"Bill, Billa dengerin gue dulu!"
"Apa sih, lo mau apa? Udah ya gue gak kenal sama lo!"
Billa menatap nyalang orang didepanya, ia benci dan ia tak suka. Entah apa yang mantan sahabatnya itu inginkan, mereka tak sengaja bertemu di pusat perbelanjaan dan tiba-tiba Silfi si mantan sahabatnya itu malah mengejarnya dan meminta Billa untuk mendengarkan penjelasannya. Cih, penjelasan apa?
"Oke, gue minta waktu lo sebentar. Setelah lo denger penjelasan gue terserah lo mau benci sama gau atau apapun itu, tapi gue mohon dengerin gue dulu."
Billa membuang tatapannya, ia muak. Tapi ia juga penasaran, apa yang akan Silfi jelaskan. Billa kembali melirik Silfi dan kemudian mengangguk mengiyakan.
Kini keduanya berada di sebuah café yang berada di dalam pusat perbelanjaan itu, duduk berdua saling berhadapan dengan pembatas sebuah meja bundar yang tak terlalu besar. Cukup lama mereka saling diam hingga Billa menghela nafas dan memecahkan keheningan diantara mereka.
"Jadi, lo mau ngomong apa? Gue gak punya banyak waktu."
Silfi menghela nafas, mengaduk minuman didepannya dan kemudian menatap Billa yang bahkan sepertinya enggan menatap dirinya.
"Gue bingung mau jelasin semuanya dari mana, tapi perlu lo tahu. Gue gak ngerebut Bagus dari Aca."
Billa yang sedari tadi enggan menatap Silfi pun kini menatapnya, Billa mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'apa ucapan itu dapat di percaya?' demi apapun Billa tak percaya lagi dengan ucapan mantan sahabatnya itu.
"Setelah Bagus nganter gue waktu itu, Bagus sering ngirim gue chat. Bahkan Bagus sering curhat sama gue tentang hubungan dia yang udah ngerasa gak nyaman sama Aca, udah lama Bagus pengen putu sama Aca tapi dia bingung gimana caranya mutusin Aca."
Billa terkekeh garing, serius Billa tak percaya. "Apa ucapan lo bisa di percaya?"
"Terserah Bill, terserah lo mau percaya atau enggak. Tapi emang itu kenyataannya, bahkan lo sendiri tahu gimana sifat Aca. Bagus cape setiap hari harus ngeladenin sikap Aca yang seperti itu."
"Dan kenapa lo jadian sama Bagus?"
"Karna Bagus yang minta gue jadi pacarnya, Bagus pernah stress karna sifat Aca. dan setiap harinya dia cerita sama gue, dan dia bilang nyaman sama gue."
"Tapi gak ada alesan buat lo nerima Bagus pas Bagus masih jadi pacarnya Aca!" ucap Billa setengah membentak, serius tetap saja itu salah Silfi bukan?
"Apa yang lo lakuin saat seseorang setiap harinya curhat sama lo tentang masalahnya dan bahkan ngehabisin setengah waktunya sama lo? Nyaman? Ya gue terlanjur nyaman dan gue juga kasihan sama Bagus, Bagus sering nangis dan ngamuk karna sikap Aca asal lo tahu."
Billa menatap kearah lain, mendengarkan setiap cerita yang keluar dari mulut Silfi. Ada benarnya, kadang ia melihat Bagus seperti lelah dengan sifat Aca. Tapi sepertinya Aca tak menyadarinya, dan ia pun terkadang merasa malas dengan sikap Aca yang selalu ingin menang sendiri dan manja. Terkesan apapun yang dia inginan harus di dapatkan, tak jarang juga Billa mengalah untuknya.
"Buat apa gue ngerebut Bagus, toh Bagus sendiri yang mint ague jadi pacarnya."
"Apa ucapan lo bisa gue pegang?"
"Terserah, yang penting gue udah jelasin sama lo kalau gue gak rebut Bagus dari Aca. Bagus sendiri yang memutuskan semuanya, Bagus lelah dengan sikap Aca dan gue terlanjur nyaman sama Bagus dengan sebaliknya."
Billa menghela nafas, oke harusnya ia tak melihat sebuah masalah dari sebelah pihak saja. Ia perlu melihat dari kedua sisinya agar ia bisa tahu bagaimana ia harus bersikap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betrayal of Love [LENGKAP☑️]
Fiksi Remaja⚠️ PUBLIKASI ULANG SECARA BERKALA Apa yang akan kalian lakukan ketika kekasih kalian memberikan sebuah pengakuan jika dirinya sudah memiliki hubungan lain dengan seorang perempuan di belakang kalian? Dan lebih mengejutkan lagi perempuan itu adalah s...