Keputusan

3.6K 184 0
                                    

"Jawablah sesuatu sesuai dengan hati nuranimu, tanpa ada paksaan In syaa Allah semua kan menjadi berkah lillahi Ta'ala."

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, tapi Tsabita dan teman-temannya tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Mereka hanyut dalam pemikiran masing-masing, entah apa yang mereka pikirkan. Hingga sebuah suara mengintrupsi mereka dari lamunan mereka yang tak kunjung usai.

"Nih, bocah kemana coba di cari dari tadi nggak nemu-nemu," ucap Bagas diambang pintu masuk kelas sepuluh MIPA-1.

"Aelah dicari dari tadi malah pada ngelamun disini." dumel Bagas.

"WOY, ASSALAMUALAIKUM," teriak Bagas menggelegar.

"Astagfirullahaladzim.. Ya Allah, masyaAllah...," kaget mereka sambil mengucapkan rentenan dzikir.

"Aelah, salam tuh wajib dijawab!" peringat Bagas pada mereka.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak.

"Woy, santai aja napa kuda nil. Kaget tau, kalu tadi jantung aku copot kamu bisa ganti, ha?" sewot Liana pada Bagas.

"Weish, santai aja dong mbak. Tadi kamu bilang apa? Kuda nil? Dasar mak lampir," ucap Bagas tak kalah sewot dan tidak terima.

"Apa? Mak lampir. Dasar kuda nil nyebelin," jawab Liana kesel.

"Aduh, udah dong kak Bagas,Lia jangan berantem. Kak Bagas ngapain ke sini, ada perlu apa?" lerai Tsabita lembut.

"Oh, iya sampai lupa gara-gara mak lampir. Kamu udah dikasih tau Anisa belum, kalau ada rapat OSIS?" tanya Bagas.

"Tapi kan, kak Bitakan nggak termasuk panitia atau pengurus," jawab Tsabita.

"Nggak tau tadi disuruh Akmal kesini." jelas Bagas.

"Bita inget kok kak, tapi Bita magerr kesana," jawab Tsabita jujur. "Yaudah deh, yuk ke mushola pasti udah ditunggu yang lain,udah telat dua puluh menit nih," lanjut Tsabita sambil berdiri dari duduknya dan berjalan mendahului yang lain.

"Yee, malah ninggal lagi tuh bocah." kesel Bagas.

"Hehehehe." cengir Tsabita.

Mereka berjalan menuju moshola tanpa ada pembicaraan satu sama lain. Butuh waktu empat menit untuk mereka sampai di musholla at-Taqwa, mushola yang ada dalam lingkungan sekolah SMA Merah Putih.

"Assalamualaikum," salam mereka kompak.

Semua sudah berkumpul, sepertinya hanya menunggu Tsabita saja. Dan itu membuat Tsabita tidak enak dan merasa bersalah. Disana juga udah ada Ronald yang mungkin sudah mendaftar.

"Em, maaf kak Bita telat." ucap Tsabita sambil menunduk.

"Nggak pa-pa, duduk." ucap Akmal dingin, tapi lembut.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang