Air Mata..

4K 233 3
                                    

'Aku tahu cara nya saat kesedihan datang pada sahabat ku, dia hanya butuh pelukan hangat dari sahabat nya.'

._Liana Safira_.

****

Rumah Tsabita

Liana, Rista, Aqilla dan Alilla mereka dalam perjalanan menuju rumah Tsabita. Mereka ke rumah Tsabita menggunakan motor. Dan tak butuh waktu lama mereka sampai ke rumah Tsabita. Karena sebelum nya mereka telah jajian untuk menunggu di supermarket yang lumanyan dekat dengan ramah Tsabita.
Sesampainya di depan pagar rumah Tsabita, mereka takjub dan tak percaya dengan rumah yang di depan nya. Tanah yang sangat luas dengan di tumbuhi beberapa tanaman berbagai warna bunga mawar yang sangat cantik. Dengan rumah bergaya klasik bertingkat dua yang sangat mewah tapi terkesan sederhana, nyaman, sejuk, dan juga indah. Di samping kanan rumah nya terdapat garasi yang lumayan luas.

"Masya'allah, ini rumah Tsabita? Bener nggak sih?" tanya liana. Dan di jawab dengan gidikan bahu sahabat nya yang masih menatap takjub rumah di depan nya.

"Neng." panggil pak Arif satpam yang menjaga komplek tersebut. Dan kebetulan lewat depan rumah Tsabita.

"Neng." panggil pak Arif lagi. Karena tak kunjung di jawab sang empu yang di panggil.

"Hah? Eh iya pak. Ada apa?" tanya Rista saat sadar ada yang memanggil. Dan sahabat nya pun beralih melihat Pak Arif.

"Lah? Ini teh neng gimana atuh? Di tanya kok malh balik nanya," jawab pak Arif.

"He he. Oh ya pak saya mau tanya.Apa benar ini rumah nya Tsabita?" tanya Aqilla.

"Oh ya bener. Ini teh rumah neng Tsabita," jawab pak Arif.

"Oh Terimakash pak. Saya dan teman-teman saya permisi dulu. Assalamualaikum." pamit Liana.

"Iya neng. Wa'alaikumsalam," jawab Pak Arif.

Kemudian mereka masuk ke halaman rumah Tsabita. Dan mengetuk pintu berwarna putih di depan nya.

Tok tok tok

"Assalamualaikum," ucap mereka kompak. Tak berapa lama munculah wanita cantik paruh baya memakai jilbab panjang dan membuka pintu. Ia adalah Umi Fatimah.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Cari siapa, Nak?" tanya umi Fatimah.

"Tsabita nya ada tante?" tanya Liana balik.

"Apakah ini sahabat-sahabat, Syifa?" tanya umi Fatimah.

"Iya tante," jawab Aqilla.

"Oh iya. Masuk dulu umi sampe lupa," ucap umi Fatimah. "Tunggu sebentar iya, Syifa nya tadi pergi sebentar ke supermarket. Oh ya umi sampai lupa belum membuat kan minum, tunggu sebentar ya, Nak," lanjut umi Fatimah ramah.

"Oh ya tante, tidak usah repot-repot," ucap Liana.

"Tidak repot kok nak. Umi malah seneng. Panggil umi aja ya, biar tambah akrab. Sebentar umi tunggal dulu. Anggap lah rumah sendiri, jangan sungkan-sungkan," ucap umi Fatimah.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang