Bagian 3

39.3K 2.5K 211
                                    

Bel pulang sekolah sudah terdengar lima menit yang lalu, Aca berjalan keluar kelas dengan menggendong tasnya. Awalnya pulang sekolah ia akan pergi bersama Billa, tapi gara-gara melihat dua manusia bahagia tadi pagi akhirnya ia mengiyakan ajakan Rafa.

Sebenarnya Aca malas, Aca tau bagai mana sifat Rafa sebenarnya. Lelaki yang suka mempermainkan perempuan dan tak jarang Rafa keluar masuk club bersama 'wanita-wanitanya'. Dan sebenarnya Aca takut pada Rafa, takut lelaki itu berbuat macam-macam padanya.

"Hay."

Aca terlonjak, kini orang yang sedang ia debatkan dengan batinnya ada dihadapannya. Rafa!

"Eh Raf."

"Jadi?"

Aca menatap Rafa yang sedang menatapnya, matanya memancarkan aura hendak menerkam apa lagi seringaiannya itu yang membuat bulu kuduk Aca merinding.

"Emm jadi, tapi gue mau ke toilet dulu." ucap Aca.

Rafa memicingkan matanya seolah-olah mencurigai Aca, mungkin Rafa fikir ia hendak kabur.

"Sans elah, gue cuma mau benerin lipstik."

"Gue tunggu di parkiran."

Rafa berjalan meninggalkan Aca, Aca brigidig melihat Rafa. Bisa-bisanya ia terjebak seperti ini, andai saja ia tak egois huft.

Aca berjalan lunglai menuju toilet, sekolah sudah lumayan sepi. Aca memasuki toilet dan memasuki salah satu bilik disana, tak lama ia keluar dan membasuk mukanya didepan wastafel. Aca menunduk dan membersihkan wajahnya yang Aca rasa sudah sangat dekil karna kegiatannya hari ini, saat Aca mengangkat pandangannya. Aca terlonjak kaget karna pantulan seseorang dibelakangnya terlihat jelas.

Sekilas tatapan matanya beradu, tak lama Aca memalingkan wajahnya lagi. Ia mencari kesibukan lain, mengaduk-aduk tasnya mencari lipstiknya. Hingga sebuah suara mengintrupsi.

"Gue bilang jangan pergi sama Rafa." ucapnya.

Aca tak mempedulikannya, ia malah asik memoleskan pewarna bibir itu ke bibirnya yang mungil.

"Ca, gue mohon dengerin gue." Bagus memegang erat pundak Aca dari belakang.

Aca menggedikkan bahunya keras membuat tangan Bagus terlepas, Aca memasukan lipstiknya kedalam tasnya lalu berbalik hingga berhadapan dengan Bagus.

"Denger ya Gus, ini urusan gue bukan urusan lo! Jadi hak gue buat jalan dan pergi sama siapa aja. Lagian siapa lo? So-soan ngatur gue?" ucap Aca dengan nada kesalnya.

"Bukan gitu, oke urusan lo ya urusan lo. Tapi gue mohon jangan pergi sama Rafa, dia cowo gak baik!"

"APA BEDANYA SAMA LO? Lo juga kan?"

Bagus terdiam, Acanya kini bisa berteriak padanya. Padahal Aca tidak pernah membentak sekalipun dia marah tapi kini?

Aca terdiam menatap Bagus, entah apa yang ada di otak lelaki itu. Kenapa seenaknya dia menyuruh-nyuruh Aca padahal statusnya sudah berubah?

Tanpa berkata apapun Aca berjalan keluar toilet meninggalkan Bagus, lagi pula itukan toilet perempuan. Berani-beraninya Bagus memasuki toilet itu, mentang-mentang anak pemilik sekolah.

...°°•°°...

Aca terduduk manis di kursi penumpang samping kemudi, matanya tak lepas mengamati sesuatu yang mereka lewati. Rafa yang sedang mengemudi sesekali menatap Aca yang masih saja bungkam, kesunyian menyelimuti mereka dan Rafa tak suka itu.

Tak lama Aca tersadar jika objek yang ia lihat di luar jendela bukan lagi sebuah bangunan ramai, tapi pohon-pohon rindang dan tinggi. Dengan wajah kaget Aca melirik Rafa meminta penjelasan, sedangkan lelaki itu masih tenang dengan mengendarai mobilnya.

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang