Full Day With You

3.3K 181 37
                                    

Sehari bersamamu dalam ruang dan masa yang sama membuat jantung hatiku berdetak tanpa arah. Karena sejauh apa pun aku menjauhimu, getaran itu masih sama saat aku kembali bertemu denganmu.

-Tsabita Syifa Arumi-

***

Malam berganti, silih mentari menyinari dua insan kekasih halal yang masih setia pada alam mimpinya. Matahari semakin tinggi, sinar matahari perlahan masuk melalui celas fentilase mengusik kedua insan yang masih berada di alam mimpinya.

Sinar mentari perlahan mengusik tidur nyenyak mereka, membuat mereka secara paksa bangun untuk melakukan aktivitasnya.

Tsabita menggeliat mencari kebebasan, merasa dirinya seperti tertimpa beban. Dengan mata tertutup Tsabita bergerak mengangkat lengan kekar yang memeluk tubuhnya.

"Kak Akbar?" panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur dan mata tertutup.

'Kenapa tidak ada pergerakan?' batin Tsabita bingung, tidak seperti bisanya Kakaknya seperti ini.

Hening. Tidak ada jawaban, membuatnya penasaran dan membalikkan badan untuk melihat siapa sang empu yang sedang memeluk dirinya.

1

2

3

"AAAAAAA...." teriak Tsabita secara spontan dan refleks langsung terduduk dengan kepala yang sedikit pusing karena bangun secara tiba-tiba ditambah terbentur sandaran kamar.

Jdug.

Deg. Deg. Deg. Andrenalin Tsabita berpacu begitu kuat dan jantungnya seolah dipompa tiga kali lipat. Teriakan Tsabita membuat seseorang yang tidur disampingnya secara spontan pun ikut bangun.

"Umiiii, tolonggg!!!! Ya Allah maafkan Syifa." teriak Tsabita menggema di ruangan yang hanya ada keheningan, dengan isak tangis yang mengiringi getaran tubuhnya.

***

Aku tidak akan pernah berhenti begitu saja, seberapa bencinya kamu terhadap diriku. Aku akan kembali berjuang untuk membuat dirimu kembali jatuh cinta, humaira. Karena akan ada masanya perjuanganku menemui titik temu.

-Muhammad Ilham al-Kahfi-

Ilham POV

Aku terkejut mendengar jeritan dari sosok kecil didekapanku. Aku spontan terbangun dari posisi nyamanku. Sejujurnya aku sudah bangun, namun mataku egan membuka hanya sekedar bangun. Wangi surai hitamnya menyihirku seolah-olah dia adalah candu baruku.

Aku merasakan setiap pergerakan kecil yang ia ciptakan, hanya saja aku memilih pura-pura tidur. Ingin sekali aku tertawa saat dia memanggil nama Akbar, sahabatku. Namun, urung karena aku ingin melihat reaksinya.

"AAAAAA..." teriaknya secara spontan dan refleks langsung terduduk dengan kepala yang sedikit pusing karena bangun secara tiba-tiba ditambah terbentur sandaran kamar.

"Umiiiii, tolong!!! Ya Allah maafkan Syifa." teriaknya lagi.

Jujur aku khawatir, lantas aku pun bangun secara spontan dan melihatnya ketakutan. Tangannya digunakan untuk menutup wajah cantiknya. Badannya bergetar diiringi dengan isak tangis yang keluar dari bibir kecilnya.

Aku memberanikan diri untuk mendekat, mengangkat dagunya perlahan agar ia tidak kembali histeris. Dagunya terangkat, memperlihatkan wajah cantiknya yang tertutup surai hitam yang selalu ia jaga.

Tsabita Syifa Arumi [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang