Kejutan Tak Terduga

67.1K 1.7K 125
                                    

Pffiiiuuuhhhh... 

Peluh gue menetes tanpa henti, seperti banjir yang mengaliri leher kemudian merembes ke kaos basket bernomor 23 yang gue kenakan saat ini.

Oh iya, perkenalkan nama gue Marco dan saat ini gue lagi ada di Celebrity Fitness Teras Kota yang memang dekat dengan rumah gue. Di sini lumayan lengkap, ada kolam renang, fitness center plus sauna dan steam,  juga lapangan basket. Dan di tempat yang gue sebut terakhir inilah gue sedang berada sekarang. Bareng teman-teman akrab gue di SMA yang sebentar lagi kita semua akan berpisah karena banyak yang nantinya akan meneruskan kuliah ke luar kota dan luar negeri. 

Gue sendiri sebenernya juga masih bingung mau terusin kuliah kemana. Dan di sini gue lebih sering menghabiskan waktu menunggu pengumuman kelulusan sembari bermain basket di sini dan juga menjalani hobi lain gue yaitu nge-gym dan renang. 

Dari deskripsi hobi yang gue udah sampaikan, tentunya pembaca udah bisa menebak gimana bentuk tubuh gue ini. Gue Marco, umur baru 18 tahun akhir bulan kemarin, tinggi gue sekitar 184cm dengan berat sekitar 76kg, kulit putih kecoklatan dengan mata dan rambut gue yang berwarna cokelat hasil turunan dari Alm. bokap gue yang emang asli dari Swiss. 

Sebenernya banyak yang gak nyangka bahwa gue ada keturunan Indonesia, karena gue seperti meng-copy secara sempurna DNA bokap gue itu. Gue sebenernya gak mau terlalu mendeskripsikan secara rinci karena takut dibilang sombong atau berlebihan. Tapi emang gue punya fisik yang menurut gue cukup memesona siapa pun yang ngeliat gue, dengan perut sixpack tajam tanpa lemak sedikitpun yang menempel, serta lengan yang atletis dan dada yang bidang. Boleh dibilang gue bisa dapetin cewek model apa pun yang gue inginkan.

Dan itu sudah terwujud sekarang dengan adanya cewek di sebelah gue yang setia ngelapin keringat yang keluar dari tubuh kekar gue ini. Cynthia, nama cewek gue. Tinggi sekitar 175cm dengan berat 55kg dan toket serta bokong yang montok membuat dia semakin terlihat seksi di mata gue. Gue sangat mensyukuri hidup yang gue jalani selama ini. Fisik sempurna, materi berkecukupan, serta cewek seksi yang setia mendampingi gue saat ini.

"Koko, kamu udah makan belum? Nih aku bawain pizza, tenang aja ini rendah kalori kok. Aku udah minta sama yang buat untuk gak pakai minyak dan garam, Nih!" terang Cynthia seraya mengambil handuk dan mengelap lengan atletis gue.

"Makasih ya, Sayang. Tau aja kamu aku gak mau kehilangan sixpack aku ini," jawab gue sambil mengangkat kaos basket dan memperlihatkan perut atletis gue.

"Iya, tau. Ayo dong dimakan sekarang Pizza-nya, gak enak kalo udah dingin," ia menjawab.

"Iya, Sayang. Makasih banget ya!" ujar gue sambil mengacak-acak rambutnya dan mendaratkan bibir gue ke kening mulusnya.

"Woy, udahan dong pacarannya, udah mau tutup nih tempat. Apa mau nginep di sini lo berdua!" teriak Aji, temen gue yang gak kalah atletis sama gue.

Tanpa ganti baju, gue langsung gandeng Cynthia keluar gedung sport center dan menuju ke mobil SUV gue di parkiran.
Setelah mengantar Cynthia pulang, gue langsung menuju komplek perumahan gue.

Sampai depan rumah, gue kaget liat ada mobil sedan mewah yang parkir di garasi depan rumah. Dengan penasaran gue turun dari mobil dan masuk ke dalam. Siapa sih tamu yang bisa bawa mobil sekeren ini, gue penasaran. Samar-samar gue denger suara nyokap yang lagi ngobrol ama dua suara laki-laki yang gue gak kenal.

Sampai di ruang tamu, gue disambut nyokap dan langsung diperkenalkan kepada kedua tamu misterius itu.
Yang gue liat adalah ada sesosok pria kebapakan yang kira-kira usianya 40-an tahun berwajah bule dengan seorang cowok blasteran yang gue taksir kira-kira usianya 20 tahun. Dari postur dan cara duduknya yang tegap, gue yakin dia setipe ama gue, yaitu sama-sama fitness maniac. Gue duduk dan memperhatikan mereka berdua sambil telinga gue menangkap arah pembicaraan mereka.

Setelah ngalor ngidul ngobrol pada akhirnya gue tau bahwa mereka berdua adalah calon bapak tiri dan kakak tiri gue. Gue gak bisa bilang apa-apa, speechless.

Dengan perasaan campur aduk gue langsung meninggalkan mereka semua dan menuju kamar gue di lantai atas. Masih terdengar suara nyokap gue berteriak terisak memanggil nama gue, saat ini rasanya gue gak tau mau berlaku apa.

Di kamar gue berpikir, kenapa nyokap bisa semudah itu melupakan Alm. Bokap dan berencana menikah lagi meskipun bokap udah meninggal dunia sekitar lima tahun lalu.

Alm. Bokap gue adalah seorang pilot asing yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan ternama di Indonesia. Dan bokap gue meninggal ketika dia sedang menjalani tugas sebagai pilot, pesawat yang dikemudikannya tidak dapat menangkap radar karena cuaca buruk, sehingga pesawat itu pun jatuh ke daerah persawahan di daerah Solo, Jawa Tengah.

Dengan perasaan kalut, gue berusaha mengambil foto bokap gue yang sedang menggendong si kecil Marco dan mendekap erat dengan perasaan rindu berat dan kemudian akhirnya gue terlelap sambil memegangi foto itu. Tanpa terasa airmata gue mengalir.

⚫⚫

Step-BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang