Pertemuan Kembali

11.5K 506 0
                                        

Gue berangkat ke rumah sakit dengan mood yang kurang baik. Ini karena tadi pagi gue perang dingin sama Dion. Jujur, gue sama sekali gak berniat menjauh apalagi melupakannya. Tapi, kondisi yang membuat kita jadi begini. Gue udah terlanjur janji sama Alena untuk menjauhi Dion demi kebaikannya sendiri. Tapi itu justru jadi bumerang buat hubungan kita berdua.

Saat gue keluar dari gerbang cluster perumahan, Ibnu, satpam kompleks yang kece itu menyapa gue.

"Pagi Mister Marco. Ada paket kiriman nih!" ujar Ibnu seraya menyodorkan sebungkus kotak pipih.

"Apaan nih, Nu?" tanya gue.

"Kayaknya paket undangan deh. Btw, kapan nih, Co, mau sparring gym bareng lagi?" tanyanya.

"Wah... kapan-kapan deh. Lagi sibuk soalnya, hehe.." ujar gue.

"Oh, sip deh. Salam buat Tuan Felix ya, Co. Get well soon!" ujarnya lagi.

"Wokeh. Thank you yah, Nu. Gue jalan dulu."

Gue melajukan mobil cukup pelan sembari membuka bungkusan kotak yang ternyata berisi undangan pernikahan teman kampus gue tapi beda jurusan. Jadi juga Tania sama Frans kawin. Gue sih gak heran ujung-ujungnya mereka bakal nikah cepet. Lah gaya pacarannya berasa artis Hollywood.

Liburan dikit pasti mereka plesir berdua ke Singapore, Bangkok, atau Hongkong. No wonder, kalo pacaran berdua keluar negeri pasti bakal terjadi sesuatu yang diinginkan kan? Hehe...

Tapi gue jadi inget satu hal, pergi sama siapa gue? Kan gak mungkin dalam kondisi begini gue ajak Dion, bisa ngamuk tuh Cicinya kalo adiknya gue ajak. Mau ajak Felix gak mungkin, siapa ya?

Kemudian langsung terbersit nama Alex di pikiran gue. Oh iya, mending gue ajak dia, mudah-mudahan dia bisa deh.

Gue mengarahkan kemudi tidak ke rumah sakit, tapi ke hotel tempat Alex kerja. Gue pengen ngomong langsung sama dia biar kesempatannya untuk menolak jadi kecil.
Sampai di lobi hotel gue cuma bisa celingukan gak jelas mencari tempat resepsionis berada.

"Permisi, Pak. Ada yang bisa dibantu?" sapa salah satu petugas resepsionis disana.

"Oh iya, Mbak. Bisa ketemu sama Pak Alex gak?"

"Pak Alex yang mana ya? Soalnya di sini ada tiga orang yang bernama Alex," jawabnya ramah.

Gue langsung mengeluarkan kartu nama yang pernah dikasih Alex tempo hari dan membaca nama yang tertera disana.

"Oh ini, Mbak. Alexander Henry Widjaja!" jawab gue.

"Oh, Pak Xander. Udah ada janji sebelumnya, Pak?" tanyanya ramah.

"Belum sih, cuma saya mau ketemu aja!" ujar gue.

"Oh maaf, Pak, kalo begitu tidak bisa. Nama Bapak siapa, nanti biar saya tanyakan dulu."

Gue kemudian menyebutkan nama dan kembali bertanya.

"Emang Pak Xander posisinya apa Mbak, di sini?" tanya gue.

"Oh, Pak Xander itu GM sekaligus pemilik mayoritas saham hotel ini," jawabnya enteng.

Glek. Pantesan mau ketemu aja susah banget. Ternyata doi yang punya nih hotel. Belum sempat gue tanya kelanjutannya, Alex menepuk pundak gue.

"Hai Marco, ada apa kamu ke sini!" sapa Alex.

"Eh, Lex. Ada perlu nih gue sama lo, ada waktu?"

"Perlu apa? Kita ngomong di lounge sana aja yuk!" ajak Alex.

Kemudian kita berbincang dan gue mengutarakan maksud gue untuk mengajak Alex pergi ke pesta pernikahan Tania dan Frans. Untungnya dia gak nolak, justru dia bersemangat bisa pergi berdua bareng gue. Awalnya gue kira dia bakal nolak karena segudang kesibukannya, tapi ternyata enggak.

Step-BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang