Teror

2.2K 145 11
                                    

Drett..dret..

+6283569******
~Siap-siap lo bakal mati ditangan gue.

______

Huft, pagi yang cerah ini membangunkan Tsabita dari tidur cantiknya untuk segera melakukan rutinitasnya sebagai seorang makhluk. Perlahan rentina mata itu terbuka dengan perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk dalam penglihatannya.

Tsabita mulai turun dari tempat tidurnya dan merenggangkan otot-otot tubuhnya, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Namun rasa gelisah dan takut menyelimuti dirinya.

"Ada apa ini?" gumamnya pelan sambil meremas jantungnya disebelah kiri. Ada rasa miris dan nyeri dimana letak jantungnya berada yang tiba-tiba berdetak abnormal. Tapi Tsabita tetap melakukan langkahnya untuk ke kamar mandi.

Tsabita akan melaksanakan sholat sunah tahajud. Sajadah sudah tergelar rapi dilantai dingin kamarnya. Tsabita mulai memantapkan niatnya kepada sang pencipta. Dengan khusuk ia melakukan gerakan sholatnya tanpa gangguan. Ucapan salam terdengar pelan dan lirih dari bibir mungilnya. Lantunan do'a terpanjat merdu dengan isak tangis yang memilukan.

'Ya, Allah Ya Rahman, Ya Rahim ampunilah segala dosa dan kesalahan Syifa, Syifa memohon dibawah perlindungan dan kuasamu. Maafkan atas segala dosa dan kesalahan Syifa, makhluk kecil, penuh dosa, dan hina. Ya muqolibal qulub tsabil qolmi ala diinik, Ya Allah yang maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agamamu. Ya Allah ku pasrakan segala hidup dan matiku kepadamu. Jauhkanlah rasa iri, dengki, hasad, takabur, hasud, dendam, dan marah dari diri Syifa karena itu perbuatan Syaiton. Rabbana atiina fiddunya khasana wafil'akhiroti khasana wakina adzabannarr. Aamiin Ya Rabbal alaamiin.'

Itulah sederet do'a Tsabita yang ia munajatkan kepada sang pencipta dan penguasa jagat raya. Ia selalu menangis saat-saat ia berdo'a dengan sang pencipta. Begitu kecil, hina, rapuh, dan penuh dosa.

Tsabita mulai melantunkan ayat demi ayat Al-Qur'an agar hatinya tenang. Sendari tadi hatinya diselimuti rasa gelisah tak tertahankan, entah karena apa? Ia sudah melakukan apa saja untuk melupakan rasa gelisahnya dan rasa takutnya, tapi itu semua tidak ada hasilnya. Ada apa dengan Tsabita?

'Ya Allah ada apa ini? Syifa tidak takut, karena Syifa punya Allah yang selalu bersama Syifa.' batin Tsabita dengan lirih.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang