Bersamamu

4.8K 207 51
                                    

Di kediaman sebuah rumah berlantai dua, kini sangat hening, sunyi, dan sepi. Seperti tidak berpenghuni. Padahal nyatanya di rumah itu ada sepasang kekasih halal. Sayangnya mereka sama-sama hanyut dengan tugas dan pemikiran masing-masing.


"Huftt.. Syifa bosen, kak.." ucap Tsabita melempar ponselnya, dan bangkit menghampiri Ilham yang fokus dengan laptop di depannya.

"Ada apa, hm?" tanya Ilham seraya menutup laptopnya dan menyambut istrinya.

"Kakak sibuk terus." rajuk Tsabita disamping Ilham. Bibirnya mengerucut lucu. Membuat siapa saja gemas melihatnya.

"Terus mau apa?" tanya Ilham mengusap pipi Tsabita dengan sesekali membenarkan anak rambut Tsabita yang menutupi wajah cantiknya.

"Main yuk." usul Tsabita semangat.

"Mau main apa?" tanya Ilham lagi.

"Ih, kakak dari tadi nanya terus gak kasih Syifa solusi kek, apa kek, nyebelin." papar Tsabita kesal. "Gimana, truth or truth aja. Disana kita harus jawab jujur. Bagaimana?" usul Tsabita kembali.

"Tidak buruk, kenapa tidak ada dare?" tanya Ilham penasaran.

" No, nanti kakak curang jadi Syifa gak mau." jawab Tsabita enteng.

"Oke, ayo kita mulai. Dari Syifa dulu, gimana?" usul Ilham.

"Oke, lets go.." jawab Tsabita setuju dengan sangat antusias.

"Aaaaaa." teriak Tsabita.

"Sttt, jangan berisik dear, ini sudah cukup larut." tegur Ilham lembut. Ilham merasakan tubuh Tsabita yang menegang.

"Turunin, ihh. Kakak!" hardik Tsabita yang kini sudah duduk di ranjang kamarnya, dengan Ilham yang duduk bersandar di kepala ranjang.

"Udah siap?" tanya Tsabita.

"Siap!" jawab Ilham semangat, membuat senyum manis Tsabita tersungging.

"oke, mulai. Apa makanan paling disukai oleh Syifa?" tanya Tsabita dengan penuh selidik tapi matanya berkelana disisi kamar agar tidak berpapasan dengan manik legam milik Ilham.

"Apa saja yang berbau kuliner, asal tidak daging  sapi, kambing, pokoknya berbau yang kurang disukai." jawab Ilham dengan berpikir.

"Lah, kok gitu? Curang tau, kan sebutin nama makanan masa gitu." protes Tsabita mengerucutkan bibirnya.

"Terus mau apa?" tanya Ilham mengusap pipi Tsabita dengan sesekali membenarkan anak rambut Tsabita yang menutupi wajah cantiknya.

"Dasar cowok, gak pengertian." gerutu Tsabita.

"Ya udah bentar, Tsabita Syifa Arumi anak dari Bapak Revando, dan Ibu Fatimah, menantu dari Bapak Zidan dan Ibu Khodijah, dan Istri dari Muhammad Ilham Al-Kahfi me-" ucap Ilham menggantung dengan deretan gigi putihnya yang terlihat rapi.

"Kakak mau ngapain sih, kenapa nyebutin para orang tua? Kakak mau absen rapat atau mau jawab soal esay, sih kak? Ya udah pertanyaan Syifa ganti. Gak boleh protes!" kesal Taabita.

"Iya, Humaira." jawab Ilham patuh dan tersenyum geli.

"Oke. Berapa mantan yang kakak punya?" tanya Tsabita bercletuk.

"Satu. Tapi, entah bisa disebut mantan atau tidak." jawab Ilham menatap Tsabita yang berada di depannya.

Deg. Tsabita terkejut dengan jawaban Ilham. Apakah saat ini Ilham masih mencintai perempuan itu? pikir Tsabita yang menguasai otak cantiknya.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang