Bagian 31

30.7K 1.8K 130
                                    

"Sil, Silfi tunggu!" Bagus menarik tangan Silfi yang mencoba menghindar darinya pagi ini.

"Lepas Gus! Gue mau ke kelas!"

"Nggak, kita perlu ngomong."

"Ngomong apa lagi? Udah jelas kan kalo lo masih cinta sama Aca?" ucap Silfi dengan menahan tangisnya.

Bagus diam, ia tak bisa berkata-kata. Ia bingung, ia tak mencintai Aca tapi- ada perasaan tak suka saat Bima terlalu jauh pada Aca. Hei, kemarin mereka ciuman. Bahkan dia yang 2 tahun lebih menjalin hubungan dengan Aca tak berani menyentuk Aca, sialan memang adiknya.

"Diem kan? Iya kamu masih cinta dia? Kamu anggap aku apa Gus!"

"Sil, dengerin aku. Aku gak cinta lagi sama dia!"

"Terus kenapa kamu sampe sigitunya kemarin? Dan, kenapa kamu gak ngejar aku kemarin hah?" dada Silfi sesak mengatakannya.

"Sil, maafin aku. Maaf, kemarin aku di telpon mami karna rumah kosong. Maaf." Alibi! Bagus hanya alibi, wow ternyata Bagus pintar dalam berbohong.

"Bener?"

"Iya, maaf sayang."

Silfi membuang pandangannya kearah lain, menghela nafasnya yang memburu karena emosi. Apa ucapan Bima bisa di percaya? Tapi Silfi sangat menyayangi Bima, dan ia tak mau kehilangan Bima.

"Sayang."

"Maaf, maaf aku kekanakan. Maaf Gus." Silfi memeluk Bagus yang kemudian membalas pelukannya.

"Iya sayang, harusnya aku yang minta maaf." Dan kemudian Bagus melepaskan pelukannya menghapus air mata yang membasahi pipi Silfi.

Tiba-tiba seseorang lewat dengan santainya seolah tak melihat kedua orang yang tengah berada di tengah-tengah koridor itu.

"Aca!" panggil Bagus membuat yang di panggil menghentikan langkahnya.

"Ke kelaskan, bareng sama Silfi aja."

Aca berbalik dan menatap kedua orang yang tengah menatapnya, sebenarnya hanya Bagus yang menatapnya karena Silfi tengah menatap Bagus dengan tatapan tak sukanya.

"Yaudah ayo."

Bagus menunduk menatap Silfi yang kemudian menarik kepala Silfi agar mendekat dan mengecup kening gadis itu yang membuat Aca membalikan tubuhnya.

"Ke kelas ya, belajar yang bener."

"Iya sayang." Dan Silfi segera berbalik berjalan kearah Aca yang berdiri membelakanginya.

"Yuk." Ajak Silfi dan Aca hanya melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan Silfi yang berjalan di sampingnya.

Hei, menunggu Silfi bukan berarti ia mau kembali berteman dengan Silfi. Hanya saja ia sedang tak ingin mencari masalah dengan Bagus, ia malas mendengar omelan Bagus yang membela Silfi. Sialan memang!

*****

"Bang, gue ngerasa kalo Bang Bagus masih cinta mbak Aca."

Rafa yang tengah menghisap rokoknya sambil berjongkokpun, membuang rokoknya lalu berdiri dan menginjaknya. Menatap Bima dengan sebelah alis diangkat.

"Terus lo mau nyerahin Aca sama dia gitu aja gitu?"

Bima diam, menyerahkan? Hei, itu tak akan terjadi! Kemarin ia sudah menawarkan abangnya untuk kembali dengan Aca, dia malah menghajarnya habis-habisan. Jadi sepertinya ia tidak akan membiarkan Bagus merebut Aca darinya.

"Ada bukti?" tanya Rafa kemudian.

"Semalam gue nonton sama Aca, terus dia juga ada disana sama ceweknya. Duduk tepat di belakang gue dan gobloknya nuduh gue ciuman sama Aca di sana."

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang