, Kak. Emang kenapa ya?"

"Saya mau ketemuan sama kamu, bisa gak?"

"Kapan, Kak?"

"Nanti sore bisa? Di kafe xxx."

"Oh... bisa, Kak."

"Ya udah."

tut... tut... tut...

Gue sedikit syok mengetahui itu telepon dari Alena. Mau apa dia ketemuan sama gue. Mau ngomongin masalah yang terjadi kemarin atau apa. Gue gak mau mood baik gue pagi ini rusak. Gue langsung berangkat menuju rumah sakit.

Di rumah sakit, Felix masih belum sadar. Agaknya koma yang ia alami masih akan cukup lama. Gue terus selalu berdoa semoga Felix bisa segera siuman dan gue bisa hangout bareng dia lagi. Masalah gue semakin banyak dan Felix merupakan salah satu orang yang tau bagaimana bisa menghibur gue.

Gue habiskan waktu sampai sore dengan beraktifitas di ruangan rawat Felix. Baik itu nonton TV, main game, baca majalah maupun olahraga kecil seperti push-up, squat-jump atau sit-up.

Gue menunggu kabar dari Dion. Baik SMS maupun telepon tapi kayaknya dia emang benar-benar gak bisa. Sampai sore gue menunggu kabar dari Alena dan gak lama dia SMS.

Temui saya di cafe xxx, jam 4. Alena

Gue langsung berangkat ke tempat janjian itu. Gue mau selesain masalah ini secepatnya.

Sampai di kafe gue langsung menuju tempat Alena berada. Dia tampak cantik dan jenjang, kalo bukan kakaknya Dion udah gue embat dah nih orang.

"Sore, Kak. Maaf udah nunggu. Kakak udah lama?"

"Gak kok, saya juga baru dateng, saya juga udah siapin makanan, silakan duduk," ucap Alena.

Gue gak menyangka sambutan Alena bisa seramah ini.

"Saya mau langsung aja. Sudah sejauh apa hubungan kamu dengan adik saya?" tanyanya.

"Saya cuma sahabatan aja kok kak sama Dion!"

"Sahabatan? Tapi yang saya lihat gak seperti itu. Kamu sudah lebih dari sekadar sahabatan dengan Dion, apalagi setelah kejadian itu."

Gue cuma bisa terdiam. Gue sendiri juga bingung untuk mendeskripsikan arti hubungan gue sama Dion selama ini.

"Kamu gay?" tanya Alena.

"S-saya bukan gay kak, saya normal!"

"Kalo kamu normal, kamu gak mungkin ngelakuin hal 'itu' sama adik saya! Dion sendiri akhirnya mengaku ke saya bahwa dia adalah seorang biseks, apa kamu juga biseks?"

"S-saya gak tau, Kak. Tapi..."

"Kamu sayang sama Dion?" tanya Alena langsung.

"Apa, Kak?"

Obrolan kita terputus oleh waiter yang mengantar pesanan kami sebelum Alena kembali melanjutkan pertannyaannya.

"Kamu sayang sama adik saya?" Alena mengulangi pertanyaannya.

Step-BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang