Liburan

2.7K 175 36
                                    

Saat ini semua sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, ada yang meramaikan grup WA karena kesepian, ada juga yang sibuk packing-packing untuk besok, ada juga yang ngomel gak jelas lewat pesan suara. Begitu sibukkah anak Rohis dan OSIS?

Tsabita? Jangan ditanya ia sedang duduk manis di ruang tv sambil menonton kartun upin ipin. Sesekali ia melihat ponselnya karena notif yang sangat banyak dalam hitungan menit. Kadang sesekali ia ikut nimbrung kalau ia pengen gabung, kalau gak Tsabita hanya menjadi pembaca setia saja.

Tsabita tidak repot dengan perbekalan atau persiapan untuk besok, karena tadi pagi sebelum umi Fatimah pergi mereka sudah mengemasi kebutuhan Tsabita selama satu minggu ke depan selama di Jogja. Tsabita hanya membawa empat baju gamis, beberapa handsock, novel, kaos kaki, ciput, jilbab instan, dan jilbab segi empat. Tsabita tidak perlu membawa koper, karena memang sudah di kemas dengan rapi oleh uminya sehingga ia tidak usah repot-repot lagi.

"Assalamualaikum." ucap laki-laki tampan yang masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam." jawab Tsabita.

"Umi belum pulang?" tanya laki-laki itu.

"Belum. Kak Layly juga." jawab Tsabita.

Akbar. Laki-laki itu adalah Akbar, kakak ke dua Tsabita. Dengan setelan khasnya kemeja biru dongker yang digulung sampai siku, jas kedokteran yang di sampirkan di bahu kirinya, serta rambut yang sedikit acak-acakan menandakan bahwa ia sedang lelah.

Akbar duduk di samping Tsabita, punggungnya bersandar pada sofa dan memejamkan mata, untuk merilekskan pikirannya.

"Kak Akbar capek ya? Mau Syifa pijit?" tanya Tsabita sambil menghadap Akbar.

Perlahan namun pasti Akbar mulai membuka matanya dan menatap Tsabita lembut dan tersenyum. "Gak usah, kakak cuma butuh mandi nanti juga seger lagi." jawab Akbar.

"Ya udah mandi gih, makanya jangan terobsesi sama pekerjaan mulu___" omel Tsabita.

"Iya, gak usah di lanjutin napa?" protes Akbar dan berlari kecil menaiki tangga.

"Kak Layly sibuk kerja, kak Akbar juga. Umi ngurus restoran, Syifa kan kesepian." gumamnya sedih.

"Assalamualaikum." ucap wanita paruh baya tersebut dengan wanita muda dan cantik di sampingnya. Ya, umi Fatimah dan Layly.

"Abang udah pulang?" tanya umi Fatimah lembut.

"Udah, baru saja ke atas mi." jawab Tsabita sambil menunjuk tangga dengan dagunya.

"Udah makan, dek?" tanya umi Fatimah.

"Udah mi, tadi beli nasi goreng keliling." jawab Tsabita.

"Yakin besok mau ikut liburan?" tanya Layly sambil menatap Tsabita yang sibuk dengan keripik cemilan di tangannya.

"Yakin dong kak." jawab Tsabita mantap.

"Ya udah kakak mau ke atas dulu, assalamualaikum." pamit Layly pada umi dan adeknya.

"Wa'alaikumsalam." jawab mereka.

"Umi?" panggil Tsabita pelan.

"Ada apa?" tanya uminya lembut.

"Gak ada, hehehe." cengir Tsabita sambil mencium pipi uminya.

"Kamu ini." ucap umi Fatimah sambil mencubit pelan pipi Tsabita.

"Umi kapan pulang?" tanya Akbar dan duduk di samping Tsabita.

"Barusan." jawab umi Fatimah mengusap punggung tangan Tsabita lembut.

"Berangkat jam berapa dek?" tanya Akbar.

"Jam tujuh, kak." jawab Tsabita dan dibalas anggukan Akbar.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang