KS

2.8K 169 0
                                    

Pagi yang cerah dengan suara ritme burung bersautan, embun yang membasahi dedaunan, angin sepoi-sepoi yang menerjang kulit membuat dingin kulit yang di terpa. Kicauan burung yang merdu bak melodi lagu. Embun cantik yang menambah kesan alami bagi daun. Kabut putih menutupi jalan raya, menambah kesan esok yang indah.

Seorang perempuan cantik berhijab hitam instan sedang merajuk karena perdebatan kecil yang tak terbantahkan. Ya, siapa lagi kalau bukan Tsabita dan para sahabat-sahabatnya.

"Syifa pengen sekolah." ucap Tsabita dengan suara khas anak kecil yang candel.

"Nggak boleh." jawab Akmal tak terbantahkan.

Ekspresi Tsabita sudah sangat melas, bahkan air mata sudah terbendung di pelupuk matanya yang indah. Namun, tak di hiraukan oleh Akmal.

"Kak.." panggil Tsabita dengan suara bergetar.

"Kali ini kakak nggak mempan, sekalipun nangis kakak tetap nggak ngizinin. Bahkan kakak sendiri yang akan jagain kamu." jawab Akmal dengan kalimat sedikit panjang dari biasanya.

Hiks..hiks..hiks..

Pecah sudah tangis Tsabita, membuat mereka menatap Tsabita kasihan dan tak teha dan menatap Akmal bergantian dengan tatapan tak percaya. Seorang Akmal membuat Tsabita menangis.

"Hiks..hiks..hiks..umi..kak Akmal jahat hiks..bunda..ayah..kak Akmal bikin Syifa nangis..hiks..kak Akmal nggak sayang sam Syifa..hiks." ucap Tsabita sesengguka.

Akmal sudah pusing bahkan ia bingung saat melihat Tsabita menangis, ia kira tadi cuma akting seperti biasanya eh ternyata malah beneran. Apalagi saat Tsabita menyebut ia jahat dan tak sayang padanya ingin sekali ia berteriak. Akmal mengacak rambutnya frustasi.

"Nggak gitu dek, kakak sayang sama Syifa kok." ucap Akmal lembut, sambil merengku Tsabita ke pelukannya. Namun, Tsabita memberontak dan memukul Akmal.

"Nggak kak..kak Akmal nggak sayang sama Syifa, buktinya kak Akmal hiks..hiks..hiks.."

"Cipa pengen ikut umi aja, kalau taunya Syifa nggak di izinin sekolah. Umi..hiks..hiks.."

"Syifa, pengen ikut umi..umi cepet pulang Syifa pengen peluk umi..syifa kangen."

Itulah ucapan yang keluar dari mulut Tsabita, hingga ia tak lagi memukul dada bidang Akmal. Tsabita berhenti bicara, namun tidak dengan tangisannya.

Hiks..hiks..hiks..

Hiks..hiks..hiks..

30 menit berlalu namun, tangisannya tak kunjung berhenti. Membuat mereka bingung, dengan berbagai cara mereka membujuk namun, hasilnya nihil.

"Maafin kak Akmal, kakak sayang sama Syifa. Jangan nangis, nanti sakit oke." ucap Akmal lembut.

"Kita temenin deh, Ta. Oke." ucap Alilla.

"Nggak Syifa pengennya sekolah. Titik nggak pake koma." jawab Tsabita tak bisa di negoisasi.

"Ya udah, sana siap-siap mandi dan tirun kebawah untuk sarapan." titah Akmal.

"Mang..mangsud kak Akmal Syifa boleh sekolah?" tanya Tsabita tak percaya.

"Iya." jawab Akmal singkat.

"Beneran? Terimakasih kak Akmal." ucap Tsabita bahagia dan berhambur memeluk Akmal sangat erat.

"Iya, sama-sama." jawab Akmal membalas pelukan Tsabita.

"Mandi gih udah jam enam." ucap Akmal lembut.

"Siap kandan." jawab semangat.

Mereka terkekeh melihat tingkah Tsabita yang menurutnya lucu dan unik. Mereka akhirnya dapat bernafas dengan lega ketika Tsabita berhenti menangis hampir satu jam lamanya.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang