⚠️ Typo
Pukul 21.00
Bagus terduduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Bima, menatap Adiknya yang terduduk di tempat tidurnya. Seperti mimpi, tiba-tiba ia melihat Bima tengah duduk dan di suapi makanan oleh mami nya. Sebulan lebih anak itu tertidur dan kini ia bisa kembali tersenyum dengan cerianya dan terlihat sangat baik-baik saja, tapi Bagus bersyukur Adiknya bisa kembali seperti sedia kala.
"Jadi abang, berapa lama Bima tidur?"
Bagus terkesiap dari lamunannya saat mendengar suara adiknya, "Ah, sebulan." Terlihat Bima menganggukan kepalanya tanda mengerti
"Kecelakaan ini melibatkan empat orang, dan satu korban meninggal dunia di tempat. Dan dia adalah... Silfi."
Bagus mencoba melihat bagaimana reaksi yang akan di tunjukan Bima setelah mendengar kabar yang ia berikan, tapi Bima lagi-lagi hanya menganggukan kepalanya seolah berita itu adalah bukan berita yang besar.
"Dan Ac-"
"Apa mami sama papi khawatir?"
Bagus menghela nafasnya, bodoh pikirnya. Siapa yang tak khawatir melihat anggota keluarganya bersimbah darah di tengah jalan seperti itu, masih bertanya lagi.
"Mami pingsan, bahkan sempat di rawat di rumah sakit gara-gara denger berita kamu kritis dan... koma terlebih lagi Ac-"
"Apa bang Rafa ke sini?" lagi-lagi Bima memotong ucapan Bagus.
"Datang, bahkan di minggu-minggu awal dia setiap hari kesini bahkan pernah tidur disini. Dan tadi siang juga di kesini, juga jenguk Ac-"
"Bang."
Bagus memicingkan matanya, apa sedari tadi Bima menghindari pembahasan tentang Aca? kenapa setiap Bagus hendak membahas Aca Bima selalu mengalihkan pembicaraan?
"Bim, Ac-"
"Bima mau cerita sama Abang, semoga Abang gak ngantuk dan bisa nemenin Bima sampai pagi nanti."
Dan ya, Bima menghindari pembahasan yang menyinggung tentang Aca. ada apa? Kenapa?
"Abang Bisa janji sama Bima untuk jadi anak yang penurut dan baik buat Mami dan Papi?"
Bagus menatap tatapan kosong Bima yang tertuju padanya, mata Bima fokus tapi tak terlihat binar di sana. Ah apa pengarus dari kesadarannya setelah koma?
"Bang."
"Ah iya, abang janji. Kita pasti akan jadi anak yang penurut dan baik buat mami dan papi kan?" sekilas Bagus melihat Bima menggelengkan kepalanya pelan.
"Bang, abang harus bisa jaga mami, jangan sampai mami masuk rumah sakit lagi. abang tau Bima benci mami sakit." Bagus mengangguk membenarkan.
"Kuliah yang bener, buat gantiin posisi papi nanti. Papi berharap besar sama abang." Lagi-lagi Bagus mengangguk.
Tio selalu berucap jika setelah lulus sekolah, Bagus harus kuliah dan menempuh pendidikan yang baik juga lulus dengan nilai baik. Karena Bagus akan menjadi pengganti Tio sebagai CEO perusahaan yang keluarga mereka miliki, baru setelahnya Bima akan di beri tanggung jawab juga setelah melewati semua proses yang akan Bagus lewati nantinya.
"Jadi lelaki baik dan bertanggung jawab, jadi manusia cerdas dengan segela keputusan." Bagus menatap Bima yang terlihat amat sangat berbeda, ada apa dengan ucapan adiknya itu? Apa dia sedang menasehati abangnya?
"Dan jangan jadi bodoh untuk kedua kalinya bang, karena kesempatan gak datang berulang-ulang.
Dan malam itu, Bima bercerita banyak tentang apapun yang ia ingin ceritakan pada Abangnya. Dari hal kecil sampai hal besar yang bahkan hanya Bima dan Rafa yang tahu, ya Rafa. Karena lelaki itu adalah tempat berkeluh kesahnya, dan malam panjang itu di lalui dengan celotehan bahkan sedikit jokes yang Bima berikan untuk Bagus. Bahkan demi adiknya Bima rela membuat punggungnya pegal karena harus semalaman duduk di kursi.
Dan tepat pukul 4 pagi, Bima baru saja terlelap. Meninggalkan Bagus yang kini sibuk menutupi tubuh adiknya dengan selimut, memandangi wajah Bima yang polos ketika tidur. Peris seperi bayi, ah Bima memang bayi untuk maminya.
Dan Bagus mengusap kening Bima sebentar dan kemudian memilih untuk segera mengistirahatkan tubuhnya di sofa ruangan, tak nyaman memang. Tapi setidaknya kini Bagus bisa bernafas lega karena adiknya sudah berdamai dengannya, meski tak ada kata damai tapi obrolan tadi sudah membuktikan jika hubungan mereka baik-baik saja.
Dan tentang hubungan asmara yang terlibat antara dirinya, adiknya juga Aca biar menjadi persoalan nanti. Yang terpenting mala mini Bagus bisa tertidur nyenyak karena adiknya.
Dan Bagus memilih untuk menutup matanya dengan senyuman yang menutup malam menjelang paginya.
*****
Bagus menggeliat dalam tidurnya saat tidurnya terganggu, mengerjapkan matanya saat suara nyaring terdengar di indra pendengarannya. Mengucek matanya dengan kedua tangannya hingga setelah kesadarannya terkumpul Bagus buru-buru terbangun dari tidurnya dan mendudukan tubuhnya di sofa dimana tempat ia tetidur dan menatap kearah Bima lalu kearah sebuah alat yang berbunyi nyaring di sebelah tempa tidur Bima dengan manampilkan garis lurus. Tunggu! Garis lurus?
*****
Dan itu adalah sedikit gambaran untuk bagian 48, karena aku gak akan up bagian selanjutnya.
Jadi buat kalian yang mau tahu kelanjutan kisah Aca, Bima dan Bagus yuk follow Instagram nya penerbit kita perfectopubliher dan kasih tau mereka kalau kalin gak sabar meluk Aca, Bima dan Bagus biar kalian tahu kelanjutan ceritanya.
Terima kasih sudah mendukung cerita betrayal of Love sampai sejauh ini, tanpa kalain Aca Bagus dan Bima tidak akan sampai pada titik ini.
Jangan lupa NABUUUUUUNG!
Kita sayang kalian.
The best readers ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/151560322-288-k859794.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Betrayal of Love [LENGKAP☑️]
Teen Fiction⚠️ PUBLIKASI ULANG SECARA BERKALA Apa yang akan kalian lakukan ketika kekasih kalian memberikan sebuah pengakuan jika dirinya sudah memiliki hubungan lain dengan seorang perempuan di belakang kalian? Dan lebih mengejutkan lagi perempuan itu adalah s...