Haru

2.5K 156 4
                                    

Tsabita terbaring di rumah sakit, dengan selang infus yang terpasang cantik di punggung tangan kirinya. Tsabita masih tidur dan belum sadarkan diri sejak ia di larikan ke rumah sakit.

Fatimah menatap putrinya sendu, melihat anaknya yang terbaring di brankar yang putrinya tidak ingin di tempati siapa pun. Bukanya tidak ingin, berpikir kesana saja enggan, apa lagi tidur di brankar rumah sakit. .Maka dari itu sehat itu mahal. Mereka semua sudah tau, bahwa Tsabita dari tadi sedang menahan sakit, karena Aqsal menceritakan semuanya tanpa ia kurangi atau tambahi sedikit pun.

Setelah pemeriksaan dilakukan, Tsabita akan di operasi besok pagi sekitar jam sembilan. Karena apendicitisnya sudah parah. Mereka hanya berharap yang terbaik. Berdo'a dan pasrah akan skenario Allah, sang pemilik kehidupan, perancang alur yang istimewa dan jauh lebih baik untuk hambanya.

***

09.00 Pagi.

Tsabita sudah berpakaian hijau ala pasien yang akan di operasi. Akbar menyuntikkan jarum bius ke infus Tsabita, cairan dari suntikan tersebut mengalir di selang infusnya. Alat bantu pernapasan masih bertengger manis di hidung kecil Tsabita.

Brankar perawatan di dorong ke ruang operasi oleh Akbar dan beberapa perawat yang ikut serta dalam operasi ini. Ya, Akbar dan Ali yang turun langsung untuk mengoprasi Tsabita, serta di bantu oleh beberapa suster dan dokter perempuan.

Ruang operasi mulai di tutup dan selang beberapa menit lampu ruangan operasi menyala, menandakan bahwa operasi akan di mulai. Mereka menatap was-was dan cemas ruangan tersebut.

Sedangkan di luar sana Fatimah berdiri tak tenang sambil memeluk Amira dan Diana. Lafadz zikir tak pernah putus, untuk meminta yang terbaik di dalam sana. Yusuf berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Akmal dan Aqsal mencoba menguatkan Layly yang sangat gelisah. Berjarak satu kursi ada Sandi calon suaminya.

Dua jam sudah, akhirnya lampu ruang operasi tak menampakkan cahayanya lagi. Menandakan bahwa kegiatan operasi telah usai. Pintu ruang operasi di buka oleh seseorang dari dalam ruangan dan keluarlah Akbar dan juga Ali, sambil bernapas lega dan mengucap syukur.

"Alhamdulillah.."

"Bagaimana keadaan putriku?" serobot Fatimah pada Akbar dan Ali.

"Alhamdulillah operasi berjalan lancar, dan sebentar lagi Syifa akan di pindahkan ke ruang rawat. InsyaAllah satu jam lagi Syifa akan siuman." jelas Ali.

"Alhamdulillah.." semua bernapas lega dan terpancar wajah bahagia.

"Permisi." ucap salah satu suster yang mendorong brankar Tsabita.

Brankar di dorong menuju ruang rawat, semua menatap sendu wajah pucatnya. Di ikuti yang lain dari belakang mereka memasuki ruang rawat Tsabita untuk beberapa hari kedepan.

Aqsal berdiri di samping bangsal Tsabita dan mengusap lembut punggung tangan Tsabita.

"Aunty cepet sembuh." ucap Aqsal lirih sambil mencium kening Tsabita.

*****

Di tempat lain

"Bosen dah, ke rumah Bita kuy." ucap Aqilla.

"Yuk. Tapi, kalian ngerasa ada sesuatu gak?" ucap Rista.

"Maksud kamu, Ta? Aku gak ngerti, coba jelaskan." pinta Liana bingung dan menatap Rista penuh minat.

"Iya, dari kemarin aku tuh ngerasa ada sesuatu gitu, tapi aku gak ngerti itu apa." jelas Rista.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang