Bagian 21

29.9K 1.7K 88
                                    

Bugh......

"Anjing Lo sialan!"

Bagus terduduk sambil memegangi sudut bibirnya yang berdenyut dan mengeluarkan darah, menatap lelaki di depannya dengan tatapan datarnya.

"Sebenernya apa yang ada dipikiran Lo hah?"

Bagus diam, menerima semua makian dan kemarahan lelaki di hadapannya.

"Jawab anjing!"

Masih tak ada jawaban hingga seseorang berlari di koridor rumah sakit dengan wajah paniknya.

"Bang Rafa!"

Rafa, lelaki yang tadi menolong Aca dan memaki Bagus menengok kearah lelaki yang memanggilnya. Bima berlari dengan cucuran keringat dan seragam yang kusut, tak lupa wajah khawatir yang bahkan semua orang bisa melihatnya.

"Bang, mana mbak Aca? Dia gak papa kan?" Bima mencecar pertanyaan saat lelaki itu sudah berada di samping Rafa yang tak bereaksi sedikitpun.

"Bang Rafa! Jawab!"

"Aca masih di dalam." Rafa maupun Bima menengok kearah suara, ya bukan Rafa yang menjawab tapi Bagus.

Bagus berdiri dari duduknya, meringis merasakan nyeri di sudut bibirnya. Kemudian menatap adiknya yang juga tengah menatapnya, namun tak lama adiknya itu malah membuang mukanya ke segala arah enggak menatap dirinya.

"Bim-"

Ucapan Bagus tertahan saat pintu ruangan pemeriksaan terbuka, ketiga lelaki itu segera menengok kearah dokter.

"Dok gimana keadaan teman saya?" Tanya Rafa kemudian.

"Apa ada keluarganya?"

"Saya, saya tunangannya dok."

Bagus diam, ada rasa aneh yang menyeruak di rongga dadanya. Saat sang adik mengucapkan dengan gambling jika ia adalah tunangan Aca, ah ya seharusnya itu tak masalah karena memang itu kenyataannya. Tapi kenapa rasanya aneh?

"Lukanya tidak begitu dalam, dan untungnya segera di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera. Jadi tak ada masalah serius, tapi kami terpaksa menyuntikan obat penenang saat ini karena pasien mengalami tekanan yang membuat ia sedikit berontak dan kemungkinan besar mengamuk. Mungkin delapan jam kedepan ia akan taksadarkan diri."

Bagus menunduk, Rafa mengusak rambutnya kacau dan Bima tak bereaksi selain menatap datar kearah dokter yang tengah menjelaskan kaadaan tunangannya.

"Pasien tidak boleh terlalu banyak pikiran dan tekanan, jadi saya harap pihak keluarga bisa membantu untuk mengalihkan pikirannya dan menghiburnya. Kalian bolek masuk, saya permisi."

Dokter itu melenggang pergi, tak lama seorang suster keluar dan mempersilahkan ketiganya masuk. Bima segera berlari masuk kedalam ruangan, Bagus hendak menyusul namun pundaknya di tahan oleh Rafa. Membuat Bagus menghentikan langkahnya.

"Jangan tunjukin muka lo di depan Aca lagi! Lo liat, gara-gara lo Aca jadi kayak gini." Bagus tak menjawab.

"Denger ya Bagus, Aca udah bahagia sama Bima. Jadi jangan pernah ganggu mereka dan jangan pernah ganggu Aca lagi, lo laki-laki bego yang ngelepas malaikat kayak Aca." dan Rafa segera masuk mengikuti Bima meninggalkan Bagus yang masih termenung di tempatnnya.

*****

Bagus melangkah dengan langkah terseok memasuki rumah mewahnya, badannya terasa lemas, kepalanyapun berdenyut nyeri. Belum lagi sobekan di sudut bibirnya, Bagus terlihat kacau. Nia yang baru saja keluar dari dapur terkaget saat melihat keadaan putra sulungnya, dengan cepat menghampiri Bagus dengan kekhatiran yang kentara di wajahnya.

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang